Kepulan asap rokok terlihat samar keluar dari bibir pria yang tengah duduk sembari menatap langit yang akan menjadi gelap dari kaca jendela besar kediamannya. Kerutan pada dahinya terlihat semakin dalam ketika kedua alisnya yang telah beruban menyatu di pangkal hidungnya. Ketukan dari luar membuyarkan pikirannya yang sempat tengah berlarian kemana-mana. Seorang pria bersetelan jas hitam masuk lalu membungkuk memberi hormat padanya.
"Sir,". Pria tua itu hanya mengangguk, menunggu anak buahnya berbicara.
"Berita ini telah tersebar sampai di media Korea. Namun, Richard Park masih berada di Forks dan tidak menunjukan tanda-tanda akan kembali ke Korea dalam waktu dekat". Pria itu mendecih lirih sebelum mematikan cerutu rokok setelah menghembuskan kepulan asap rokok terakhirnya.
"Kau bisa kembali, tetap awasi mereka"
"Baik Sir, lalu kapan kami bisa melakukannya ?". Pria tua itu melirik anak buahnya dari ekor matanya.
"Just.. wait. Not now. No while his son still far away from his lovely husband. If we do it now, it will be no fun, and I don't like it. Don't you agree with me ?"
"Yes Sir. Kalau begitu saya akan kembali"
Pria tua itu mengangguk dan memutar kembali pandangannya kepada langit yang telah menggelap. Tidak lebih gelap dari hatinya, lukanya yang masih pilu namun diselimuti amarah menjadikan hatinya sekeras batu.
"Tunggu saja Park, tunggu hari itu akan datang "
.
.
.
Kemarin, berita tentang Chanyeol yang keluar dari gedung apartemen Rachel Yoo tersebar begitu cepat hingga mencapai media Korea. Chanyeol tengah membaca email-email yang masuk dari laptopnya ketika Minho datang dan mengabarkan berita yang dianggap Chanyeol murahan itu. Hari ini sebuah pernyataan baru keluar dari beberapa media. Mengatakan bahwa Chanyeol dan Rachel Yoo mengambil kelas yang sama dan merupakan teman yang cukup dekat dahulu.
".. kita tidak bisa menyangkal bahwa mereka di pertemukan kembali di project yang sama dan hubungan mereka akan kembali terjalin dan tidak menutup kemungkinan kedalam tahap yang lebih serius- what the fuck ?! ", amarahnya meledak diakhir Chanyeol membaca headlines koran digenggaman tangannya yang telah kusut dibeberapa sisi akibat rematan jari Chanyeol.
Kemudian Chanyeol melempar koran itu begitu keras di atas meja. Penatnya telah menjadi satu di akhir hari dan omong kosong seperti ini bukanlah hal yang Chanyeol inginkan.
"Apakah omong kosong ini telah sampai di Korea ?"
"Siang tadi media korea telah menyiarkannya" jawab Minho.
"Sial", melemparkan punggungnya di sofa dan memejamkan matanya. Terlalu lelah dengan hal-hal tak masuk akal yang menyeret namanya.
"Beberapa media korea mengabarkan bahwa anda dan Nyonya Rachel merupakan sepasang kekasih sebelummnya". Chanyeol terkekeh lirih setelahnya, dan Minho tahu bahwa atasannya itu tengah menahan emosinya.
"Berapa media yang terlibat kerjasama dengan kita dan menyebar hal murahan itu ? ". Dengan cepat Minho menggerakkan jarinya diatas layar persegi panjang yang setia dia bawa kemana-mana.
"Tiga diantaranya, lalu dua perusahaan yang masih dalam proses persetujuan juga kesepakatan dalam pembagian saham yang masih belum selesai"
"Batalkan dua perusahaan itu sekarang. Lalu putus kerjasama kita dengan tiga perusahaan lainnya. Aku tidak membutuhkan orang-orang yang berani menyeret namaku untuk bahan omong kosong mereka" ucap Chanyeol kelewat dingin. Minho dapat merasakan bagaimana emosi Chanyeol menguar memenuhi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST STEP (completed)
Romance[SEQUEL OF PERFECT 10] Matanya berpendar diatasku, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Chanyeol, apa itu ?" "Konsekuensimu tentu saja" "Chanyeol mhh.., Chanyeol tidak" "Aku tahu kau menyukainya, jangan bersikap seolah kau tidak" "Aaahh !" "Go on...