"Gue mohon Rah, Ziah, jangan pergiii. Kalian disini aja, pleasee"
Rahimah dan Fauziah menatap bingung pada Yulia. Sedari tadi wanita ini terus merengek agar jangan ditinggalkan.
"Mba, sebentar lagi suami mba Yulia datang. Gak mungkin lah kami disini terus" jawab Rahimah dan langsung membuat Yulia bergidik ngeri mendengar kata 'suami'. Jadi, sekarang dirinya telah sah menjadi seorang istri.
"Enggak, gue gak mau, biarin aja dia yang gue suruh tidur di luar"
Tok tok tok..
Ketiganya terperanjat mendengar suara ketukan pintu. Rahimah langsung menarik tangan Fauziah untuk segera pergi. Tapi Yulia keburu menangkap tangan Fauziah yang satunya.
"Plis plis plis, jangan pergiii"
"Mbak, tolong. Kami gak mungkin..", Rahimah memelas pada Yulia, dengan berat hati akhirnya wanita itu melepas tangan Fauziah dan membiarkan remaja itu dibawa pergi oleh Rahimah.
Ceklek..
Rahimah langsung menemukan tiga sosok yang sangat dikenalnya. Ada Arjuna di posisi tengah dengan wajah datar dan tak bersemangat. Di sisi kanannya ada Zahra yang tersenyum hangat dengan terpaksa, memegangi lengan kekar Arjuna. Sementara Alvin ada di sebelah kiri Arjuna, sama sama tersenyum, tapi kali ini tidak terlalu cerah, mungkin karena dirinya dan Arjuna sempat bertengkar diperjalanan dari masjid. Memperdebatkan soal Arjuna yang tak mau tidur sekamar dengan Yulia. Lagi lagi, Alvin yang menang.
Di dalam kamar, Yulia dengan cepat memakai kembali khimar instannya, setidaknya jangan sampai Zahra dan Alvin menganggapnya buruk.
"Makasih ya Rahimah, Fauziah, udah menemani Yulia dari tadi" kata Zahra dengan tulus, Rahimah hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Dia tak berani bicara apapun, karena dihadapannya ada Arjuna dengan pesona yang tak pernah luntur.
Rahimah dan Fauziah berlalu. Zahra dan Alvin ikut masuk untuk mengantar Arjuna. Yulia duduk di atas kasur dan melihat kedatangan mereka dengan raut canggung dan takut. Pasalnya sekarang status mereka sudah berubah.
"Ngapain kamu duduk di kasur saya?" Imbuh Arjuna tiba tiba dengan nada ketus.
"Arjuna, apa-apaan kamu bicara seperti itu sama istri sendiri. Apa yang kamu miliki, sekarang juga punya Yulia. Otomatis seperti itu."
"Terserah ayah deh.."
Arjuna melepaskan tangan Zahra yang melingkar di lengan kekarnya, masih kesal dengan ibunya itu karena tak berusaha untuk mencegah pernikahan paksanya ini. Ia berjalan dan duduk di tepi ranjang yang lain. Tubuhnya memunggungi Yulia.
"Ya sudah, mama sama ayah mau kembali ke kamar. Untuk jaga jaga, ayah akan kunci kamar ini, untuk malam ini saja. Ayah gak mau ada yang lari dari kenyataan" kata Alvin tanpa dosa. Arjuna langsung berbalik dan menatap ayahnya tak suka.
"Apalagi sih ini, yah? Setelah semua ini? Apa lagi?" Tanya Arjuna dengan perasaan murka.
"Cuma kunci kamar aja Jun, apa salahnya? Biar gak ada yang ganggu kamu"
"Yah, di rumah ini cuma ada kita bertiga.."
Alvin mendelik. Arjuna hampir saja melupakan kehadiran Yulia disini.
"Maksudnya berempat" lanjut Arjuna dengan sedikit lirih."
"Tapi kak, soal mimpi itu... siapa yang akan nenangin Arjuna nanti.." Zahra membuka suara, itulah yang ia khawatirkan.
"Dia sudah punya istri, Zahra. Dia bukan anak kecil yang harus kamu urus setiap hari.." Alvin melirik Zahra dengan ujung matanya. Sang istri langsung menunduk takut melihat tatapan Alvin yang terasa seperti-- mengancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Любовные романы[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...