Cuaca pagi ini tidak begitu bersahabat. Langit diselimuti mendung dan dingin semakin menusuk kulit hingga ketulang. Hal itu karena cuaca Seoul hari ini menyentuh 2 derajat celcius. Orang-orang mulai memakai mantel atau jaket musim dingin mereka walaupun akhir tahun masih sangat jauh.
Matahari telah terbit namun terlihat enggan membelai bumi dibawahnya akibat terhalang oleh awan-awan berwarna kelabu. Tidak jauh kelabu dengan suasana disalah satu tempat pemakaman hijau yang begitu luas. Begitu sepi. Lagipula siapa yang akan berkunjung ketempat pemakaman dipagi hari dengan cuaca sedingin ini ?. Mungkin hanya pria itu.
Tubuhnya dibalut oleh setelan jas mahal dan mantel tebal berwarna hitam. Sebuah syal berwarna putih tulang terbalut melingkari lehernya. Menghalau sedikit dinginnya cuaca yang membuat tangannya mati rasa.
Langkahnya begitu hening namun terasa berat setiap kali bergerak kedepan. Pandangannya lurus kedepan sambil membawa buket bunga lili putih ditangan kanannya. Sorot tajam itu kini menghilang, digantikan kosong yang hampa. Pipinya sedikit tirus dan kedua matanya seolah memberitahu bahwa pria itu kurang tidur atau malah tidak dapat tidur untuk beberapa hari.
Hembusan napasnya terasa sangat berat ketika akhirnya kedua kakinya berhenti didepan makam yang sebelumnya pernah dia kunjungi. Pria itu membungkuk, meletakkan buket bunga lili putih itu diatas makam didepannya.
"Selamat pagi ibu, aku datang"
"Maaf aku datang sendirian. Pasti ibu mencari Baekhyun. Dia.. masih tidur. Aku sampai penasaran dia sedang bermimpi apa hingga tidak juga bangun". Chanyeol menunduk. Menelan gondok ditenggorokannya ketika kesedihannya kembali menyeruak naik.
"Aku kesini untuk memberitahu bahwa putraku lahir dua minggu yang lalu. Ibu yang mengurusnya beberapa hari ini setelah dokter menyatakan bahwa dia boleh dibawa pulang. Aku merasa buruk karena belum menemui putraku sama sekali, tapi aku juga tidak bisa membawa beban dihatiku saat teringat Baekhyun masih tertidur diatas ranjang rumah sakit. Aku.. aku mendukung keputusannya untuk mengandung bukan untuk membiarkan dirinya terbaring dirumah sakit seperti ini. Aku berdoa untuk kesehatan putraku bukan untuk melihat Baekhyun seperti ini, bu"
Chanyeol mengusap wajahnya dengan kasar. Menghembuskan napasnya untuk kesekian kali sambil membawa kepalanya untuk mendongak keatas. Menghirup dalam-dalam udara disekitarnya. Berharap hatinya yang seperti ditempa sebuah beton itu terasa lebih baik. Kemudian Chanyeol kembali membawa pandangannya keatas makam ibunya.
"Bisakah ibu membujuk Baekhyun untuk bangun ?. Mungkin lewat mimpi, bisakah ibu membujuknya ?. Aku tahu aku mungkin bukan anak ibu yang baik, tapi bisakah ibu membantuku ?. Karena kurasa-"
Terdengar kekehan dengan sarat kesedihan keluar dari bibir Chanyeol ketika dia tidak sanggup menyelesaikan ucapannya.
"Bu, kurasa aku kehilangan kewarasanku jika Baekhyun terus tidur seperti ini" ucap Chanyeol menggigit bagian dalam pipinya ketika airmata mulai menusuk kedua matanya.
Presdir Park Group itu kemudian segera melangkah pergi dari makam ibunya. Dia tidak akan membiarkan dirinya menangis didepan makam ibunya. Tidak akan.
Chanyeol merasakan getaran disaku jasnya ketika dia berjalan menuju mobilnya namun pria itu memutuskan untuk mengabaikannya..
.
.
Dilain tempat terlihat Nyonya Park yang kesusahan menghentikan tangis cucunya sejak bangun tidur. Suara tangisannya begitu kencang hingga para pelayan dikediaman Park dapat mendengarnya. Wanita paruh baya itu mencoba untuk bersenandung berharap cucunya akan berhenti menangis namun nihil. Nyonya Park menemukan bahwa cucunya itu tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST STEP (completed)
Romance[SEQUEL OF PERFECT 10] Matanya berpendar diatasku, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Chanyeol, apa itu ?" "Konsekuensimu tentu saja" "Chanyeol mhh.., Chanyeol tidak" "Aku tahu kau menyukainya, jangan bersikap seolah kau tidak" "Aaahh !" "Go on...