Derap langkah kaki yang terdengar angkuh di telingaku mulai mendekat. Seringainya membuat seluruh tubuhku bergetar menahan amarah, aku mungkin bisa menerima saat dia memukuli diriku tanpa ampunan. Aku mungkin bisa terima, saat dia memperlakukan ku seperti binatang, mempersempit pergerakan ku atau memakiku dengan kata-kata kasar. Namun aku benci saat dia membawa Yulia dalam perbincangan kotornya, saat dia berkata bahwa dia akan merebut istriku itu, aku tak bisa mengelak bahwa kemarahan ku begitu dalam sejak saat itu.
"Hai bro, Udah bangun? Hari ini istri Lo mau datang, dan Lo tau apa yang akan gue lakukan? Gue akan jadiin dia milik gue lagi Arjuna.. Lo, akan kehilangan segalanya.." katanya penuh kebanggaan.
Aku menatapnya dengan mata yang melotot sempurna, kondisiku kini tak berdaya karena tanganku yang diikat di belakang kursi. Meskipun begitu, aku bersyukur karena dia masih memberikan aku kesempatan untuk tetap sholat sesuai waktunya, meskipun diawasi ketat oleh beberapa orang suruhannya yang memiliki badan besar.
"Yulia datang untuk menyelamatkan saya.. Dia tidak akan kembali pada kamu.." ungkapku dengan penekanan yang jelas.
"Oh ya? Tapi Yulia tidak mencintai lo, kan? Lo juga gak mencintai dia? Untuk apa dia bertahan sama seseorang yang gak mengharapkan kehadirannya, hah?"
Aku tersenyum tipis menanggapi ancaman yang sama sejak kemarin. Ancaman bahwa dia akan merebut istriku, ancaman yang tak akan terjadi sampai kapan pun.
"Jangan berharap terlalu tinggi. Karena kamu, saya sekarang sadar, saya mulai mencintai wanita itu, dan saya yakin dia pun begitu..." Aku tertawa kecil mengejek dirinya. Dia memang selalu emosi setiap melihatku. Dan emosi itu semakin memburu saat aku membawa nama Yulia.
"Kurang ajar!"
Prakk!
Pria yang mengancamku itu melayangkan tinjunya tepat di rahangku. Aku bahkan sudah tidak terlalu memperdulikan rasa sakit ini. Meskipun harga diriku sudah sangat-sangat terluka dengan perlakuannya ini.
• • •
Setelah selesai melaksanakan sholat maghrib kemarin, Yulia diajak ke rumah wanita paruh baya yang menemuinya di depan masjid. Awalnya tentu saja Yulia menolak, sebab tak ingin merepotkan juga ingin lebih awal menemui Arjuna. Tetapi wanita yang ternyata bernama Qia itu terus memaksa Yulia ikut dengannya. Ia berjanji akan membantu Yulia dalam upaya penyelamatan suaminya.
"Yulia? Sudah bangun?"
Yulia mengangguk kecil sambil memaksakan senyum manis ke arah Qia.
"Saya minta maaf tante, saya sudah sangat merepotkan tante. Sekarang lebih baik saya cepat pergi.."
Qia menggeleng cepat dan mendudukkan dirinya di atas ranjang kamar tamu, tempat Yulia beristirahat satu malam ini.
"Kamu tenang aja Yuli.. Saya tahu tempat itu.. saya akan menemani kamu kesana.. Saya sudah punya rencana. Kamu tahu, beberapa tahun lalu, saya dan almarhum suami saya juga pernah disekap di tempat itu."
Yulia sedikit terjingkat kaget. Ia merasa telah menemukan titik terang untuk alasan Qia bersikeras membantunya.
"Saya tahu bagaimana rasanya kehilangan suami. Saya kehilangan suami saya kala kasus penculikan itu terjadi. Dia dibunuh tepat di hadapan saya. Pembunuh itu mengaku mencintai saya dan dengan gilanya dia berusaha untuk merebut saya bagaimanapun caranya. Apalagi mendengar cerita kamu kemarin tentang ancaman laki-laki itu. Bisa dipastikan bahwa dia adalah orang yang sangat mencintai kamu di masa lalu. Kalau kamu datang sendiri dengan tangan kosong, tidak menutup kemungkinan kalau dia akan membunuh suami kamu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...