Yulia tengah duduk dengan perasaan gusar tepat di depan musholla kantor. Menunggu bos galaknya yang sedang mendirikan sholat sunnah dhuha. Yuli juga sholat, tapi hanya sampai dua rakaat.
Sambil memegangi perutnya yang kelaparan Yulia menggerutu. Sudah setengah jam dia berada disini, tapi ibadah Juna belum juga selesai.
"tuh anak pasti sengaja deh dilama lamain! Minta ditimpuk pake batu!"
Yulia memutuskan untuk mengarahkan dirinya mengintip keberadaan Arjuna, memastikan bahwa pria itu tidak kabur diam diam dari pintu belakang demi menghindarinya. Sungguh, perutnya sudah sangat lapar, dia ingin sekali kabur dari sini meninggalkan Arjuna. Tapi, Arya masih ada di depan, pria tua itu takkan membiarkan Yulia pergi seorang diri.
Dengan perlahan tapi pasti, gadis yang tengah memakai stelan kaos santai dan jeans abu abu yang pas di kaki jenjangnya itu mengintip ke arah saf paling depan. Punggung Juna dengan kemeja maroon terlihat sedang menyelesaikan salam pertama
"dia sholat berapa rakaat sih? lama banget!"gumam Yulia dalam hati
"Eh, mba? Ngapain disini? Ini tempat laki laki"
Jantung Yulia hampir terlonjak saat suara bariton pria memergokinya sedang mengintip Arjuna. Dia menoleh, memasang cengir tak berdosa.
"Em, saya sekretarisnya pak Arjuna, saya lagi nunggu dia.. hehe"
Pria tersebut manggut manggut "tapi jangan disini mba, nanti kesentuh sama laki laki" ucap pria itu lagi lalu segera berlalu tanpa menunggu jawaban dari Yuli.
Yulia menatap kepergiannya dengan senyum paksa, ia bergeser sedikit dari tempat itu setelah menghela nafas lega saat pria berjenggot tipis itu ternyata tak banyak bertanya.
"Ih, dasar Arjuna bang--"
"Bang, apa?"
Yulia menoleh pada seorang pria lain yang menyela umpatan kasarnya. Matanya langsung berubah sinis mengetahui bahwa orang itu adalah Arjuna yang dia tunggu sedari tadi. Dengan santai dan cueknya Arjuna berjalan tanpa menatap Yulia, duduk di teras musholla dan mengambil sepatunya untuk ia kenakan.
"Jangan bicara kasar di tempat ibadah!" Ucap Juna yang sudah duduk dengan posisi membelakangi Yulia. Gadis itu masih menatap kesal tepat pada rambut Juna yang sedikit gondrong, tangannya gatal ingin menarik rambut itu hingga lepas.
"Hei! Masih mau disitu? Katanya mau beli makanan, jangan buat saya nunggu!"
Yulia mengerang kesal, ia meremas bajunya hingga tercetak kelusuhan disana. Melihat banyaknya orang di tempat ini membuat Yulia mengurungkan niat untuk berteriak dan memekakkan telinga Arjuna. Lihat aja, jika waktunya tiba, Arjuna akan minta ampun karena siksaannya.
Yulia berjalan dengan kaki yang sengaja dihentakkan karena kesal, mengambil sepatu dan memakainya dengan durasi cepat. Bukan makanan lagi yang dia harapkan, sekarang tujuannya adalah memberi hukuman pada bos galak yang paling dia benci saat ini.
Masa bodoh jika dia dipecat, masih banyak bos yang lebih menarik yang akan menerimanya sebagai sekretaris mereka.• • •
"Kenapa diam aja dari tadi? Sariawan?" Tanya Juna sambil menatap sekilas ke kursi belakang tempat Yulia duduk. Sejak pertengkaran karena tempat duduk tadi, Yulia tak bicara lagi. Ya, Yulia tak terima saat Arjuna memintanya untuk duduk dibelakang, padahal itu saat yang dia tunggu tunggu untuk mencakar dan menjambak tubuh Arjuna. Tapi pria ganteng ini keukeuh menyuruhkan duduk di belakang dengan alasan bukan mahram.
Arjuna menghentikan mobil dan memarkirkannya di depan rumah makan. Warung ini menjadi langganan keluarga Arjuna jika berkunjung ke Surabaya.
"Kita makan siang aja sekalian, nanti kalau mau jajan lagi mampir ke mini market" ucap Juna sembari melepas seatbelt yang melindungi tubuh besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...