Seorang pria paruh baya menjejeri dirinya dengan langkah anak gadisnya yang tengah mendongak angkuh meninggalkan perbincangan mereka yang cukup menguras emosi. Tak segan ia menarik tangan gadis itu hingga keluar ringisan kecil dari bibir tipisnya.
"Papa gak pernah ngajarin kamu untuk pergi sebelum pembicaraan selesai!"
Mata Yulia menatap tajam ke arah Yankey, ayah biologisnya yang sudah merawatnya seorang diri sejak usianya yang ke 18 tahun. Ia hendak melawan pria tua itu, tapi tatapan amarah yang meletup letup dari matanya membuat Yulia mengurungkan niatnya. Hatinya sudah terlanjur mencelos ketakutan dengan tatapan itu.
"Apa papa benar-benar marah?" ungkap Yulia dengan mata yang berair. Sudah bertahun tahun Yankey tak pernah menatapnya semarah itu. Artinya kali ini tingkahnya sudah tak pantas mendapatkan maaf lagi.
"Kembali ke ruang tamu, kita lanjutkan pembicaraan kita"
Tangan Yankey yang tadinya merengkuh kejam pergelangan tangan Yulia, menghempasnya begitu saja, berjalan dengan penuh wibawa ke tempat mereka memulai perbincangan. Tak ada pilihan, Yulia akhirnya mengikuti langkah sang ayah.
"Kali ini papa tidak menerima penolakan, Yulia! Papa sudah mengirim CV kamu langsung ke kantor itu. Besok kamu harus ikut sesi wawancara terakhir dan mendapatkan pekerjaan itu."
Yulia mendengus pelan. Untunglah Yankey saat ini tidak menghadap ke arahnya. Jadi, mereka tidak perlu berdebat lagi hanya karena wajah marah dan murka yang diperlihatkan Yulia.
"Pa, Yuli benar benar gak mau kerja kantoran! Yuli belum bisa fokus!"
Yankey menghadap pada putrinya dan kembali bertatapan sengit dengan mata coklat Yulia. Gadis itu benar benar terjebak dalam situasi rumit.
"Kamu gak fokus karena apa, ha? Karena lelaki br*ngs*k itu? Kamu cinta mati sama dia sedangkan dia menikahi perempuan lain? Itu akibatnya tidak pernah mendengar ucapan orang tua! Papa bilang jangan berhubungan sama dia, teteeep juga kamu lakukan" Yankey menunjukkan ekspresi geram yang tak tertahankan. Dia sampai mengepal kuat tangannya sendiri.
"Pah! Apa salah aku cinta sama Glenn? Cuma dia yang mengerti aku pa, bahkan melebihi papa, jadi jangan pernah menjelek-jelekkan jelekkan nama dia di depan aku."
"Terserah! Yang pasti besok kamu harus datang ke perusahaan itu"
Yulia tak menjawab dan mendudukkan dirinya di atas sofa. Mengambil remote tv dan menekan siaran drama korea kesukaannya.
"Kamu dengar papa, Yul?"
Yulia menoleh malas "Emang ada pilihan lain?"
●
●
●
Tak bisa dipungkiri, gedung yang ada di hadapanku sekarang ini benar benar indah dan mewah. Lagi, pemilik perusahaan ini adalah pria paruh baya yang terkenal tampan meskipun umurnya sudah tak lagi muda. Aku yakin, siapapun istrinya, adalah wanita yang beruntung.
Dengan langkah pasti aku melangkah memasuki perusahaan besar ini. Perusahaan makanan ringan yang paling besar produksi Yogyakarta. Kalau bukan karena papa, aku tak mungkin berani melamar di perusahaan ini. Apalagi menjadi sekretaris utama co-direktur yang merupakan putra tunggal Mr. M.A.R. Ya, pemilik perusahaan ini.
"Nevidia Anastasya.."
Aku terkejut saat resepsionis yang ada di lantai dasar ini bukan menyebut namaku, melainkan nama orang lain yang sepertinya juga mengikuti wawancara akhir penerimaan sekretaris hari ini. Terlihat karena pakaiannya tidak jauh berbeda denganku.
Aku melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Aku masih ingat betul kalau perempuan ini datang lima belas menit setelah aku melapor ingin mengikuti wawancara. Tapi kenapa dia yang lebih dulu dipanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...