Tak ada yang mampu mengalahkan ketulusan dan kebaikan. Meskipun tak terlihat oleh ribuan pasang mata manusia yang ada di dunia, namun di sisi Allah, kita akan tetap menjadi berlian yang berharga karena kebaikan tersebut.
Itulah alasan Arjuna mempertahankan semua yang telah ia mulai, meskipun dianggap egois karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan dirinya dan juga Yulia, Arjuna tetap tidak berniat untuk menyerah dan memberikan proyek ini pada siapapun. Tidak akan dan tidak pernah.
"Mbak, apapun alasannya, kamu gak boleh memberikan dokumen itu sama mereka. Aku akan memohon sama mereka biar lepasin kamu. Kamu gak perlu takut soal keadaan aku. Ya, mbak?"
Yulia tak sanggup untuk menahan isak tangis setelah mendengar alasan dari suaminya mempertahankan proyek yang baru saja ingin ia bangun. Sebuah pabrik dan distributor sembako dengan harga murah yang akan dibuka di kawasan warga sekitar yang mengalami kekurangan secara materi. Arjuna dan ayahnya merasa sudah cukup banyak menerima keuntungan sehingga mereka berpikir untuk menggunakan penghasilan mereka lebih banyak untuk orang lain yang masih jauh dari kata mampu. Namun sayangnya, banyak orang-orang tamak yang menganggap rencana Arjuna dapat mengganggu kelancaran bisnis mereka mengganggu proses keuangan mereka. Namun sebenarnya, segala opini itu hanyalah alibi yang tak berdasar.
"Aku gak akan ninggalin kamu mas. Kita akan berjuang sama-sama, ya.." Yulia dengan segala pesonanya, cara bicaranya yang lembut namun tegas, serta genggaman tangannya yang terasa sangat pas di jari-jari panjang Arjuna, memberikan kekuatan dan kebahagiaan tersendiri bagi dirinya.
"Makasih mbak, aku juga gak akan biarin mereka melukai kamu."
"Iya sayang.."
Arjuna sontak melotot mendengar kata sakral yang Yulia ucapkan untuknya, dia terkejut karena tiba-tiba saja mendapatkan panggilan yang tak biasa, belum lagi ketika Yulia membalas keterkejutannya itu dengan senyuman manis dari bibir mungilnya.
"Kamu bilang apa tadi?"
"Sayang. Gapapa dong? Aku panggil mas Juna 'sayang'"
Gemas. Satu kata itu mendeskripsikan perasan Yulia saat melihat wajah bingung suaminya. Ia tersadar bahwa suaminya ini benar-benar tampan.
"Ya boleh aja sih.." Juna mengusap pelan tengkuk lehernya, menghempaskan sedikit rasa malu yang menyeruak ke seluruh tubuhnya.
"Kalau gitu, aku boleh peluk kamu gak?"
"Ha? Peluk? Tapi aku bau banget mbak, belum mandi dari kemarin"
Bukannya merasa canggung, Yulia justru tertawa dan malah semakin mendekatkan tubuhnya pada Arjuna. Ia memeluk pria itu walaupun jawaban Arjuna tadi mengarah pada jawaban 'tidak'. Bukan karena tak ingin dipeluk Yulia, melainkan karena tak ingin Yulia merasa tak nyaman dengan aroma tak sedap yang menyerbak pasak tubuh gagahnya.
"Tadi aja aku mau dicium kamu. Kenapa kamu gak mau meluk aku?"
Ya Allah, rasanya jantung Arjuna sudah seperti pesawat yang hendak mendarat saja. Getarannya begitu tegas dan menggoyahkan akal sehat. Mungkin karena Yulia telah berhasil mengambil sebagian dari hatinya, karena itu lah Arjuna selalu merasa deg-degan saat berada di dekat wanita ini.
Keadaan ini terasa baru untuk Arjuna.
"Aku selalu tenang kalau lagi ada dipelukan kamu mas. Sekarang aku benar-benar khawatir karena takut kita gak bisa keluar dari sini. Aku gak mau kamu terluka. Makanya aku butuh ketenangan sedikit biar bisa berpikir jernih. Gapapa ya, dipeluk kaya gini?"
Jika bahagia bisa sesederhana ini, Arjuna tak perlu menjawab untuk mengikrarkan kesediaannya. Ia hanya perlu membalas dan mempertahankan posisi ini, membuat Yulia tahu bahwa permintaannya telah disetujui.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...