"Kenapa harus jauh jauh ke Bogor sih Jun?"
Wanita dengan wajah oriental khas Jawa tersebut menyeruput susu kotak cokelat yang ia beli di mini market saat baru saja tiba di kota hujan ini.
"Sudahlah, nduk. Kalau calon suamimu maunya seperti itu, jangan ditanya terus.."
"Bukan begitu buk, Lana masih bingung aja. Di Yogya kan banyak destinasi bagus untuk foto prewedding"
Arjuna hanya mengulas senyum mendengar percakapan calon isteri dan calon ibu mertuanya yang duduk di bangku belakang. Sedang ia fokus pada kemudinya.
"Aku punya kejutan buat kamu, Lan. Tenang aja ya?"
Arjuna tersenyum dari cermin persegi panjang yang ada di hadapannya. Alana yang melihat itu langsung mengulum senyum tersipu.
• • •
"Juna, Kita sarapan dulu, nak.."
Wanita yang berusia hampir setengah abad itu masih terlihat cantik dengan senyum tulusnya. Tangannya yang lembut mengelus pelan punggung Arjuna.
"Mah, Juna-- gak lapar. Mama sama yang lain aja yang makan" ucap Juna takut takut. Dan benar saja, yang dia khawatirkan terjadi, wajah wanita yang melahirkannya itu langsung berubah sedih.
"Kamu mau buat mama sedih lagi? Kamu sudah gak sayang ya sama mama?" Semburat kecewa yang dipancarkan Zahra membuat hati Arjuna terluka, belum lagi saat wanita yang teramat ia cintai itu meneteskan air mata karena dirinya. Jika sang ayah tau, Juna pasti akan diceramahi habis habisan.
"Mah, jangan nangis, maafin Juna..." ucap Juna lalu memeluknya wanita hebat yang ada dihadapannya. Arjuna merasa bersalah sebenarnya, Zahra yang selama ini berjuang keras agar Juna bisa melupakan masa lalunya. Belum bisa dikatakan masa lalu sebenarnya. Kejadian pahit itu baru berlalu satu tahun yang lalu. Menjelma menjadi mimpi buruk bagi Arjuna. Mempengaruhi hampir seluruh kehidupannya, sikapnya, bahkan caranya berbicara.
Alana Fitria. Dua tahun yang lalu Zahra dan Alvin membawa wanita polos itu ke pesantren milik ayahnya yang baru saja diresmikan. Arjuna datang kesana atas permintaan sang ayah yang ingin mereka menghabiskan waktu libur di desa itu. Senyum tipisnya, pipi chubby nya, dan kebiasaannya yang selalu menunduk jika bicara dengan laki laki selain mahramnya, sepersekian detik saja sudah membuat Arjuna tertarik dengan pemilik nama itu. Alana. Hanya Alana.
"Yaudah, Arjuna turun ya, kita makan sama sama. Mama jangan nangis lagi."
• • •
"Arjunaaa!"
Suara nyaring Alifia membuyarkan lamunan Arjuna. Sejak kejadian itu, melamun menjadi kebiasaannya, bahkan seluruh sudut rumah ini bisa membawanya pada memori lama. Alana yang dengan pelan duduk di meja makan, menggeser kursi dengan sedikit mengangkatnya hanya karena tak ingin decitannya terlalu terdengar. "Lana takut mengganggu, tante" kata gadis itu saat Zahra menanyakan perihal yang dia lakukan. Semua orang tertawa kecil bahkan Alvin yang selalu berwibawa pun tak tahan untuk tidak terkekeh melihat tingkah gadis itu.
Arjuna menunduk sambil diam diam tersenyum tipis. Alana benar benar membuatnya tak berhenti kagum padanya. Rasanya ingin cepat cepat menghalalkannya saja.
"Tuh kan, Juna! Kamu melamun lagi.."
Arjuna melihat siratan kesal dari mata Alifia. Disampingnya ada Arka, seorang blasteran Amerika-Jawa yang berhasil meluluhkan hati kakaknya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARJUNA.
Romance[END] Genre > Spritual-Drama Spinn-Off "imam impian" Arjuna Furqan Rasega. Mengalami trauma dan kecewa yang luar biasa saat kehilangan calon istrinya Alana Fitria beberapa bulan sebelum pernikahan mereka. Pertemuan dengan wanita pembuat ulah, Yulia...