21 - Sahabat

343 44 7
                                    

Entah sudah yang ke berapa kalinya Arjuna memberhentikan mobil hanya karena sang istri yang ingin memuntahkan isi perutnya. Pengaruh alkohol membuat Yulia tidak memperdulikan keadaan sekitar, bahkan kehadiran Elisa yang menjadi alasannya frustasi pun sudah tak ia sadari. Ya, Yankey dan Elisa sudah berada di belakang Arjuna dan Yulia.

"Sudah sampai.. biar Arjuna aja yang bawa Yulia ke dalam ma, pa. Mama sama papa bisa masuk duluan" kata Arjuna sembari melepas seatbelt Yulia setelah melepas miliknya lebih dulu.

"Hm, gak sebaiknya aku pulang aja, Yan?" Tanya Elisa menghadap Yankey dengan perasaan yang tak enak.

"Nginap saja untuk malam ini, El. Sudah sangat larut, Arjuna bisa saja mengantar kamu, tapi aku takut kalian kenapa-napa. Nanti ada begal"

Elisa mengangguk pasrah dengan kepala yang tertunduk. Ia juga tak mau merepotkan Arjuna, apalagi Yulia membutuhkan kehadiran suaminya.

Mereka berempat masuk ke dalam rumah. Yulia yang sudah terlelap kini berada dalam gendongan Arjuna, sedangkan Yankey dan Elisa berjalan beriringan dengan canggung.

Elisa sempat terhenyak saat kakinya kembali menginjak rumah yang sudah 6 tahun ini ia tinggalkan. Hatinya menjeritkan kerinduan yang mendalam. Berharap suatu saat dia bisa kembali dan disambut hangat oleh dua manusia yang sangat ia cintai, Yankey dan Yulia dengan senang hati.

Sebelum mengantarkan Elisa ke kamar, Yankey juga mantan istrinya itu mengikuti Arjuna dan Yulia ke kamar mereka. Tapi pandangan Elisa langsung teralihkan dengan bantal dan selimut yang berada di atas sofa.

"Arjuna? Apa ini?" Ungkap Elisa menanyakan apa yang ia lihat. Arjuna menoleh setelah meletakkan badan Yulia yanh sudah terlihat nyaman di atas kasur miliknya.

"Kalian gak tidur di ranjang bersama, Jun?" Kini Yankey yang bertanya.

Arjuna menggeleng lemah, dari awal mereka memang tidak pernah tidur satu ranjang.

Elisa duduk di tepi ranjang. Melepas hijab Yulia dengan perlahan lalu merapikan rambutnya yang berantakan. Surai itu dibelai lembut oleh Elisa dengan penuh kasih sayang. matanya berkaca-kaca saat melihat pipi bengkak Yulia yang menangis sepanjang perjalanan tadi.

"Juna, mama mohon sama kamu, hari ini tidurlah di sampingnya, berikan dia pelukan dan belaian cinta. Agar nanti ketika dia terbangun, dia tidak merasa sendiri lagi"

Juna merasakan otot kakinya menegang, ia mengerling beberapa kali lalu menatap wajah manis Yulia yang tertidur lelap. Juna tak bisa membayangkan bahwa dirinya harus tidur dengan jarak yang teramat dekat dengan gadis tersebut. Arjuna takut tak dapat mengendalikan dirinya.

"Tapi ma, Arjuna takut gak bisa menahan diri. Mama dan papa tau kan maksudnya?"

Yankey dan Elisa melihat Arjuna bersamaan.

"Kalian sudah sah, Arjuna. Tidak masalah jika kamu melakukan itu. Justru bagus, mama dan papa bisa segera punya cucu" kata Elisa dengan nada santai. Ia kembali menatap putrinya. Sedangkan Yankey menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar Elisa berujar. Apalagi saat mata Arjuna melotot sempurna menandakan bahwa ia tak berharap jawaban itu dari mertuanya.

"Tapi ma, Arjuna gak mau melakukan itu hanya karena nafsu. Yulia pasti kecewa karena Arjuna memanfaatkan ketidakberdayaannya."

Elisa menghela nafas. "Baiklah, kamu tidak perlu melakukan itu. Tapi tetap tidur disampingnya, untuk malam ini saja. Ini amanah dari seorang ibu kepada menantunya, Arjuna"

Sayangnya Arjuna tak lagi dapat menangkal ucapan Elisa. Saat ia melihat ke arah Yankey, pria itu malah mengangguk dengan tampang meyakinkan, membuat Arjuna semakin dilema.

ARJUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang