30 - Pemulihan

355 27 6
                                    

16+

Sudah dua pekan berlalu sejak kejadian tak terduga itu. Setelah mengikuti pemeriksaan fisik dan mental, Arjuna dan Yulia akhirnya bisa kembali ke rumah Qia. Rencananya, untuk sementara waktu, mereka akan menginap disana sebentar. Sedangkan Sena, kini telah bebas dan pulang ke rumahnya, semua masalah yang dilakukan oleh pria psikopat itu kepada Sena sudah diselesaikan. Sena bisa hidup tenang bersama keluarganya.

"Kalau saran saya, lebih baik kalian pulang pekan depan saja. Kalian menghirup udara segar dulu, jangan terlalu membebankan diri dengan pekerjaan ataupun aktivitas bersama orang lain." Nizam yang baru kembali dari dapur, meletakkan teh buatannya di atas meja. Sesampainya di rumah dari menjemput Yulia dan Arjuna dari rumah sakit, ia langsung sigap berjalan ke arah dapur untuk membuatkan minum. Di rumah mereka memang tidak ada asisten rumah tangga. Itu permintaan Qia yang lebih suka menghabiskan waktu seorang diri ketika Nizam bekerja

"Iya, benar kata Nizam. Kalian disini aja dulu." Lanjut Qia membujuk.

"Kami sih juga maunya gitu, tapi dua pekan lagi kami akan mengadakan resepsi pernikahan, Tante. Mama aku sama mamanya Arjuna pasti ngomel kalau kami mengulur waktu lagi. Kami belum persiapan sama sekali soalnya. Malah beberapa hari ini gak ngabarin mereka. Kami takut mereka curiga" Yulia mengambil satu gelas teh yang sudah disuguhkan di hadapannya. Ia menyicipi sedikit teh hangat itu.

"Nah, justru itu. Kalian perlu waktu untuk mengistirahatkan pikiran. Walaupun udah dua pekan di rumah sakit, pasti masih ngerasa penat, kan? Belum lagi ntar sampai disana pada sibuk nyiapin resepsi" Qia masih belum menyerah membujuk Yulia dan Arjuna. Ia sepenuhnya khawatir terhadap keadaan anak dan menantu dari sahabatnya ini.

"Hm, kami minta maaf tante, Nizam. Kayanya tiga hari lagi kami harus pulang. Kami akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin selama disini. Nanti setelah resepsi, suatu saat kami pasti akan kembali dan mengunjungi kalian. Kalau kalian punya waktu, kami mau mengundang kalian juga ke resepsi kami" Arjuna menolak bujukan Qia dengan sopan. Memang, masih ada perasaan takut yang hinggap dalam hatinya semenjak kejadian itu. Tetapi, menenangkan pikiran di tempat ini bukanlah pilihan yang terbaik. Dia ingin segera kembali ke rumah untuk menenangkan diri. Bertemu dengan orang tuanya juga teman-teman dekat.

Qia mengangguk dengan wajah yang sedikit ditekuk. Tak lama, ia tetap memasang senyum tipis dan berusaha untuk menerima keputusan dari Arjuna maupun Yuli. "Baiklah, kalau itu pilihan kalian. Soal resepsi, insyaaAllah Tante sama Nizam usahakan untuk datang. Tapi, jangan kasih tahu Zahra dulu kalau kalian ketemu Tante disini. Biar jadi kejutan aja nanti" Senyum Qia makin merekah saat dirinya teringat Zahra. Sudah lama sekali sejak kematian suaminya, dia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Bahkan ketika Zahra mengandung Arjuna pun Qia tak tahu.

"Siap, tante. Aku yakin mama pasti senang banget ketemu Tante nantinya" jawab Arjuna setelah mengacungkan jempolnya dengan riang.

Sedangkan Nizam dan Yulia hanya tersenyum menyaksikan interaksi mereka. Terkhususnya Qia yang memasang senyum merekah. Tak lama, Nizam teringat akan sesuatu dan melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangannya.

"Mah, udah siang nih. Kita harus berangkat"

"Ah, iya. Mama lupa. Kita harus ke pelantikan kamu, ya? Arjuna, Yuli, kalian di rumah aja ya, jangan kemana-mana"

Arjuna dan Yulia kompak mengangguk seperti anak kecil yang diperintah oleh ibunya. Memang benar, Qia sudah memperlakukan mereka layaknya anak sendiri yang harus dijaga. Mereka belum bisa terlalu sering menghabiskan waktu di luar rumah untuk saat ini. Meskipun penjahat satu-satunya yang mungkin menculik Arjuna dengan alasan yang tidak masuk akal sudah di penjara, tapi anak buahnya pasti masih berkeliaran dimana-mana. Kemungkinannya memang kecil, tetapi akan lebih baik jika berjaga-jaga.

ARJUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang