Chapter 8

5.8K 435 23
                                    

Tubuhnya mendekat, mengikat napasku, tidak membiarkan oksigen masuk kedalam pernapasan ketika jarak semakin dikikis olehnya. Lenganku bergetar dikedua bahunya ketika merasakan jari-jari tangannya bergerak melingkupi tubuhku. Udara hangat dari hembusan napasnya tidak membuat respon dari tubuhku lebih baik. Aku menunduk memejamkan mataku ketika lidahnya bergerak menjilat telinga kiriku. Merasakan air liur panas dari daging tak bertulang itu. Suara rintihan lirih keluar dari bibirku yang terbuka ketika giginya menggesek main-main pada daun telingaku.

"Pilih. Mengatakan kesalahanmu sendiri atau aku yang akan mengatakannya ?"
Suara beratnya mengalun begitu lembut namun penuh perintah didalam telingaku ketika mengatakannya.

"Apa hh.."

"Kau mendengarnya dengan baik. Jangan buat ini terlalu lama"

Kesalahanku ?. Bukankah dia yang melakukan kesalahan ?. Aku bahkan tidak melakukan apapun !. Kemudian aku menggeleng.

"Aku tidak tahu" jawabku. Alis kanannya terangkat seolah jawabanku bukan apa yang ingin didengar olehnya.

"Kau tidak tahu kesalahanmu ?". Aku menggeleng oleh pertanyaannya. Bibirnya tersenyum miring penuh kepuasan kontras dengan kerutan samar di keningnya padaku.

"Jadi biarkan aku yang memberitahu apa kesalahanmu"

Selanjutnya aku tersentak ketika indera penglihatanku diambil. Begitu cepat ketika Chanyeol mengikat selembar kain pada kedua mataku, membuat simpul erat dibelakang kepalaku. Aku memekik ketika tangannya menyentak piyama dari tubuhku begitu tergesa-gesa.

"Kau yang memilihnya, jadi ini sudah sangat terlambat untuk menyesal" ucapnya kemudian tangannya menarik tubuhku untuk mengikutinya.

Aku beberapa kali tersandung oleh kakiku sendiri ketika Chanyeol meyeretku begitu cepat. Langkahku berhenti ketika tangannya melepaskanku. Untuk sementara waktu aku merasa begitu kosong.. dan ketakutan, namun lebih kepada gugup. Aku sedikit terjingkat pada tempatku ketika secara tiba-tiba kedua tanganku diangkat ke atas. Tanganku merasakan sebuah bantalan empuk pada kedua pergelangan tanganku, lalu bunyi 'klik' terdengar. Menemukan bahwa Chanyeol memborgolku. Napasku tersengal ketika reaksi dari tubuhku dikendalikan. Kulitku menjadi sangat sensitif setiap Chanyeol membatasi gerakanku seperti ini.

Tubuhku tertarik kedepan ketika bibir penuhnya menekan daerah disekitar tulang selangkaku. Bibirnya bergerak begitu pelan juga lembut menuju kulit leherku. Lidahnya menjilat begitu sensual, bibirnya berkali-kali mengecup pada sepanjang garis leherku.

"Akh !"

Mulutku memekik atas gigitan giginya yang begitu kuat. Lalu berikutnya bibir bawahku berada diantara gigitan gigiku, meredam jeritanku atas gigitan-gigitan lain yang Chanyeol lakukan pada leherku.

"Chanhh.."

"Hm ?"

"Itu akan ah.. berbekas dan butuh beberapa hari untuk membuatnya hilang. Orang-orang akan tahu" ucapku.

"Kau tidak ingin orang-orang tahu bahwa kau milikku ?"

Apa ?.

"Ahh tid-umhh.. tidak seperti itu" , ucapku kepayahan karena Chanyeol beberapa kali menekan ereksiku yang telah begitu keras.

"Orang-orang perlu tahu bahwa kau milikku. Hanya milikku" ucapnya, merasakan beberapa gesekan bibirnya pada daun telingaku.

Relungku bergetar, dewa batinku meringkuk begitu dalam didalam sana mencari keamanan karena tiba-tiba aura Chanyeol menguar begitu kuat, begitu mendominasi. Aku merasa terancam secara tiba-tiba.

Aku mendengar umpatan Chanyeol ketika tiba-tiba dering smartphone menginterupsi kami. Tubuhku merasakan keberadaannya tidak lagi berada disekitarku. Tidak lama, karena kemudian derap langkah kakinya mulai terdengar kembali mendekat kepadaku.

THE LAST STEP (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang