30. Shocked

32 9 4
                                    

Sean tetap menatapnya tajam. Seperti ada sebuah pisau yang sengaja diasah untuk membunuh siapapun yang menatap balik lurus ke matanya.

"Napa dah? Selo ae lah tuh mata." cerocos Kenneth.

"Napa sih, ih. Gue ulekin pake sambel ya nih?" ucap Kenneth yang mulai risih dengan tatapan intens Sean.

"Gue mau nanya, gue dirawat di rumah sakit berapa hari?" Kenneth berpikir sambil menghitung.

"15 hari kalo gak salah." Sean mengangguk. Kali ini tangannya sudah saling bertumpu, terlipat di depan dada, namun masih dengan posisi duduk di kursi.

"Posisi lo di sekolah sebagai apa?" Kenneth menyengir.

"Waketos dong, wakil ketua OSIS yang ucul, imut, ganteng. Ya gak?" ucap Kenneth menaik turunkan alisnya. Sean memijit pelan pelipisnya.

"Lo berani ngaku lo waketos?" tajam Sean. Kenneth memiringkan kepalanya.

"Maksud lo?" tanya Kenneth yang bingung. Sean merubah posisi duduknya menjadi lebih tegak.

"Tadi pak Sunarto lapor ke gue, dia bilang lo udah mau dikeluarkan dari OSIS, lo apain tuh OSIS selama gue dirawat?" tanya Sean memberikan penjelasan. Kenneth tersenyum malu, menggaruk belakang kepalanya.

"Oh, jadi gini loh."

Kejadian5 hari yang lalu. Detik-detik Kenneth menguras emosi Pak Sunarto.

Pagi yang cerah, namun tak secerah hati Kenneth kala itu. Si curut itu telat masuk sekolah.

"Yah, pake di kunci segala lagi nih gerbang. Ck." Kenneth berdiri gusar didepan gerbang.

"Lewat jalan kucing kali aja kali ya? Tapi ntar kalo ketemu sama si Oyen gimana?" Oyen sebutan untuk penjaga yang kadang berpatroli di sana. Jalan kucing hanya diketahui oleh Sean dan Kenneth. Tembok setinggi lebih kurang 2,5 meter yang terletak di taman dekat kantin yang menjadi pelarian mereka saat telat. Entah gimana ceritanya jalan itu kepergok oleh guru-guru yang sedang piket pagi.

Pas pula si Andi, anggota OSIS bersamaan dengan Nadif dan Farel juga telat datangnya.

"Hadoh, matek kita nih. Tuh kan, lo sih dibilangin bungkus aja nasi ayamnya, pake makan di sana segala. Telat kan jadinya." protes Nadif tak terima sambil terus memaki Farel yang masih mengunyah sebuah paha ayam. Yang di protes hanya asik memakan ayamnya tanpa memedulikan si pemotres.

"Udah, Neth, telat juga lo?" tanya Andi yang menyadari keberadaan Kenneth.

"Iyo," Andi menghela nafas.

"Gimana nih, ada acara ulangan lagi. Kalo sekarang kita masuk kelas sih masih keburu. Jam wali kelas kan 10 menit lagi berakhirnya. Nih Mang Tejo pun ntah kemana. Biasa ngrejaga." cemas Nadif.

"Santai aja kali, macem bini lo lahiran aja." ucap Kenneth.

"Kagak ada gitu sekitar sini yang bisa nembus langsung ke dalem?" tanya Andi.

"Sebenarnya ada sih, tapi nggak jamin selamet ampe dalem. 50 50 dah risikonya."

"Jadi gue tunjukin lah tuh jalan legend milik kita ke tiga temen telat gue." ucap Kenneth.

From Dream To You (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang