Litzy duduk di sofa ruang keluarga sendirian disana. Layar televisi menampilkan acara lawak yang mengajak orang yang menonton untuk tertawa bersama. Namun tidak dengan Litzy. Pandangannya memang terarah ke layar televisi namun kosong.
"Gue jenguk aja kali ya? Masa gue diem aja disini?" Tak lama ia menggelengkan kepalanya.
"Gak, gue nggak mau kejadian semalam terulang lagi." Ia beranjak berjalan ke kamarnya. Langkahnya berhenti, lalu berpikir sejenak dan mengambil kunci motornya.
"Bun, Litzy pamit ya?" teriak Litzy dari bawah.
"Mau kemana?" samar suara Sheren. Pertanyaan itu tak dijawab. Litzy keburu menyalakan motornya dan meninggalkan rumahnya.
🍳🍳🍳
Litzy masih mondar-mandir di depan rumah sakit umum itu.
"Masuk gak yah?" tanya dirinya ragu. Ia melangkahkan kakinya ke pintu rumah sakit, lalu kembali ditarik.
"Aduh, masuk gak ya?" ucapnya lagi. Ia mencabut asal bunga yang ada di halaman rumah sakit itu.
"Masuk, enggak, masuk, enggak, masuk, enggak, masuk, enggak, masuk, eng-" ucapnya sambil memetik satu per satu kelopak bunga itu.
"Enggak? Masuk aja deh." ujarnya lalu melangkahkan kakinya ke dalam rumah sakit itu.
"Eh, Zy." sapa Kenneth.
"Hoi, bokap Sean masih di rumah sakit?" tanya Litzy dengan nada yang bisa menunjukkan bahwa ia sedikit ragu jikalau bertemu dengan Titan.
"Gak, kemarin terbang ke Singapura katanya, urusin cabang butik keluarga." jelas Kenneth. Litzy menghela nafas lega.
"Syukur syukur. Berarti cuma ada tante Jennie aja kan?" tanya Litzy memastikan. Kenneth mengangguk.
"Gue masuk dulu ya." ucap Litzy.
"Hm, yang kemarin dibilang om Titan jangan masukkin ke hati. Dia cuma lagi emosi aja." ucap Kenneth.
"Selo aja, gue masuk ya. Hati-hati di jalan." Litzy berlalu masuk ke dalam. Di sana terdapat beberapa orang yang berpakaian hitam menjaga pintu ICU dimana Sean dirawat. Tampak raut lelah di wajah Jennie. Wanita itu duduk di kursi depan ruangan Sean dengan tatapan lurus ke depan. Litzy merasa sangat bersalah. Segera mungkin ia menarik nafasnya panjang.
"Hai, Tante." sapa Litzy.
"Eh, cantik. Kapan datangnya?" tanya Jennie yang langsung menyambut kedatangan Litzy.
"Baru aja kok, Tan. Tante udah makan belum? Izy bawain bubur nih. Tante mau gak?" tawar Litzy.
"Tante belum makan. Makasih ya cantik, buat buburnya." ucap Jennie sambil membalas pemberian Litzy.
"Sama-sama, Tan." ucap Litzy.
"Kita ke kafetaria di lantai bawah aja yuk, cantik udah makan?" tanya Jennie seraya berjalan ke kafetaria yang diikutin Litzy.
"Udah kok, Tan." ucap Litzy.
Jennie menarik salah satu bangku di kafetaria itu.
"Cantik, perkara semalam tante mewakili om Titan buat minta maaf ya. Sakit gak?" tanya Jennie seraya mengusap lembut memar di wajah Litzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Teen FictionKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...