Mata Litzy berkaca-kaca membaca nama yang tertera di pojok kanan bawah itu. Revano mengusap pelan bahunya memberi Litzy kekuatan.
"Kalian semua bubar!" Suara tegas nan berat milik Revano itu menggelegar di sepanjang koridor itu. Berkat suaranya itu, semua orang membubarkan diri sambil berbisik.
Litzy menghapus air matanya yang sudah terlanjur mengalir itu. Ia melepaskan poster yang memenuhi mading sekolahnya itu. Dengan amarah dan rasa sakit di hatinya itu, poster yang terpampang di mading itu pun telah terlepas. Ia menggulung poster itu.
Revano berniat mengambil poster itu, namun langsung ditahan oleh Litzy.
"Gue bisa urus semuanya sendiri kok, lo tenang aja." Litzy menepuk pundak Revano lalu berjalan tergesa menuju kelasnya.
Chaemy duduk dengan nyamannya sambil menikmati jajanan ringan di tangannya. Suasana kelas saat itu juga ditemani oleh cibiran hangat teman-temannya itu mengenai topik yang sedang hangat di tingkatan kelas mereka.
Litzy melempar gulungan poster itu ke arah wajah Chaemy dengan kasar.
"Selama ini, gue percaya sama lo. Gue dengan bangga mengakui bahwa lo itu sahabat gue. Gue ngejaga lo melebihi gue jaga diri gue. Tapi, lo tega nusuk gue dari belakang?"
"Lo yang nusuk gue dari belakang." Chaemy yang terbakar oleh emosi berduri membentak Litzy yang mengakibatkan para netizen di kelas mereka mengerubungi perdebatan antar kedua calon mantan sahabat itu.
"Gue sama Revano nggak seperti yang lo bayangin, Cha. Gue bisa jelasin semuanya, gue-"
"Gue nggak butuh penjelasan lo." Chaemy menunjuk Litzy dengan tegas.
"Gue punya mata, gue punya hati. Gue bisa rasain setiap tatapan lo ke Revano itu gimana. Gue tau, Zy. Gue tau. Dan satu lagi, nggak usah manggil gue Cha-Cha lagi. Karna, lo nggak pantes manggil gue gitu." Litzy menatap nanar ke arah Chaemy.
"Maksud lo?" Chaemy berdecih dengan kedua tangan di lipat.
"Nggak usah bersandiwara deh lo di sini. Akting lo itu terlalu busuk, nggak akan ada ngaruhnya ke gue. Nggak usah berlagak lo yang jadi korban di sini." Seakan sebuah pedang tajam menohok hati Litzy begitu dalam. Saat ini, Litzy mengerti apa yang di sebut luka namun tak berdarah.
"Cha, gue nggak-"
"Diam." Chaemy membentak Litzy dengan suara yang begitu lantam. Tangannya pun tertuju lurus ke arah Litzy.
"Gue nggak mau dengar suara sok suci lo itu. Gue harap lo bisa jauhin gue, gue nggak butuh sahabat yang nusuk dari belakang." Tak lama Chaemy berdecih sambil melempar pandangan menyepelekan Litzy.
"Lo mau tau, kenapa gue milih buat jadi temen lo?" tanya Chaemy yang mengundang rasa penasaran di dalam hati Litzy.
"Lo inget pertama kali lo masuk? Semua orang kenal lo, bahkan ketua OSIS rela bantuin lo. Waketos yang selalu menghibur lo, terus Revano. Murid baru yang langsung deket sama lo. Lo nggak tau, Zy. Lo nggak tau, gimana rasanya lo dipojokin."
"Lo ngobrol sambil ketawa-ketawa, sedangkan gue ya g ada di samping lo dianggap barang tak berguna, lo tau rasanya gimana, Zy? Saat lo disandera sama Kesya itu, lo nggak tau kan paniknya mereka nyariin lo? Pas gue sakit, bahkan lo nggak nanya kabar gue. Lo cuma peduli gosip-gosip ketua OSIS itu. Lo manja, lo kekanakan, lo rewel."
"Karena lo nggak pernah cerita, Cha. Lo tutup semuanya. Sifat lo yang introvet itu yang bikin gue bingung. Gimana gue mau tau? Pas gue nanya lo, lo bilang lo baik-baik aja, lo pikir gue percaya? Gue nggak percaya kalo lo itu nggak papa, Cha. Terus? Gue harus nunjukkin kalo gue nggak percaya? Gue nggak mau dianggap anak yang sok tau, Cha. Gue nggak mau dianggap bahwa gue itu nggak percaya sama sahabat sendiri, Cha. Gue nggak mau."
"Lo pengen deket sama Revano? Boleh. Gue izinin, Cha. Karena, gue sama dia itu nggak ada apa-apa. Cuma sebatas sahabat dari kecil. Atau lo mau tinggal di rumah gue buat lebih deket sama dia? Boleh, Cha. Kalo itu semua bisa membuat lo maafin gue, gue nggak papa kok. Tolong kasih gue kesempatan buat jelasin, Cha. Gue mohon sama lo." Litzy hendak memegang tangan Chaemy yang dilipat itu. Namun, langsung ditepis dengan kasar.
"Cukup!" Chaemy memegang kepalanya sambil memberhentikan ocehan Litzy. Ia memejamkan matanya seakan merasa pedih di matanya.
"Cha, lo sekarang maunya apa, sih?" Litzy sudah tak menahan semua perdebatan ini.
"Lo mau tau gue mau apa?" Litzy mengangguk mantap penuh antusias.
"Gue mau lo jauhin gue, lupain semua yang pernah kita lalui, anggap gue itu barang bekas, anggap gue sama lo itu nggak pernah ketemu. Anggap lo itu nggak kenal gue." Mendengar permintaan Chaemy, Litzy sedikit tersentak.
"Cha," Nada Litzy seakan memohon kepada Chaemy.
"Maaf, lo siapa? Gue nggak kenal lo." Chaemy meninggalkan Litzy dan berjalan ke tempat duduknya yang sudah tidak berada di samping Litzy.
Semenjak perdebatan antar kedua mantan sahabat itu, Litzy merasa bahwa ia ingin waktu ia putar kembali. Ia bingung, pasalnya ini pertama kalinya ia berdebat karena seorang pria. Namun, seakan ada sesuatu yang ditutupi Chaemy. Seakan bahwa Chaemy sengaja mengorek semua kesalahan Litzy agar Litzy yang bersalah di posisi sekarang ini.
💈💈💈
Tidak terasa, besok merupakan hari di mana ujian akhir semester akan berlangsung. Litzy belajar keras hari ini. Ia bertekad bahwa ia akan membawa pulang sebuah prestasi dari kelasnya.
"Duh, apaan pula ini? Nyesel dah gue tidur jam Adrian." Pulpen yang ia pegang di ketuk-ketuk ke kepalanya.
"Astagah," Frustasi akan soal-soal yang terpampang di buku latihan yang ia beli semalam.
"Eh, Cha-Cha mungkin tau, nih." Litzy mengambil sebuah benda pipih itu mencari nama seseorang yang masih ia anggap sahabat itu.
Teringat akan sesuatu, ia mengurungkan niatnya itu untuk menghubungi si seseorang yang masih berstatus sahabatnya. Litzy tersenyum penuh rapuh. Setelah memutar-mutar benda pipih itu, ia memutuskan mengambil sebuah tas kecil dan kunci sepeda motornya.
Tuit tuit.
Litzy mengunci motornya setelah kendaraan beroda dua itu berhenti tepat di depan rumah Chaemy.
Dari kamar Chaemy, ia bisa melihat seseorang yang telah ia khianati itu mendatangi keberadaannya. Segera ia menutup jendela balkon itu.
"Mungkin dengan ini, kita bisa balikan lagi, Cha." gumam Litzy mengontrol wajahnya agar kembali ria.
Tok tok tok.
"Permisi," Litzy mengetuk pintu istana Chaemy itu.
"Permisi," ulangnya lagi.
Terdengar langkah kaki seseorang berlari tergesa-gesa untuk membuka pintunya.
"Eh, Non Litzy. Nyari Non Chaemy, ya?" tanya asisten rumah tangganya itu dengan ramah.
"Iya, Bu. Cha-Cha ada nggak ya?" Litzy menyahuti pertanyaan Bi Miun dengan sopan.
"Waduh, Non. Non Chaemy lagi nggak enak badan. Non Chaemy nitip pesan tadi, katanya tolong bilang ke Non Litzy pulang aja, katanya sih lagi nggak mood. Gitu, Non." Bahu Litzy yang tadinya terangkat menjadi turun.
Author's Note
Peek a boo. I see you readers. Hellowwww, gimana? Seru nggak? Chaemy jahat banget nggak sih? Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Makanya, pantengin terus ya lapak author. Happy Reading Readers 👊👌
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Novela JuvenilKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...