11 - Jebakan

336 31 3
                                    

Hanya butuh beberapa menit Yulia sudah menghabiskan makan malamnya. Kejadian tadi siang benarlah membuat Yulia semakin membenci bos galaknya itu. Mengingat namanya saja sudah mendenyutkan amarahnya menjadi lebih cepat. Arjuna itu nyebelin dari lahir kayanya!

"Mbak Yul, aku boleh tanya gak sih"

Yulia memicingkan mata saat pandangannya menemukan wajah bingung dari Rahimah. Sejak tadi siang, Rahimah tiba tiba menjadi pendiam. Seperti ragu setiap kali hendak bicara pada Yulia.

Sangat mudah untuk ditangkap, perubahan Rahimah itu terjadi saat ia tahu Yulia berusaha kabur, dan raut wajahnya semakin berubah saat mendapati Arjuna di ruangan kyai. Bukan hanya Rahimah, santriwati yang lain juga penasaran kenapa Arjuna bisa mengenal Yulia dan repot repot melaporkan Yulia secara langsung. Biasanya pemuda itu selalu tertutup, inipun menjadi kali pertama baginya menginjak gedung santriwati ini. Dulu saja, saat Arjuna sudah melamar Alana yang Alvin amanahkan untuk mengajar di pesantrennya, Arjuna tak pernah sekalipun menampakkan wujudnya.

Fyi, Alana adalah anak dari teman Zahra dan Alvin. Mereka membawa Alana yang ingin sekali menjadi guru agama ke pesantren ini. Disaat itulah Alana dan Arjuna bertemu.

"Mau nanya apa? Lo kenapa sih sebenarnya? Kesel karena gue coba untuk kabur atau karena kepo kenapa gue bisa kenal sama Arjuna?" Yulia menggebu gebu menanyai ini. Pasalnya Rahimah selalu saja menghindar dari dirinya. Yulia jadi tak bisa bercerita pada Rahimah untuk meluapkan kekesalan yang terus saja mengakar dalam hatinya kepada pria sombong itu.

"Eng- enggak gitu kok mba, aku cuma takut salah ngomong aja sama mba Yul"

"Maksudnya?"

"Aku sebenarnya penasaran sama dua hal itu. Tentang mba yang tiba tiba mau kabur, sama kenapa bisa kenal sama mas Arjuna yang terkenal dingin dan tertutup."

Yulia mendengus malas. Apalagi saat mengingat tatapan kagum dari para santriwati terhadap Arjuna. Ada yang memandangi Arjuna penuh kagum tanpa berkedip, ada pula yang salah tingkah sambil menunduk lalu senyum senyum sendiri. Mungkin mereka menganggumi pria itu hanya karena ketampanannya. Yulia juga sempat tergiur, tapi setelah mengetahui sifat menyebalkan akut si Arjuna itu, rasanya tak mungkin Yulia bisa menaruh rasa padanya. Mulutnya itu lebih pedas daripada seblak!

"Dia itu bos gue di kantor" jawab Yulia dengan singkat dan wajah yang masih masam.

Rahimah sedikit terbelalak

"Mba di bagian apa?" Tanyanya dengan spontan

"Gue sekretaris sekaligus asisten pribadi dia!"

Rahimah semakin melototkan matanya hingga hampir keluar.

"Serius mba? Berarti deket banget dong ya?"

"Ih! Kenapa sih emangnya, kalau lo jadi gue, mungkin lo udah muntah dapetin hinaan terus dari dia. Mungkin sih- karena dia cuma menghormati wanita yang berjilbab doang" Yulia memasang senyum miring. Baginya lebih baik laki laki bejat dan tak terlalu peduli pada kemuliaan wanita. Daripada Arjuna yang hanya memuliakan wanita yang memakai jilbab saja, tapi justru menghina wanita yang belum dapat hidayah untuk berhijab.

"Mba kok gitu sih ngomongnya? Mas Arjuna itu anak dari pemilik pesantren ini loh mba"

Kini bukan Rahimah yang terbelalak, melainkan Yulia. Satu fakta baru yang membuatnya tak percaya.

"Maksud lo? Pesantren ini punya Mr. MAR? "

Rahimah menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tak mengerti maksud Yulia.

"Aduh. Maksud gue itu, ini pesantren punya pak Alvin? Pemilik tempat gue kerja, pengusaha sukses yang baik hati dan ganteng maksimal itu?" Cerocos Yulia bagai cenayang yang mengerti arti raut wajah Rahimah.

ARJUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang