Hari ini terasa membingungkan bagi Yulia. Pada satu hari sebelum resepsi pernikahannya, jantung Yulia berdebar kencang, suhu tubuhnya sering berubah, membuat dirinya kerap kali merasa tak nyaman. Berdiam diri di dalam rumah apalagi jika salah satu anggota keluarga membicarakan tentang acara besok, perut Yulia rasanya otomatis terguncang dan membuat dirinya mual. Yulia khawatir akan ada hal jelek yang terjadi di hari penting itu, hari dimana semua tamu penting Alvin akan datang. Mungkin karena Yulia takut jika dirinya dibandingkan dengan Alana atau jangan-jangan ada salah satu diantara mereka yang mengenal Yulia di masa lalu dan menceritakan kejelekan dirinya di depan keluarga atau para tamu yang juga ada disana.
"Mas, aku pengen makan seafood yang di pinggir jalan itu."
Menggunakan nada manis, Yulia mengatakan kalimat yang sedari tadi ia coba tahan. Gadis berusia 23 tahun itu hanya ingin menenangkan pikirannya dengan berjalan keluar rumah atau mungkin mengobrol dengan suaminya, meminta dukungan batin agar ia bisa berhenti memikirkan sesuatu yang berlebihan tentang acara esok hari
Syukurlah, Arjuna setuju untuk keluar bersama. Kini mereka telah ada di salah satu meja tempat makan seafood yang juga terkenal menjual pecal ayam enak.
"Kamu kenapa sayang, dari tadi aku lihat lemes banget, ada yang kamu pikirin?"
"Hah? Enggak kok mas, aku cuma gugup untuk resepsi kita besok"
"Kamu takut kenapa? Takut semuanya gak berjalan lancar?"
Yulia mengangguk cepat, pikiran Arjuna tepat sasaran dengan apa yang ia pikirkan.
"It's okay kalau gak berjalan lancar atau pun ada masalah"
Yulia melotot mendengar ucapan Arjuna, masih heran dengan sikap santai suaminya.
"Maksudnya?" Tanya Yulia sembari memicingkan mata dengan waspada.
"Sebagai manusia kita cuma bisa membuat rencana dan berusaha menjalankannya sebaik mungkin. Bagaimana terjadi dan bagaimana hasilnya nanti, bukan kuasa kita lagi, mbak."
Pandangan mata Yulia berangsur-angsur sayup. Arjuna benar, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan kita besok, lusa atau bahkan lima menit ke depan. Jika terlalu memaksakan diri untuk berpikir dan akhirnya menimbulkan perasaan khawatir yang berlebih, tidak akan mengubah apa yang 'akan' terjadi. Beberapa kasus justru bertambah buruk karena perasaan itu.
"Udah terlalu banyak hal yang terjadi dalam hidup aku, mbak. Begitu pun kamu. Mulai dari kehilangan Alana, batal nikah, tiba-tiba dijodohkan, sampai perjuangan kita untuk lepas dari penculik psycho, membuat aku sadar kalau jalan hidup memang gak bisa ditebak dimana dan bagaimana arahnya."
"Permisi mbak, mas, ini pesanannya.."
Kedatangan pelayan warung untuk mengantar pesanan kami membuat kalimat Arjuna terhenti, mereka berdua sama-sama tersenyum ke arah pelayan tersebut lalu bersiap menyantap makanan.
"Dihabisin dulu makanannya, nanti kita ngobrol lagi."
***
Hanya beberapa menit saja Yulia dan Arjuna menyelesaikan aktivitas makan mereka. Dengan perut yang kenyang dan perasaan yang bahagia, Arjuna pulang bersama sang istri dengan sepeda motor yang Juna pinjam dari ayahnya, dia sendiri hanya punya mobil pribadi, mungkin setelah ini dia juga akan membeli motor untuk pergi ke tempat-tempat yang tak terlalu jauh, dan yang paling penting, momen 'membonceng istri' ternyata sangat menyenangkan.
"Kamu kenapa masih lesuh gitu? Masih mikirin soal besok?" Tanya Arjuna pada gadis yang tiga tahun lebih muda darinya itu.
"Hm, sedikit mas. Tapi gak papa kok, aku akan coba untuk lebih tenang, kamu gak usah khawatir"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romansa[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...