Ting Tong.
Litzy menyalakan layar ponselnya.
1 message unread from Revano.
Litzy mengerutkan keningnya.
Gue tunggu di depan, buruan siap-siap.
"Apaan sih? Makin gaje banget jadi orang. Nggak tau apa gue lagi nggak pengen keluar. Makin lama makin mirip sama tuh peyek deh. Suer." omel Litzy dalam kamarnya. Ia mengintip ke bawah dan terlihatlah si Revano itu sedang menunggu sambil bertumpu pada kap mobil.
"Ish, nyebelin banget. Sumpah." buru-buru Litzy mengganti pakaiannya asal. Dengan sepatu kets, celana jeans gantung dan kaos oversize membuatnya semakin terlihat cantik dan natural.
Litzy menuruni anak tangga sambil menggomel.
"Nggak tau orang lagi males apa? Bukannya nanya dulu kek, gue bisa apa nggak, eh?" Litzy sedikit tertegun melihat si topeng monyet itu telah berada di ruang tamu dan berbincang dengan sang bunda. Sesekali mereka cekikikan tidak jelas.
"Udah siap? Mau pigi sekarang ya? Ya udah deh, bunda mau lanjutin bikin kue dulu. Hati-hati ya, jangan kemaleman pulangnya." ujar bunda saat menyadari kehadiran putrinya di tengah-tengah obrolannya dengan Revano.
"Udah, Bun. Izy pergi dulu ya." ucap Litzy mencium pipi sang bunda.
"Revan juga ya, Tan." Revano mencium pipi bunda Litzy, tepat di tempat Litzy mencium pipi sang bunda.
"Hati-hati." ujar sang bunda sekali lagi.
Litzy duduk di jok mobil dengan wajah masam. Ia membuang pandangannya ke luar jendela.
"Astaga, peri kecil. Jangan gitu dong wajahnya, kakak kan jadi nggak tega." ucap Revano. Seketika wajah Litzy berubah tegang. Kemudian berubah normal kembali.
"Lo sih. Bukannya nanya dulu, gue bisa keluar apa kagak. Lo nggak tau, gue lagi males banget keluar hari ini. Tinggal nanya aja pun. Apa susahnya sih? Tetangga aja juga, lo nguap aja gue bisa denger. Makin dipikirin makin gerem tau nggak?" kesal Litzy panjang lebar. Revano mengusap telinganya sebentar.
"Siapa juga yang nyuruh lo mikirin gue. Oh, jangan-jangan naksir ya? Ciaelah maemunah, bisa ae lu." celetuk Revano sambil memukul pelan lengan Litzy.
Litzy memelototi lengannya yang baru saja dipukul, lebih tepatnya dicolek. Lalu di tepuk-tepuk pelan lengannya seperti mengusir debu.
"Sorrey, I kagak lepel sama panci karatan model lo." ucap Litzy sambil mengibas-ngibas rambutnya yang tergerai panjang pelan ke belakang.
"Ya elah maemunah ngomong level aja masih salah, pake sok-sokan inggris lagi." Litzy meliriknya kesal.
"Bukan nggak pande, Mas. Gue cuma menghormati orang yang kagak ngerti." ujar Litzy sedikit meledek Revano.
"Eh, kantong kresek, gini-gini, gue tinggal di London udah 3 tahun tauk. Tiga tahun men." ujar Revano sambil meniru gaya tangan seorang rocker.
"Eleh, 3 tahun di sana modal aplikasi translate aja bangga." Revano meliriknya sebentar lalu kembali fokus ke jalanan di depannya.
"Eh, kok makin lama makin ngeselin ya, Bu?" ucap Revano yang sengaja di perlembut nadanya.
"Najis gue, masih muda gini dipanggil ibu. Buka matamu, Mas. Ya ampun, kasihan deh. Masih muda udah katarak aja."
Percayalah, wajah Revano saat itu berada di antara menahan tawa dan ingin marah. Ingin tertawa karena nada bicara Litzy yang lugu dan ingin marah karena perkataan Litzy yang langsung menohok ke sasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Novela JuvenilKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...