07

402K 33.2K 3.6K
                                    

Kedua orang yang duduk di meja makan membuat mood Zella turun seketika. Saat ini tepat beberapa meter di depannya ia melihat bagaimana tenangnya suasana makan Shireen dan Reno.

Zella menghembuskan napasnya lalu berjalan perlahan mendekati meja makan. Tatapan tajam dari Reno langsung tertuju kepadanya.

"Darimana saja kamu sampai-sampai baru pulang jam segini?"

"Rain tadi pulang jalan kaki."

"Kenapa tidak pulang bersama kakakmu?"

Pertanyaan macam apa itu? Zella pulang bersama Shireen? Bisa gempar satu sekolah jika tau. Mereka berdua memang tidak pernah menunjukkan keakraban layaknya kakak adik walaupun memang tidak saudara kandung, tapi mereka tetap bersaudara kan? Yang ada mereka terlihat seperti kucing dan tikus yang jika dipertemukan selalu mempeributkan hal-hal kecil. Hanya di rumah keduanya bisa sedikit menjaga emosi, tentu alasannya karena ada Reno di rumah.

"Tadi disekolah kok aku gak liat kamu ya?" tanya Shireen yang sengaja ingin memojokkan Zella.

"Sekolah itu luas, emang lo kelilingi semuanya terus bener-bener gak ngeliat gue sama sekali?" tanya Zella tak santai.

"Rain! Berbicaralah sedikit sopan dengan kakakmu!" tegas Reno mengingatkan.

"Gapapa kok Pa," ucap Shireen menampilkan senyum palsunya lalu kembali menatap Zella. "Tapi biasanya aku pasti ketemu kamu kok."

Zella melipat tangannya di depan dada, "Baguslah kalau kita gak ketemu, enek gue liat mukak lo."

Brak

Reno menggebrak meja makan sehingga menimbulkan suara yang cukup keras di tengah rumah yang tadinya tenang-tenang saja sebelum kedatangan Zella.

"Apa kamu tidak mendengarkan perintah saya tadi? Berbicaralah yang sopan!"

Nampaknya Reno mulai tersulut emosi. Ha ha ha siapa yang tidak emosi ketika anak 'kesayangan' nya diperlakukan seperti itu?

"Pa, Shireen gapapa kok."

"Drama," gumam Zella pelan.

"Pasti kamu tadi bolos kan?" tanya Shireen cepat.

Sudah Zella duga, malam ini Shireen akan mencari-cari kesalahannya lagi. Tentu tujuannya agar dia terlihat begitu mulia sedangkan Zella terlihat menjadi manusia terburuk di keluarga mereka.

"Kalau iya kenapa?" tantang Zella.

Shireen menghembuskan napasnya pelan, "Rain, kamu jangan terus kayak gini. Kasihan Papa kalau terus dapat laporan dari sekolah."

Nona Shireen yang terhormat mulai berceramah, seolah-olah dirinyalah yang paling benar saat ini. Gadis bermuka dua! Jika ada yang ingin, Zella sudah pasti menyumbangkan satu wajah milik Shireen.

"Apa benar yang dikatakan oleh Shireen?" tanya Reno datar.

Zella menatap wajah Papanya, "Papa percaya dia?"

"Tentu saya lebih percaya dia daripada kamu!"

Zella salah. Seharusnya Zella tak menanyakan itu, sudah jelas dirinya benar-benar buruk di mata Reno. Bahkan Zella kalah telak jika dibandingkan dengan Shireen.

"Lalu kenapa Papa nanya lagi? Penjelasan Rain juga pasti gak akan Papa percaya kan?"  Zella tersenyum kecil menatap Reno yang terdiam. Senyum yang ia keluarkan agar terlihat tegar seperti biasanya.

"Sampai kapan kamu akan terus seperti ini?" tanya Reno mencoba menahan emosinya.

"Papa yang bikin Rain seperti ini," lirih Zella pelan menundukkan wajahnya.

RAZELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang