"Your contract has been signed, noisy girl!"
Matanya menatapku dengan amarah, tapi aku juga bisa merasakan debar jantungnya yang tak mampu dia kendalikan. Apa pesonaku sekuat itu?
"G--gue"
Aku menggerakkan kepalaku ke atas dengan dahi yang dikerutkan. Bertanya ada apa?
Gadis ini menggelengkan kepalanya dengan cepat. Aku tahu, dia sedang membuyarkan ekspresi kagumnya pada wajahku yang kini tepat di depannya. Dia masih saja memasang wajah garang.
"Gue gak mau kerja sama lo! Gue mau batalin kontraknya! TITIK."
Aku menggeleng pelan, berjalan kembali ke tempat dudukku. Sedangkan dia masih terpaku di tempatnya berdiri tadi, matanya menelisik penuh selidik dengan gerak gerik yang akan kulakukan setelah ini.
"Kamu baru aja menandatangani kontraknya tadi di ruangan Meli, kan?"
Aku kembali duduk, memutarkan kursi ke kanan dan ke kiri. Aku tak bisa melepas senyum jahat saat bicara padanya. Entahlah, tapi aku merasa puas bisa mengerjai wanita ini. Saat dia marah dia terlihat menarik. Astagfirullah Arjuna! Sepertinya aku sudah stress berat.
"Iya, baru tadi gue tandatangani kontrak itu. Dan hari ini juga gue akan batalin perjanjian apapun yang berhubungan sama lo. Gue gak mau kerja sama bos yang suka hina karyawannya sendiri kaya lo!"
Aku terkekeh kecil melihat dia bicara dengan amarah yang meletup letup. Tapi matanya terus berkedip cepat karena tak sanggup melihat langsung ke mataku dengan jeda yang cukup lama. Alhasil, wajahnya jadi aneh.
"Kamu menandatangani kontrak itu tapi tidak membacanya"
Baru saja mulut cabenya itu ingin terbuka, tenggorokannya bagai tercekat dan tak mampu melanjutkan ucapannya. Gadis ini benar benar.... Gila!
Dia menggeleng lemah setelah menurunkan tangannya yang baru saja ingin mengacung ke arah wajahku.
Aku berdecak tak percaya. Lagi lagi menatapnya dengan angkuh. Kalau kalian bisa lihat sekarang, wajahnya benar benar merah karena jengkel dengan tingkahku. Tapi entahlah, aku suka melihat dia begitu.
"Nona Yulia Humairah yang terhormat. Silahkan temui kembali Meli di ruangannya dan minta dia memperlihatkan kontrak kerja kamu. Biar saya kasih salah satu clue saja, ya. Disana jelas tertulis, jika pihak kedua memutuskan kontrak secara sepihak tanpa persetujuan kantor, kamu harus membayar denda 100 juta rupiah. Kamu rela? Belum kerja udah rugi?"
Dia menganga dengan mata yang melotot, sepertinya jiwanya terguncang mendengar penuturanku barusan. Aku pun terpaksa melakukannya, aku juga tak ingin dia bekerja disini. Tapi, besok kami harus segera pergi untuk memulai proyek baru itu. Aku butuh seorang sekretaris untuk ikut bersamaku.
"Bagaimana gadis berisik? Apa keputusan anda?"
Tak ada lagi kemarahan pada matanya. Tangannya berkali kali mengusap wajah putihnya dengan gusar sebelum akhirnya dia menatapku dan mengatakan keputusannya.
"Baiklah, gue ikuti permainan lo!"
• • •
"Arrrgggghhsss... Gila ya tuh cowok! Minta gue ulek jadi sambel geprek! Ganteng ganteng tapi nyebelin banget. Baru sebentar dia hina gue habis habisan! Tiba tiba dia ngancam gue untuk tetap kerja sama dia. Ahh! Keseeeeellll! Ini semua gara gara papaaaaaa!"
Yulia mengacak acak rambutnya dengan kasar, bahkan menariknya sedikit hingga rambut lurusnya rontok beberapa helai. Dia menangis sambil memeluk dirinya sendiri. Ucapan Arjuna mengiang ngiang dalam pikirannya. Dia seperti orang rendahan yang tidak bisa berkutik di depan Arjuna yang sempurna. Tampan, kaya, punya kekuasaan, dan terkenal sebagai laki laki sholeh yang taat agama. Yulia gak punya bahan apapun untuk membela dirinya. Yulia sadar bahwa dia memang wanita rendah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romans[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...