Suasana seketika menjadi canggung. Sean duduk di pinggir ranjangnya sambil memegang gelas yang tadi ia teguk habis.
"Ehem, eh curut, kita pulang ya, udah malam" pamit Revano sambil beranjak berdiri yang diikuti Litzy.
"Gue juga pamit" ucap Litzy kikuk. Sean menoleh ke arah mereka lalu berdiri meletakkan gelasnya ke tempatnya semula, kemudian berjalan mengambil kunci mobil. Litzy mengangkat sebelah alisnya.
"Ngapain lo?" tanya Litzy. Sean tak mengubrisnya. Ia tetap menjalankan aktivitasnya yakni berjalan ke arah Litzy setelah mengambil kunci mobilnya.
"Mau pulang kan? Gue anterin" ucapnya namun seperti perintah. Litzy menghela nafasnya.
"Aneh lo, gue pulang bareng Vano aja, dia bawa mobil kok" ucap Litzy. Revano sedikit terkejut, sejak kapan dia manggil gue Vano?
Sean menarik pergelangan tangan Litzy "Gak ada penolakan, anggap aja gue bilang makasih ke lo karena udah jenguk gue"
Revano juga menarik pergelangan tangan Litzy, namun yang sebelah kiri, karena Sean menarik yang sebelah kanan.
"Gue aja, lo masih sakit" ucap Revano. Sean mendengus.
"Siapa yang bilang gue masih sakit? Gue yang anter titik" tegas Sean.
"Gue aja, gue yang bawa dia ke sini, gue juga yang harus pulangin dia dengan selamat" tegas Revano.
"Hellow!! Sampe kapan kalian lepasin tangan gue? Doyan banget pegangnya" ucap Litzy. Dua curut itu pun tersadar bahwa sedari tadi mereka memegang pergelangan Litzy dengan kuat dan segera melepaskannya.
"Ih, ogah gue pegang lama-lama, yang ada jadi rabies gue" sewot Sean.
"Gue timpuk juga lo" kesal Litzy.
"Ya udah, gue pulang ya, baek-baek lo" ucapnya pamit.
"Yok Van" ajak Litzy.
"Ya udah hati-hati, eh curut yang bener lo bawa mobil" Ucap Sean setengah berjerit kepada Revano.
"Santai" respon dari Revano.
"Eh, telur kutu, kalo di apa-apain sama Revan telpon gue aja" jeritnya. Litzy membalikkan tubuhnya ke belakang lalu memutar bola matanya malas.
"Ngaco lo" jawab Litzy lalu membuka pintu kamar Sean dan menutupnya kembali. Setelah memastikan ke dua temannya itu telah benar-benar pulang, ia kembali duduk di tepi ranjangnya dan menghela nafas gusar. Gue kenapa sih? Tanya dia kepada dirinya.
"Udah pada mau pulang ya?" tanya Jennie bangkit dari sofanya
"Iya tante, Litzy pamit pulang ya" ucap Litzy sambil memeluk Jennie.
"Adu, adu, cantik udah mau pulang, nanti tante gak ada teman ngobrol dong?" Litzy tertawa kecil.
"Izy janji kok tan, Izy bakalan dateng lagi trus temenin tante ngobrol" ucapnya seraya menaikkan kelingkingnya.
"Tante tagih janji kamu" ucap Jennie lalu memeluk kembali Litzy.
"Udah dong acara meluk-meluknya, gak jadi pulang nih ceritanya?" tanya Revano yang sedari tadi berdiri menyaksikan acara peluk-memeluk itu.
"Bentar ya bapak supir" ledek Jennie. Revano berdecak sebal. Litzy yang meliriknya itu pun hanya tertawa kecil.
"Ya udah deh, hati-hati ya cantik, bapak supir udah ngambek tu" ledek Jennie lagi.
"Ih, tante kok Revan dipojokin sih?" sebalnya.
"Siapa yang mojokin kamu? Aduh memang ya, bapak supir bawaannya baper mulu" Litzy tertawa mendengar perdebatan antara orang tua dengan anak berumur 18 itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Teen FictionKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...