Chapter 12

5.7K 406 79
                                    

Catatan : sudut pandang orang pertama (Park Chanyeol) dan orang ketiga serba tahu.

.

.

.

Pekerjaan kantor begitu banyak, aku butuh istirahat, dan suara gaduh di jam 4 pagi adalah hal yang tidak kuinginkan saat ini. Aku mengerang karena begitu terganggu. Membuka kedua mataku dengan malas, alisku bertaut ketika netraku tidak menemukan Baekhyun disisiku. Lalu kusadari suara itu berasal dari arah kamar mandi.

"Baekhyun ?" panggilku. Tidak ada jawaban. Menyibak selimutku dengan kasar. Aku segera turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Secara samar suara muntahan terdengar memasuki gendang telingaku.

"Baekhyun," panggilku dengan mengetuk pintu kamar mandi.

"Jangan, uh jangan kesini-huwekk"

Perasaanku tidak tenang karena Baekhyun muntah dengan sangat buruk. Dengan paksa aku mencoba masuk dengan tubuhku yang sedikit menekan pintu kamar mandi. Pintu terbuka dan pemandangan Baekhyun yang terduduk diatas lantai dengan baju yang telah berantakan dan kepala terus menunduk kebawah kearah closet adalah yang kulihat saat ini. Aku segera ikut bergabung, berjongkok disisinya untuk mengurut tengkuknya dan tanganku yang lain bergerak lembut mengelus punggung sempitnya.

"Chanyeol- ugh.. huwekk"

Tanganku terus mengelus punggungnya ketika mulutnya tidak berhenti mengeluarkan makanan yang telah menjadi bubur bersamaan dengan bau tak sedap. Jari tangannya mencengkram pahaku dengan sangat kuat.

Lima menit kemudian muntahnya berhenti. Baekhyun menumpukan kepalanya diatas closet dengan napas yang tersengal. Jariku segera menekan tombol diatas closet dan putaran air mendorong muntahan itu kedalam. Perlahan aku menuntun tubuhnya untuk bangun dan berjalan menuju wastafel untuk menbersihkan sisa muntahan yang mungkin tersisa di sudut bibirnya.

"Haruskah kita pergi ke dokter ?" tanyaku.

Dia mendongak dan menoleh padaku, menggeleng. Aku diam-diam menahan senyumku, terpana untuk sepersekian detik oleh wajahnya. Kedua matanya sedikit berair, bisa kulihat keningnya dipenuhi keringat, rambutnya sedikit lepek dibagian ujung serta bibir tipisnya yang sekarang tengah melengkung kebawah. Apakah aku menikahi bayi anjing ?. Karena dia begitu menggemaskan saat ini !.

"Tidak mau~" rengeknya. Nah, dia baru saja merengek lagi.

"Tapi muntahmu begitu buruk Baekhyun. Kupikir kita harus ke dokter" ucapku mencoba membujuknya. Aku dengan seluruh ketakutanku karena akan segera menyandang gelar 'ayah' tidak ingin menerima resiko apapun. Ini kehamilan pertamanya.

"Aku baik-baik saja. Kehamilan memang seperti ini. Aku bisa melewatinya. Kau percaya padaku kan ?"

Baekhyun dan keras kepalanya adalah sepaket lengkap yang selalu menguji kesabaranku. Aku menghela napas dengan kasar mencoba menahan percikan emosi yang ingin tersulut.

"Baik, tapi kau harus berjanji padaku " pada akhirnya aku mengalah untuk pria mungil didepanku dengan pendirian teguhnya.

"Apa ?"

"Jangan pernah membuat ekspresi seperti ini didepan orang lain. Hanya aku yang boleh melihatnya"

Aku harus memperingatinya dan lebih baik dia mencamkan apa yang kukatakan karena aku tidak akan pernah rela, bahkan untuk sekedar atensi secepat kilat dari orang lain karena berani memandang wajah suamiku.

"Seperti apa ?" tanyanya sambil memiringkan kepalanya ke kiri.

Ekspresi anak anjing seperti ini Baekhyun. Aku yakin bahkan orang-orang tidak akan tahu bahwa kau adalah pria yang telah menikah. Tunggu, apakah aku menyebutnya pria ?. Koreksi, dia bayi besarku.

THE LAST STEP (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang