Arjuna terperangah tak percaya melihat kamar Yulia sudah penuh dengan santriwati lain serta pak kyai yang juga ikut serta hadir.
Yulia menangis dengan baju yang berantakan. Gamis dan khimar panjang yang ia kenakan sedikit sobek dan lusuh.
"Hikss hiks.."
"Ada apa ini sebenarnya, kamu kenapa nak Yulia?"
Pak kyai mendekat ke arah Yulia yang sontak membuat para santriwati yang mengerubunginya mulai menjauh.
"Arjuna pak, Arjuna, dia mau melecehkan saya"
Desas desus langsung terdengar dari bibir manusia yang menyaksikan kejadian ini. Yulia terus menangis tanpa henti, sedangkan Arjuna masih belum mengerti apa yang terjadi.
"Arjuna? Apa itu benar?"
Arjuna menggeleng cepat. Namun bibirnya masih kelu untuk bicara. Pak kyai dan lainnya menatap ke arahnya secara serentak. Pakaian pemuda itu sedikit basah dan rambutnya juga kacau. Membuat perspektif jahat memenuhi isi pikiran mereka.
"Pak kyai, ini salah paham pak, saya gak ngapa ngapain Yulia" Arjuna tergagap, pikirannya kacau karena banyak sekali yang memperhatikannya dengan tatapan mengintimidasi. Sedangkan Yulia terus menangis dan meracau.
"Enggak pak kyai, dia bohong. Dia yang udah melakukan ini semua pada saya" kata Yulia sambil menunjukkan keadaan dirinya yang sudah berantakan.
Pak kyai kembali menoleh kepada Arjuna. Tatapannya tetap tenang, tidak mau memihak pada siapapun jika kebenarannya belum jelas.
"Lalu untuk apa kamu disini Arjuna?"
" Saya.. saya.." Arjuna tampak berpikir, pikirannya blank
"Hm, ah, iya, tadi saya liat Yulia pingsan dari seberang tembok. Saya hanya berniat membantunya masuk ke dalam pak kyai"Salah satu dari penonton yang merupakan salah satu petugas kebersihan yang yang pada saat itu sedang bertugas membersihkan ruangan pak kyai tiba tiba bersuara.
"Halah, cari alasan aja masnya, kalau cuma mau nolongin, kenapa bisa ada di kamar mandi?" Pria ini tidak terlalu mengenal Arjuna. Dia tidak tahu bahwa Arjuna adalah anak dari pemilik pesantren."Hm,, pak. Saya cuma mau ngambil kompresan untuk dia, dia lagi sakit. Yulia, kamu jangan fitnah saya seperti ini, jelasin sama mereka.."
"Astaghfirullah, Arjuna. Kamu tahu kalau kalian bukan mahram, kenapa kamu gak panggil santriwati lain atau siapapun yang bisa membantunya? Kenapa harus kamu?" Kata kyai dengan ekspresi kecewa
Arjuna menunduk karena tak tahu harus menjawab apa. Dia akui dirinya salah, tapi jelas dia tak melakukan apapun pada Yulia.
Sedangkan Yulia, dia menangis semakin keras. Wanita itu sudah memakai obat mata terlalu banyak, sehingga dia lebih mudah mengeluarkan air mata kebohongan itu.
"Pak kyai, tadi seingat saya, saya itu pingsan di depan kamar karena lagi gak enak badan. Terus pas saya bangun, udah ada disini dengan baju yang seperti ini. Saya gak sengaja ngeliat ada sepatu Arjuna di depan pintu. Saya kenal sekali sepatu itu karena dia bos saya di kantor."
"Jadi Arjuna? Apa benar kamu telah melecehkan Yulia?"
Arjuna menggeleng semakin cepat "enggak pak kyai, enggak"
"Udah pak kyai, nikahi aja mereka"
Petugas kebersihan baru itu bersuara lagi. Membuat semua orang melihatnya dengan tatapan yang berbeda beda. Ada yang langsung memasang wajah tak rela, ada pula yang mengangguk setuju.Yulia dan Arjuna terbelalak dengan ide konyol itu. Keduanya was was saat melihat kyai terdiam dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
"Enggak pak kyai, saya gak mau menikah sama Arjuna" teriak Yulia dengan lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...