"Engh" erang Litzy berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Ia mencoba untuk mengusap matanya. Tunggu. Batinnya. Ia memberontak.
"Mmm, mmm" ucapnya berusaha untuk meminta tolong. Tangannya diikat ke tembok di belakang. Mulutnya dibungkam menggunakan lakban hitam. Dan Litzy sendiri dibiarkan tergeletak di lantai gudang yang kotor itu.
"Hahaha" suara tawa yang bisa membuat orang yang mendengarnya merinding.
PROK PROK PROK
Wanita itu bertepuk tangan seraya berjalan ke arah Litzy.
"Nggak sia-sia gue keluarin duit, bagus bagus." ucapnya lagi lalu bertepuk tangan. Perempuan itu berjongkok menyamakan tinggi Litzy yang duduk di lantai gudang itu.
"Gue udah bilang ke lo, jangan macem-macem sama gue, gimana rasanya disandra?" tanya Kesya sambil memegang pipi Litzy menggunakan jari-jarinya dengan kasar.
"JAWAB!!" bentak si penyandra itu. Litzy menatapnya dengan tatapan paling tajamnya.
"Gak bisa ngomong lo?" plak, satu tamparan mendarat di pipi mulusnya. Tampak bekas lima jari dengan warna merah padam.
"Apa rasanya? Sakit? Mau lagi?" plak, satu tamparan lagi mendarat lagi di pipi Litzy.
Plak, plak, plak, plak. Kesya menampar Litzy dengan murka bertubi-tubi.
Plak "Tamparan ini buat lo yang keganjengan jadi cewek."
Plak "Ini buat lo yang udah berani-beraninya maluin gue."
Plak "Ini buat lo yang udah berani nantangin gue."
Plak "Ini buat lo yang udah berani NYENTUH GUE!" murkanya di depan wajah Litzy. Kesya membuka lakban yang melekat di wajahnya dengan kasar. Tampak sudut bibir Litzy yang sudah mengeluarkan darah segar. Para anak buahnya menatap puas si korban sandra.
"Bos, boleh gak kita icip sedikit?" tanya salah satu anak buahnya dengan nada genitnya.
"Hosh,hosh. Gue mau ke kantor gue, kalian urus dia, terserah kalian mau kalian apain, asal jangan kalian bunuh." ucapnya terengah-engah lalu berjalan ke kantornya.
"Hai, cantik." ucap satu anak buah Kesya dengan alis yang dinaik turunkan.
"Mau apa lo?" ucap Litzy dengan wajah ketakutan. Anak buah itu menggosok-gosok tangannya sambil menjilat bibirnya. Kaki Litzy berusaha untuk memundurkan dirinya. Namun, usahanya nihil karena terhalang tembok di belakangnya. Alhasil, kakinya tergesek di tempatnya.
"Jangan takut gitu dong sayang, kita cuma mau ajak main aja." ucap anak buah itu. Tiga lainnya hanya mengerubungi Litzy dan lima lainnya menjaga pintu.
"Jangan berani-berani lo nyentuh gue, lo mundur gak, kalian mundur GAK?!" jerit Litzy dengan tenaga seadanya.
"Kalau kita gak mau gimana?" ucap anak buah yang berada di sampingnya. Kaki Litzy berusaha menendang mereka, namun tidak kena.
"Eits, gak kena." ledek anak buah di depannya. Anak buah yang berada di sampingnya semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Litzy.
"Astaga, bos terlalu deh mainnya, bibirnya jadi berdarah kan." ucapnya lalu mengusap bibirnya dan menjilat darah yang melekat di jarinya. Litzy meneteskan air matanya. Bunda, Izy takut, tolongin Izy bunda, Sean, Revano, Kenneth, Chaemy, kalian dimana, tolongin gue, gue takut.
Air matanya mulai mengalir. Wajah si para anak buah itu semakin mendekat. Litzy memejamkan matanya lekat-lekat dan membuang wajahnya ke samping.
🍥🍥🍥
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Teen FictionKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...