Hari ini kami telah sampai di Seoul. Venice.. begitu menakjubkan. Masih melekat didalam ingatanku ketika mulutnya membisikkan frasa klise penuh cinta namun selalu berhasil menggetarkan jiwa. Ketika lidahku mengecap manis bibir penuhnya. Dibawah cahaya malam langit Venice, ketika suaraku menggema meneriakan namanya. Oh tidak, pipiku telah semerah tomat matang ketika menyimak seluruh ingatan tentang kami di Venice. Langit berwarna gelap ketika kakiku berpijak ditanah kelahiranku. Setelah itu aku tidak begitu ingat bagaimana aku telah terbangun di ranjang kamar Chanyeol dipagi hari seperti sekarang ini. Apakah dia menggendongku sejak dari bandara ?. Astaga, jika benar, itu akan sangat memalukan, sangat.
Menolehkan kepalaku ke sisi kanan, aku mendapati sisi ranjang yang kosong. Dimana Chanyeol ?. Aku segera mendudukan diri dan mencari jam dinding atau apapun yang bisa memberitahuku jam berapa sekarang. Matahari bersinar begitu cerah, jam 8 pagi ketika mataku menangkap jarum pendek di angka 8 dan jarum panjang di antara angka 10 dan 11. Menghembuskan napasku, menerka apakah Chanyeol berada di bawah ?.
Mengabaikan bajuku yang belum kuganti semenjak penerbangan kembali menuju Seoul, aku membawa langkahku yang tergesa-gesa menuruni tangga. Mengedarkan pandanganku mencari pemilik mata phoenix itu. Tapi penthouse terlewat begitu sepi. Membawa tungkaiku ke arah dapur ketika hidungku mencium bau harum dari jahe.
"Bibi ?" Panggilku. Wanita paru baya itu terlihat terkejut.
"T-tuan.. selamat pagi" ucapnya sedikit terbata.
"Apakah itu .." ucapku menggantung ketika melihat botol dengan warna familiar yang pernah kulihat sebelumnya. Ah, obat itu.
Raut wajahnya terlihat begitu cemas dengan badan sedikit membungkuk menghadapku. Aku menghela napas."Apakah Chanyeol telah pergi ke kantor ?" Tanyaku.
"Sudah tuan.. sekitar 2 jam yang lalu. Tuan Park berpesan bahwa akan pulang sedikit terlambat hari ini"
"Kenapa ?"
"Maaf saya kurang begitu tahu Tuan"
"Baiklah"
"Uh.. sarapan anda telah siap. Tuan Chanyeol mengatakan bahwa anda begitu kelelahan ketika sampai disini, oleh karena itu saya membuatkan jahe hangat agar tubuh anda kembali segar. Dan obat..", bibirnya menggantung dengan arah pandang begitu ragu pada botol obat disampingnya.
"Aku mengerti, berikan padaku" ucapku kemudian nenyodorkan telapak tangan kananku bibi Yoon. Wajahnya begitu terkejut.
"Bibi," panggilku sebelum keheningan tak berarti datang.
"A-ah.. baik Tuan" ucapnya lalu segera mengeluarkan sebuah kapsul dari dalam botol.
Tangan ku segera menerimanya ketika bibi Yoon memberikan kapsul itu. Lalu menyimpan kembali didalam saku bajunya. Aku mengeryit.
"Kenapa bibi yang menyimpan obat itu ?"
"Tuan Chanyeol membiarkan saya menyimpan obat ini agar lebih mudah memberikannya kepada anda". Mencampurkan obat itu didalam makanan tanpa sepengetahuanku maksudnya, huh ?.
"Oh.. begitu"
"Kalau begitu.. saya permisi. Anda bisa memanggil saya jika membutuhkan sesuatu" ucapnya lalu membawa tungkainya pergi keluar dapur.
"Bibi Yoon mau kemana ?" Tanyaku dan berbalik menhadapnya.
"Membersihkan ruang tamu Tuan. Oh,apakah anda ingin mandi setelah sarapan ? Kalau begitu saya akan menyiapkannya untuk anda"
"A-ah ya, aku ingin mandi setelah ini"
"Baik Tuan, saya akan segera menyiapkan air hangat untuk anda. Lavender ?". Aku menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST STEP (completed)
Romance[SEQUEL OF PERFECT 10] Matanya berpendar diatasku, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Chanyeol, apa itu ?" "Konsekuensimu tentu saja" "Chanyeol mhh.., Chanyeol tidak" "Aku tahu kau menyukainya, jangan bersikap seolah kau tidak" "Aaahh !" "Go on...