Dia masih terdiam berdiri didepanku. Tenggorokanku terasa sakit karena menahan isakan yang ingin keluar, ketika bahkan aku tidak bisa menebak emosinya. Chanyeol hanya membisu walaupun bibirnya beberapa kali terbuka.
"Chanyeol.." lirihku membuat hatiku kembali berdenyut lebih sakit. Bibirnya merapat membuat garis lurus kemudian kepalanya menggeleng. Aku tertegun ditempatku. Jadi benar ?
"Baekhyun..". Kakiku mundur ketika tangan kananku kuangkat kedepan.
"Chanyeol," bibirku menghentikan mulutnya untuk berbicara.
"Kupikir kau harus segera kembali ke kantor. Ahaha benar kan ?. Maaf jika bercandaku berlebihan. Aku sangat mengantuk, kurasa aku akan tidur saja" ucapku berusaha menahan genangan airmata yang telah siap untuk jatuh, kemudian memutar tubuhku yang telah begitu lemas untuk berjalan kembali ke kamar.
Aku hanya begitu mencintainya sehingga aku tidak bisa jika harus mendengar kalimat yang tidak kuinginkan keluar dari mulutnya. Terlebih itu akan menyakitiku. Airmataku jatuh dikedua sisi pipiku bersamaan dengan gigitan gigi pada bibirku yang bergetar. Menahan suara isakan keluar dari belah bibirku. Dengan pelan kakiku menaiki anak tangga menuju kamar. Batinku berteriak, seharusnya Chanyeol menghentikanku !. Tapi dia hanya diam berdiri diatas lantai yang begitu dingin disana.
Aku mengeratkan genggaman tanganku pada sisi tangga untuk mendukung tubuhku tetap berdiri dengan benar. Pintu kamar tertutup bersamaan dengan suara debuman dari tubuhku yang jatuh setelah tanganku mengunci pintu kamar. Membekap mulutku begitu kuat, tidak membiarkan jerit tangisku terdengar olehnya. Pertanyaan mengapa dan mengapa terus menerus menggerus kedalam pikiranku. Kurasa aku bisa menjadi gila setelah ini. Atas keterdiaman Chanyeol, atas pertanyaan-pertanyaan itu. Tanganku bergerak dengan lembut keatas perutku yang masih rata, dan tangis piluku tidak lagi dapat kucegah.
.
.
.
Aku terbangun dengan pusing dikepalaku ketika seseorang menepuk lembut lenganku.
"Tuan Baekhyun..". Mengerjapkan mataku lalu menoleh ke arah sumber suara.
"Bibi ?". Kenapa aku bisa bangun diatas ranjang ?.
"Tuan anda harus makan, anda belum makan apapun seharian" ucapnya. Indra penciumanku dapat menangkap harum gurih dari sup daging.
"Bisa bantu aku untuk duduk ? Kurasa aku masih sedikit pusing" ucapku.
"Tentu, tuan". Lalu perlahan bibi Yoon menuntunku untuk bangun.
"Arghh..", erangku ketika denyutan itu begitu menyakitkan.
"Tuan, tuan anda baik-baik saja ? Saya akan menelpon tuan Park"
"Jangan !"
"Eh ?"
"Dimana dia ?"
"Tuan Park kembali ke kantor sekitar 3 jam yang lalu. Anda yakin tidak ingin saya memberitahu tuan Park ?"
"Tidak, jangan beritahu dia. Lagipula pusingku tidak terlalu buruk"
"Baiklah kalau begitu. Saya membawakan anda sup daging ini. Masih hangat, semoga anda menyukainya"
Aku hanya mengangguk dan menerima mangkuk berwarna putih itu.
"Kalau begitu saya permisi. Jika ada yang anda butuhkan, hanya beritahu saya" ucapnya. Aku tersenyum kecil dan mengangguk. Lalu bibi Yoon berjalan meninggalkan kamar setelah sebelumnya membungkuk.
Aku duduk terdiam diatas ranjang. Tanpa kusadari telapak tanganku telah berada diatas perutku yang masih rata. Bibirku kembali merapat, menekan emosiku yang tiba-tiba kembali naik. Baekhyun.. kau tidak boleh seperti ini. Kau tidak bisa rapuh seperti ini. Chanyeol memang orang yang rumit, ini bukan pertama kali untukmu melihat Chanyeol semembingungkan itu Byun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST STEP (completed)
Romance[SEQUEL OF PERFECT 10] Matanya berpendar diatasku, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Chanyeol, apa itu ?" "Konsekuensimu tentu saja" "Chanyeol mhh.., Chanyeol tidak" "Aku tahu kau menyukainya, jangan bersikap seolah kau tidak" "Aaahh !" "Go on...