20 - Trust Me

320 40 8
                                    

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Arjuna dan Yulia akhirnya sampai di depan rumah Yankey.

"Ayo turun" ajak Arjuna sembari melepas seatbelt yang melekat pada tubuhnya.

Yulia menghela nafas panjang, jika berurusan dengan Yankey, ia tak kuasa untuk menghindarkan wajahnya agar tak tertekuk. Hidungnya kempas-kempis kala mengingat bahwa posisinya kini terjadi karena paksaan Yankey. Yulia tak bisa lupa bagaimana Yankey memakinya lewat telepon malam itu, memaksanya untuk menerima pernikahan yang sudah mereka rencanakan. Yulia semakin membenci sang ayah yang memaksa dirinya pada kehidupannya sendiri.

Tidak lama setelah itu, Yulia turun dari mobil dan menyusul suaminya yang sudah berlalu lebih dulu.

"Kondisikan muka kamu. Kamu yang minta kesini biar ketemu papa kamu, kan? Kok malah cemberut gitu?"

Yulia tak menghiraukan ucapan Arjuna, dengan tak sopan, gadis itu berjalan menuju rumahnya, mengetuk pintu tanpa bicara.

"Eh Yul, sudah pulang"

Tanpa aba-aba, Yankey merengkuh tubuh Yulia dalam dekapannya. Yulia dilanda keterkejutan, sudah 6 tahun dia dan ayahnya hidup dalam suasana dingin dan tak mendekat.

"Ini pasti Arjuna, ya?"

Yankey gantian memeluk Arjuna setelah melepaskan dirinya dari putri sematawayang nya itu.

"Ayo masuk, langsung ke kamar Yulia aja, papa udah bersihkan kamarnya dari kemarin."

Mereka masuk beriringan ke dalam rumah, Yankey sungguh berbeda dari biasanya, wajahnya bersinar memancarkan ketenangan. Yulia bahkan sempat pangling melihat perubahan sang ayah. Beberapa hari tak bertemu, Yankey seperti telah dirasuki oleh sesuatu. Ya, dulu sebelum berpisah dari Elisa, Yankey memang seperti ini, hari-hari penuh cinta dan keharmonisan karena kesetiaannya yang tak bisa diragukan lagi. Tapi karena selama 6 tahun terakhir ini tinggal bersama Yankey yang cuek dan ganas, Yulia merasa aneh melihat wajah sumringah sang ayah.

"Papa kenapa dari tadi senyum terus? Roman-roman orang jatuh cinta, kan yang menikah aku. Bukan papa" tanya Yulia penuh selidik, Arjuna sedikit menyenggol lengan Yulia karena merasa tak nyaman melihat seorang anak perempuan bicara pada ayahnya dengan nada seperti itu. Sedangkan Yankey justru terkekeh, membuat Yulia semakin bergidik ngeri.

"Emang salah ya, kalau seorang ayah bahagia menyambut kehadiran menantunya? Salah kalau papa bahagia karena kamu akhirnya menikah? Ada juga ternyata yang mau sama kamu"

"Jadi maksud papa aku gak laku, gitu?" Celetuk Yulia dengan wajah menahan kesal.

"Iya pa, Juna juga kalau gak dipaksa sama ayah, Juna juga gak mau sama cewek ini" ungkap Arjuna dengan penyesalan, ia yakin Yankey tak akan merasa sakit hati dengan candaannya. Meskipun sebenarnya tak sepenuhnya candaan.

"Ihh!" Yulia menumpuk bahu Arjuna seperti biasa. Namun kali ini lebih keras, sebab kadar emosinya pun lebih besar.
"Nyebelin banget sih. Kalian berdua sama aja!"

Dengan kaki yang sengaja dihentak-hentakkan, Yulia pergi menuju kamarnya, Arjuna langsung pamit pada Yankey untuk menyusul sang istri. Takut jika tak dibukakan pintu.

• • •

"Lagi ngapain pa?"

Yankey menoleh dan mendapati Arjuna dengan segelas teh ditangannya. Sekarang sudah pukul setengah sembilan malam, Arjuna tidak bisa tidur dan memutuskan untuk membuat teh sebagai peneman dirinya menyelesaikan pekerjaan. Tadinya ia ingin membuat kopi, tapi di dapur tak ia temukan serbuk hitam pekat itu. Dengan berbesar hati, Arjuna memutuskan untuk membuat teh saja.

ARJUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang