"Eengh... " seluruh ruangan yang tadi dipenuhi tawa berubah senyap.
"Sean?" panggil Litzy saat melihat Sean mengangkat tangannya memegang kepalanya.
"Sean?" panggil Kenneth juga.
"Tante, Om. Sean siuman. Tante, Om." panggil Litzy berulang kali. Dengan terburu-buru, Titan, Jennie dan Sheren memasuki ruangan.
Dokter memeriksa keadaan Sean saat ini. Ia terduduk sambil meneliti dokter yang memeriksanya itu.
"Wah, pasien saat ini sudah siuman, hanya butuh beberapa hati lagi agar bisa dipulangkan. Selamat ya. Sean, wah, kamu anak kuat. Bagus." Semua orang tersenyum bersyukur terutama Jennie yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya itu. Beberapa bulir air mata juga turun membasahi wajahnya.
"Woi, lo beneran dah. Gue denger lo gak sadar satu tahun? Wah gila sih, lo ngalahin beruang hibernasi. Mantap." Sean menyunggingkan senyumnya dengan mulutnya yang kering itu.
"Tumben amat lo pakai pakaian kaya gitu. Mau ke acara kawinan mantan lo?" tanya Sean yang sudah bisa bercanda itu.
"Pala lo peyang, ini tuh namanya pembisnis muda tau. Eh, mumpung lo udah sadar, kita foto dulu yuk. Fans-fans bar-bar lo neror gue terus tau. Emang super banget sih fans lo itu." orang tua Sean tertawa melihat tingkah lucu Kenneth yang sebenarnya hanya ingin mencairkan suasana haru di ruangan itu.
"Ya udah." Sean tersenyum sambil mengangguk.
"Dok, dokter ikut ya. Nanti saya jamin, dokter bakalan jadi trending topic di kalangan penggemar Sean." ujar Kenneth.
"Sip deh, sekali-kali boleh lah. Ya gak?" seluruh ruangan itu kembali dipenuhi gelak tawa.
"Om dan tante gak ikut ya, malu." ujar Jennie.
"Tante juga deh," ujar Sheren menambah.
"Lah kok gitu?" ingin rasanya Sean menoyor wajah Kenneth yang sok diimutkan saat itu.
"Udah tua, jadi gak perlu trending lagi." tambah Titan.
"Ya udah deh. Litzy, lo berdiri di samping Sean ya." Litzy mengangguk antusias.
Cekrek.
"Nah, pangeran kalian. Stop neror gue lagi. Hastag saveKenneth hastag stopneror. Ok. Kirim." ujar Kenneth sembari menarikan tangannya di atas layar ponselnya itu.
Litzy tersenyum puas, ia melepaskan nafasnya lega. Sean mengamati Litzy lekat-lekat.
"Maaf, kamu siapa ya?" ucap Sean.
Deg.
Tawa di ruangan itu berubah senyap.
"Dok?" ujar Litzy. Seakan mengerti apa yang akan ditanyakan oleh Litzy. Dokter mengangguk.
"Saya juga awalnya kagum, agak terkejut. Mengapa seorang pasien dengan luka yang cukup serius di kepalanya itu bisa tidak kehilangan ingatannya? Saya juga sempat bingung, rupanya yang saya takutkan itu menjadi kenyataan. Pasien mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya. Saat ia mengalami benturan itu, mungkin yang ada di pikirannya saat itu adalah Litzy. Pasien mungkin syok saat itu. Jadi, memori yang hilang adalah memori tentang Litzy. Tapi, jangan khawatir, ini tidak akan menjadi permanen jika pasien tidak berusaha untuk mengingat." Litzy tersentak mendengar pernyataan dokter. Namun, di sisi lain, ia bersyukur Sean bisa siuman kembali. Walaupun ia juga mendapatkan sisi sedihnya.
"Saya permisi, ya. Bye eperibodi." ucap dokter sambil melambaikan tangannya. Litzy memaksakan senyumnya saat itu.
"Litzy?" panggil Jennie.
"Izy nggak papa kok tante, Izy pamit ya. Bun, kita pulang yuk." Sheren mengangguk.
"Jen, kita pulang dulu ya, Tan." ujar Sheren berpamitan.
"Iya, hati-hati ya." Litzy tersenyum paksa, bisa dilihat Kenneth, mata Litzy yang sudah berkaca itu.
"Sean, lo beneran gak tau dia siapa?" tanya Kenneth. Sean mengangkat bahunya lalu menggeleng.
"Emangnya dia penting banget ya di hidup gue?" respon Sean yang samar-samar masih bisa di dengar Litzy.
"Ma, besok Litzy terbang ke Korea. Temanin Izy beli keperluan ya?" Sheren menatap putrinya iba.
"Bukannya minggu depan ya?" tanya Sheren. Litzy menggeleng sambil menyeka matanya.
Gue bahagia, gue bahagia lo udah siuman, gue seneng banget. Gue juga ikhlas kok kalau pada saatnya yang bakalan jadi jodoh gue itu bukan lo. Gue yakin lo bakalan dapat yang lebih dari gue. Mungkin, yang gue inginkan hanya akan menjadi angan-angan gue aja. Makasih buat semuanya, makasih buat waktu lo selama setengah tahun itu. Makasih udah kasih tahu gue apa yang dinamakan rindu itu. Makasih juga udah ngajarin gue apa yang disebut cinta yang sebelumnya gue buta banget untuk kata-kata itu. Gue pamit ya, selamat tinggal Pangeran Sean...
Salam dari seseorang yang pernah menjadi bagian di ingatan lo tapi lo lupain.
Dua tahun kemudian.....
"Adoh, telat lagi telat lagi. Kayanya suara Chaemy udah gak ada khasiatnya deh," dumel Litzy dengan sebuah tas jinjing berukuran lumayan yang berisi perlengkapan menggambar.
"Kenapa harus di jam jerapah, sih? Alarm, kamu terlalu bersahabat dengan waktu pak Jerapah." ucapnya sambil menaiki eskalator menuju kelasnya yang berada di lantai tujuh.
"Maaf, Pak. Saya telat, lagi." ucapnya sambil mengecilkan nada di kata lagi. Pak Jerapah alias Pak Adrian merupakan asli orang Indonesia yang menetap di Korea dan berprofesi sebagai dosen di kampus yang dijunjung Litzy saat ini.
"Litzy Vorencia, astagah. Kenapa kamu selalu telat di jam saya? Cepat duduk, setelah ini kamu ke kantor saya." ucap Pak Adrian.
"Iya, Pak." ucap Litzy sambil berjalan ke tempatnya dengan kepala tertunduk.
Kim YeShin, teman sekamar sekaligus teman terdekat Litzy di Korea.
"Kenapa kamu telat lagi?" ucapnya formal. Kim YeShin merupakan anak yang bisa mempelajari suatu hal dengan cepat. Walaupun masih kental dengan nada Korea, bahasa yang diucapkan oleh YeShin sudah bisa cukup ditangkap dan dimengerti.
"Sepertinya alarm gue udah rusak deh. Jelas-jelas gue setel di jam lima, tapi bunyinya jam tujuh. Parah banget kan?" adu Litzy ke YeShin sambil mengeluarkan kanvas dan memasangnya ke kayu penyangga.
"Mungkin alarmnya udah bunyi dari jam lima, namun kamu yang belum bangun. Jadi alarmnya bunyi terus sampai jam tujuh. Wah, daebak. Alarm kamu hebat, dia bisa bunyi dua jam tanpa berhenti." puji YeShin yang malah membuat Litzy semakin jengkel.
"Terserah lo deh, pusing nih pala," Litzy menggeleng lalu mulai menggambar sesuatu sesuai tema yang ditulis oleh Pak Adrian di papan tulis.
Sesuai perintah Pak Adrian, Litzy lagi-lagi mendapat teguran yang melahirkan wajah masam seusai keluar dari kantor Pak Adrian.
"Setelah jam Pak Lee, boleh temani saya ke supermarket dekat taman? Saya mau membeli perlengkapan bulanan. Kemarin saya lihat di lemari kamu juga sudah kosong, jadi kita belinya sekalian saja, ya?" Litzy menghela nafasnya.
"Untung temen gue, kalo udah tau gue bakalan ikut, ngapain nanya lagi maemunah?" jengkel Litzy.
"Sudah saya katakan berulang kali, jangan panggil saya maemunah, nama saya Kim YeShin. Bukan maemunah, apakah kamu mengerti Litzy?" tanya YeShin. Litzy memilih menghindar dari percakapan tersebut karena akhirnya, bakalan ia yang mengalah.
Author's Note
Hellowwwww to the bow! Gimana? Seru gak? Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Makanya, pantengin terus lapak author. Happy Reading Readers 💃💋
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Teen FictionKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...