Aku telah berhenti menangis beberapa menit yang lalu. Selanjutnya baik aku maupun Chanyeol tidak ada yang bersuara. Kami memilih diam sambil menikmati suara detak jantung dari masing-masing yang saling bersautan.
"Chanyeol ?" lirihku sambil mengusakkan hidungku di dada Chanyeol memecah keheningan.
"hm ?"
"Aku mencintaimu" ucapku. Aku bisa melihat kening Chanyeol berkerut setelah aku mengatakannya.
"Dear..". Chanyeol mendorongku dari tubuhnya. Kedua mataku mulai berkaca-kaca tanpa bisa kucegah entah kenapa. Ketakutanku masih belum juga pergi dan itu cukup menggangguku.
"Chanyeol aku mencintaimu, jadi jangan tinggalkan aku" rengekku sambil meremas lengan kemeja Chanyeol.
Aku takut. Karena sejujurnya aku hanya berpura-pura terlihat kuat didepan wanita itu sedangkan nyatanya nuraniku benar-benar ingin menangis meraung-raung disana.
Lalu apa ?. Kau tidak lihat jika suamimu itu tidak menghindariku ?. Dia menyukainya Baekhyun, kau pikir baginya cukup hanya memiliki bocah cengeng sepertimu ?. Pada dasarnya hanya kami yang bisa memuaskan pria seperti Chanyeol.
Oh hatiku terasa seperti diremas ketika kembali teringat ucapan Yoo Rachel tadi. Wanita itu benar, mengapa Chanyeol tidak menghindar ketika wanita itu bermaksud menggodanya ?. Aku kembali ingin menangis ketika phoenix Chanyeol mencari-cari kedua mataku. Aku meyakinkan diri sendiri jika Chanyeol mencintaiku tapi kenapa ucapan wanita itu membuatku takut seperti ini ?.
Chanyeol membawa kedua tangannya untuk menangkup pipiku.
"Baekhyun, sayang.. dengar. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan pernah. Sekarang, coba tatap kedua mataku. Apakah aku berbohong ?"
Kedua sabitku mencari-cari kebohongan kedalam phoenixnya. Lalu aku tersentak, nihil. Tidak ada kebohongan didalam mata Chanyeol. Chanyeol mencintainya. Chanyeol tersenyum ketika sungai kecil kembali mengalir dikedua pipiku. Kenapa aku begitu sensitif seperti ini ?.
"Apapun yang sedang berada didalam kepala kecilmu, hentikan. Membuat janji dihadapan Tuhan bukanlah hal main-main Baekhyun. Detik itu aku telah berjanji untuk selalu mencintaimu dan memberikan hidupku untukmu. Jadi jangan pernah meragukanku, jangan pernah. Mengerti ?" ucap Chanyeol sambil menyeka air mataku.
"Tapi kau membiarkan wanita itu menyentuhmu", perasaan takutku belum juga hilang.
"Dia hanya bermain. Dia tidak benar-benar menyentuhku Baekhyun. Seperti yang kau katakan padanya tadi, apakah kau pikir aku pria murahan ?". Aku menggeleng dengan cepat.
Tidak, Chanyeol bukan pria seperti itu. Bibir penuhnya tersenyum menarik tubuhku kembali kedalam pelukannya secepat aku melepaskan kembali membuat Chanyeol mengangkat satu alisnya keatas. Mengabaikannya, kedua tanganku meraih ujung baju yang kukenakan dan bermaksud menariknya keatas. Kedua mata Chanyeol melebar dan dengan cepat menghentikan pergerakan tanganku.
"Baekhyun apa yang kau lakukan ?" tanyanya dengan pandangan begitu sangsi.
"Chanyeol kau tidak merindukanku ?" cicitku.
"Tentu saja aku merindukanmu sayang". Aku mengangguk kemudian menarik kembali bajuku.
"Baekhyun, berhenti. Kau tidak bermaksud memperlihatkan tubuhmu pada orang-orang kan ?" ucap Chanyeol menghentikan tanganku kembali, sempat membuatku kesal.
"Apa ?"
"Tuhan, disini ada cctv" ucap Chanyeol.
Aku terkekeh mendengarnya lalu bergerak kedepan menarik Chanyeol kedalam sebuah ciuman. Kedua bibirku terangkat, tersenyum kecil tanpa bisa kucegah ketika merasakan kedua tangan Chanyeol digaris pinggangku. Chanyeol mungkin tidak mengetahuinya, tapi hal kecil seperti ini kerap kali membuat hatiku berdesir dengan cara yang menyenangkan tanpa bisa kujelaskan dengan kata-kata. Ah, aku sangat merindukan bibir penuhnya. Kakiku selalu terasa seperti kesemutan setiap kali bibirku berada diantara gigi Chanyeol. Lidah kami saling berpagut, membelai langit-langit mulut masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST STEP (completed)
Любовные романы[SEQUEL OF PERFECT 10] Matanya berpendar diatasku, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Chanyeol, apa itu ?" "Konsekuensimu tentu saja" "Chanyeol mhh.., Chanyeol tidak" "Aku tahu kau menyukainya, jangan bersikap seolah kau tidak" "Aaahh !" "Go on...