15 - Pacar

358 32 7
                                    

Yulia memeluk Rahimah dan Fauziah dengan sangat erat. Hatinya merasa lega setelah keluar dari rumah Arjuna dan diizinkan untuk tidur di kamar santriwati selama mereka masih di pesantren Al-Amanah ini.

"Cie mbak Yul, udah jadi nyonya muda Arjuna. Ya Allah, gak kebayang bisa bobo bareng sama babang ganteng"

Yulia mencubit lengan Fauziah dengan keras karena celotehan mesumnya.

"Anak kecil jangan sok tau deh!"

"Emang begitu kan? Gimana semalam? Pasti manja manjaan sama suami"

"Fauziah, jangan ganggu mbak Yul terus ah. Itu kan urusan pribadinya. Maafin Fauziah ya mbak, Yul" Ucap Rahimah memberi wejangan

"Hm gak apa, gak usah formal gitu. Fauziah kan masih anak kecil, ngomongnya asal!" Cibir Yulia yang membuat Fauziah mengerucutkan bibir.

Yulia mendudukkan diri di ranjang miliknya. Mengenang sedikit aktivitas yang ia lakukan bersama Arjuna semalam. Lucu juga, tapi satu sisi lain kenyataan ini masih terlalu berat untuk ia terima.

"Mbak Yul, nanti sehabis kelas ada seminar dari mertua mba, lho. Mba ikut kan? Kita ambil barisan paling depan pokoknya" Rahimah duduk disebelah Yulia dengan segelas jus alpukat di tangan kanannya.

"Hm, enggak deh, gue malu"

"Kok malu sih, kan bunda Zahra yang ngisi. Mertua mbak Yul"

"Itu dia masalahnya, gue minder banget, satu pesantren pasti udah tahu kalau gue menikah sama Arjuna. Pasti gue dianggap udah sholehah banget. Padahal kan gue sama dia married by accident."

"Ya ga papa atuh, mba. Mbak Yul kan lagi proses belajar. Lagian apa mbak gak segan sama beliau kalau gak hadir seminar. Menantunya sendiri loh ini, pasti dia sedih"

Yulia mengangguk setelah beberapa menit memikirkan bujukan Rahimah. Jika memang harus seperti ini nasibnya, Yulia akan coba untuk terbiasa.

"Assalamualaikum.."

Percakapan mereka terputus saat melihat seseorang sudah datang menyempil di balik pintu. Itu ustadzah Rani.

"Ada apa ustadzah?" Rahimah berjalan menghampiri Rani dengan senyum yang tak lekang, kepalanya sedikit tertunduk sebagai rasa hormat.

"Tadi pak kyai suruh saya memanggil Yulia. Bisa ikut saya sebentar?"

Wajah Yulia sontak berubah mendengar namanya dipanggil. Ayolah, baru beberapa menit ia datang menemui teman temannya. Sekarang dia dipanggil lagi?

• • •

"Riifaniii!!! MasyaAllah, akhirnya datang juga"

Kedua gadis yang memiliki usia sebaya itu saling berpelukan. Keduanya tampak histeris karena bisa saling melihat satu sama yang lain. Rifani baru saja izin pulang ke rumah beberapa hari lalu karena orang tuanya yang sedang sakit.

"Untung kamu datang Fan, mas Juna-mu juga datang dua hari yang lalu"

Rifani tersenyum lebar ketika pelukan mereka terlepas. Itulah alasan dia memutuskan untuk kembali ke pesantren lebih cepat. Setelah menerima kabar bahwa Arjuna-nya telah datang setelah satu tahun tak kelihatan.

"Udah yuk, kita ngobrol sambil jalan aja. Aku udah capek banget"

Wanita yang satunya mengangguk, ia merangkul pundak Rifani dan merekapun berjalan berdampingan.

"Len, gimana wajah mas Juna sekarang? Makin ganteng gak? Ya Allah, aku gak sabar banget ketemu sama dia."

Lenisa tertawa kecil mendengar semangat Rifani yang menggebu gebu. Mereka berdua adalah sahabat sejak dua tahun lalu. Satu angkatan dengan Rahimah, saling mengenal juga. Hanya berbeda lorong kamar tidur saja. Sejak melihat Arjuna, Rifani sudah tertarik pada Arjuna, namun kehadiran Alana mematahkan perasaannya.

ARJUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang