Kami sampai ketika matahari mengintip dari ufuk timur bersiap untuk menyapa semesta. Venice.
Saat itu aku baru saja naik kelas 4 sekolah dasar, ketika pertama kali hyung dan aku mendapatkan souvenir cangkir dari bibi dengan gambar berupa bangunan berwarna-warni membuat binar mataku semakin cerah ketika melihat perahu-perahu kecil dilengkapi sebuah tulisan 'Venice' dibawahnya. Berpikir, apakah aku bisa kesana ?. Lalu hari ini hal itu terwujud, disini, bersama seorang pria yang kemarin baru saja mengikat janji sakral dihadapan sang pemilik semesta.
Aku mengeryit ketika merasakan denyutan ringan pada kepalaku. Jari tanganku bergerak keatas untuk memijitnya sebentar.
"Kau baik-baik saja ?" Tanya Chanyeol menoleh padaku.
"Yah, sedikit pusing"
"Mungkin jetlag, 11 jam bukan waktu yang sebentar" ucapnya sambil mengeratkan genggaman tangan kanannya pada tangan ku.
Aku memilih untuk bersandar sesekali dilengannya. Tangannya begitu hangat, pening dikepalaku berangsur menghilang, aku akan sangat senang jika itu karena kehangatan darinya. Kami berjalan sekitar 10 menit kemudian menaiki venice water taxi. Karena transportasi utama tempat yang terletak di utara Italia ini bukanlah mobil atau semacamnya melainkan dengan perahu atau bisa disebut gondola.
"Kita menginap ditempat orangtua temanku, untuk beberapa hari kedepan" ucapnya.
"Hah ? Apa tidak merepotkan ?" Tanyaku. Chanyeol terkekeh.
"Tidak, tentu saja tidak Baek"
.
.
.
Disebelah kiri, mataku menangkap bangunan-bangunan besar khas dengan pola arsitektur eropa juga sebuah bangunan berwarna seperti merah bata, tidak, dinding itu bewarna merah dengan tulisan VIVARINI a.r.t ketika kami melintas menuju kediaman orang tua teman Chanyeol. Aku masih ragu jika kami menginap disana. Maksudku bukankah seharusnya kami dihotel atau apapun itu ?.
.
.
.
Dahiku berkerut ketika akhirnya kami sampai disebuah.. apakah ini hotel ?.
"Chanyeol, kau bilang kita akan menginap di tempat orang tua temanmu"
"Memang" jawabnya masih dengan menggenggam tanganku ketika memasuki tempat ini.
Aku melirik sebentar kepada tiga orang berjas hitam kelewat formal yang berjalan dibelakang kami dengan membawa koper. Dua dari mereka aku sudah merasa tidak asing, karena itu adalah Minho dan yang satunya Shin.. ah aku lupa namanya tapi mereka terlihat sering bersama saat bertugas disekitar Chanyeol. Ya, pengawal Chanyeol, mungkin juga aku. Tapi yang satunya lagi begitu asing karena pria itu bukan dari ras Asia. Raut wajahnya juga kelewat kaku dan dingin. Aku berasumsi bahwa dia berasal dari kota ini.
"Richard !" Panggil seseorang membuat pandanganku kembali lurus kedepan. Itu berasal dari seorang pria paru baya dengan rambut sedikit memanjang melewati bawah telinga dengan warna putih mendominasi sama seperti kumis dan jenggotnya.
"Bonvenuto ! Ciao Richard, aku sangat senang saat mendengar kabar dari Edgard bahwa kau akan datang kesini. Bagaimana kabarmu ?"
"Tidak pernah lebih baik" jawab Chanyeol.
Sedang aku terdiam karena tidak ada satu katapun yang aku mengerti. Mereka berbicara dengan bahasa alien astaga !. Kau berlebihan Baek, batinku mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST STEP (completed)
Любовные романы[SEQUEL OF PERFECT 10] Matanya berpendar diatasku, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Chanyeol, apa itu ?" "Konsekuensimu tentu saja" "Chanyeol mhh.., Chanyeol tidak" "Aku tahu kau menyukainya, jangan bersikap seolah kau tidak" "Aaahh !" "Go on...