Yulia mengetatkan hoodie hitamnya lalu memeluk tubuhnya sendiri. Langit sudah berubah gelap saat dirinya sampai di kota tempat tinggalnya. Dengan secangkir kopi yang ia beli di cafe dekat bandara, gadis itu masih setia untuk duduk di lobby pusat penerbangan.Pikirannya masih berusaha ia tenangkan. Nyeri yang terpatri dalam hatinya masih belum hilang. Gema suara Arjuna bagaikan menabuh jantungnya, beriringan dengan suara detakan yang menjadi lebih cepat dari biasanya.
Air matanya sudah kering. Tak ada pasokan lagi untuk sekedar menemani iringan rasa sakit yang menjalar pada tubuhnya saat ini. Entah kenapa kalimat yang Arjuna lontarkan sangat berpengaruh pada keadaan hati dan jiwanya. Apa mungkin karena Yulia sedang haid? Jadi dia lebih sensitif. Tapi, sebelumnya tak pernah sekacau ini.
Tak tahu apa yang sekarang gadis ramping dengan tinggi semampai itu pikirkan. Ia berdiri dengan gontai setelah menerima chat dari supir taksi online yang ia pesan, pria paruh baya itu sekarang sudah berada di depan bandara sekarang. Dengan perlahan Yuli berjalan untuk menemui pria yang akan mengantarnya.
"Atas nama Yulia Humairah, mba?"
Yulia mengangguk, mengiyakan. Plat mobil sudah ia cocokkan dengan yang ada di layar ponselnya. Yulia masuk dan membiarkan supir itu membawanya sampai ke rumah.
"Alamat sesuai aplikasi kan, mba?"
Mendengar penuturan supir itu, otak Yulia tiba tiba berpikir keras. Arjuna, wajahnya, serta ucapan ucapan sadisnya telah membahtera dalam pikiran Yulia dan membuatnya panas. Hati, serta seluruh tubuhnya hanya tertuju pada masalahnya yang ada di Surabaya. Jika dia pulang sekarang, Yankey pasti akan menanyakannya banyak hal. Yulia izin selama lima hari, tapi baru dua malam tak di rumah tiba tiba ia kembali. Sungguh Yulia tak siap menghadapi papanya yang tempramental itu.
"Pak, saya turun sebelum tempat tujuan aja ya.."
"Loh mba? Tapi.."
"Gak jauh kok, bapak muter aja ke tempat tujuan saya yang ada di aplikasi, berhenti bentar, biar tetap sesuai tujuan. Saya kasih uang lebih deh.." ucap Yulia mencoba berkompromi.
"Ya sudah mba"
Yulia membuang nafas lega. Awalnya ia juga ragu, mengingat ancaman sang ayah tempo hari. Tapi ini semua dia lakukan untuk menenangkan pikirannya, agar bisa melupakan rasa perih yang dibuat seorang laki laki asing kepadanya. Laki laki yang sangat dia benci.
"Disini aja, pak" ucap Yuli memberi intruksi. Setelah sepuluh menit akhirnya mereka sampai ke tempat favorit Yulia. Menjadi favorit karena disini semua masalahnya bisa ia lupakan, bertemu dengan teman teman yang notabene memiliki nasib yang serupa dengannya. Disini, dia juga bisa bertemu dengan madam Elisa.
"Ini pak, udah saya tambahin" kata Yulia sambil menyodorkan sejumlah uang.
"Nggih, mba. Terima kasih, jangan lupa bintang limanya"
Yulia mengangguk kemudian tersenyum tipis. Ia melangkahkan kakinya keluar dari mobil dan menatap kendaraan itu langsung melaju meninggalkan dirinya.
"Let's enjoy Yul!"
• • •
"Apa harus Juna hubungi, om? Mungkin sekarang dia udah sampai di rumahnya dan tidur nyenyak di dalam kamar"
Arjuna masih menggerakkan gawainya secara abstrak. Jarinya bergerak asal, masih ada keraguan dalam hatinya untuk melakukan apa yang Arya minta.
"Jun, kalau seperti itu bagus, tapi gimana kalau dia belum sampai? Gimana kalau ada yang jahatin dia setelah sampai disana. Satu satunya yang bisa memastikan itu adalah orang tuanya yang ada disana. Kita di sini gak bisa apa apa, Jun"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...