50. The Truth!

24 6 0
                                    

Sesaat kotak terbuka, terpampang dua buah kotak kecil yang ditata rapi. Ada juga rumbai-rumbai berwarna biru dan putih yang menambah kesan indah di dalam kotak itu.

"Ck, kalo Chaemy yang bungkus, pasti nih. Kotaknya beranak pinang di dalem." ucap Litzy sambil mengeluarkan dua buah kotak kecil dari dalam kotak itu. Terdapat sebuah kertas yang dilipat amat kecil dan di selipkan diantara kedua kotak itu.

"Ehey, apa nih? Tumben banget tuh Chaemy otaknya misterius gini," ucap Litzy sambil tersenyum-senyum ria bak anak kecil yang mendapatkan balon.

Litzy membuka lipatan kertas itu dan menemukan sekumpulan huruf yang terangkai menjadi kalimat memenuhi halaman sepucuk kertas itu.

Hai kebo,
Kebo? Udah lama ya, gue nggak manggil lo dengan sebutan itu. Gimana kabar lo? Pasti baik-baik aja dong ya. Masih telat bangun gak? Udah enggak dong, ya kan? Kan suara malaikat merdu ini udah ngiringin pagi lo. Ya gak? Eh, ngemeng-ngemeng, selamat hari menetas ya. Cie, tambah tua dia.

Litzy tersenyum berdecih melihat kalimat tersebut. Perasaan rindu dengan sahabatnya itu semakin menumpuk di dalam hatinya.

Maaf ya, bo. Gue cuma bisa nulis gini. Mungkin pas lo terima ini, gue udah pergi jauh, Zy. Jauh.... banget.

Deg. Mirip jam dinding yang berhenti berdetak, saat itulah jantung Litzy serasa sebuah batu menganjal untuk menghentikan detakannya.

"Jauh? Kemana emang? Korea Selatan? Seoul? Mungkin?" Litzy mengangkat bahunya untuk menghilangkan pikiran yang tidak hendak dipikirkannya saat itu.

Litzy Vorencia. Gue minta maaf, ya. Gue nggak bermaksud buat ngejauhin atau mengucilkan lo, kok. Gue terpaksa, Zy. Ada suatu hal yang gue tutup dari lo, Zy. Revano? Dia cuma bahan biar lo jauh dari gue. Gue nggak mau lo sedih nantinya, jadi, gue yang mutusin buat jauhin lo duluan. Jahat banget ya, gue?

Alis mata Litzy mulai berkerut. Tulisan yang ditulis di secarik kertas itu semakin serius. Perasaan yang bersuara itu semakin meruak.

Maaf ya, Zy. Maaf udah nyakitin lo, maaf juga, mungkin gue gak bisa nepatin janji kita buat kuliah sama-sama di Korea. Maaf, Zy. Gue nggak bisa kasih perpisahan yang bagus buat lo. Maaf, Zy gue cuma ninggalin kesan buruk ke lo. Lo tau gak, Zy. Dari dulu gue nggak pernah punya sahabat. Lo sahabat nomor satu dan satu-satunya yang gue punya. Temen-temen gue yang dulu deketin gue cuma karena gue dari keluarga berada. Saat gue butuh mereka, mereka selalu beralasan. Tapi, lo beda, Zy. Lo tulus ke gue.

Dari dulu gue penyakitan, gue selalu di kucilkan. Gue juga sering pindah sekolah. Waktu gue kelas sembilan, dokter yang ngerawat gue menyatakan kalo umur gue udah gak panjang. Paling lama cuma setahun. Mungkin Tuhan sayang ke gue jadi Dia nambah umur gue setahun lagi. Terus, untuk hadiahnya, Dia ngirim malaikat kecilnya ke gue buat nemenin sisa umur gue. Kata dokter, kemungkinan gue buat sembuh total tersisa 10%. Gue juga udah capek, jalani pengobatan yang sakitnya gak tanggung.

Gue bahagia banget saat tahu Tuhan masih kasih gue kesempatan buat ketemu malaikat kecilnya. Walaupun singkat banget, tapi gue bersyukur. Gue bisa ciptakan memori di hati lo, gue ada di hati lo, dan lo yang nemenin gue tanpa imbalan. Pertemuan kita mungkin singkat, Zy. Gue jauhin lo karena gue udah tahu kondisi gue. Gue nggak mau lo sedih, gue nggak mau lo khawatir. Gue tahu kok, gue udah keterlaluan ke lo. Kenapa gak bilang dari dulu? Karena gue nggak mau lo ngejauhin gue, Zy. Gue takut kehilangan sosok yang gue sayang. Kita tetep sahabatan kan?

Oh iya, Zy. Inget ya, kalau lo kangen gue, jangan nangis. Coba tersenyum, nah kan cantik. Litzy itu cewek tercantik di dunia. Kalau lo nangis, gue nanti juga bakalan nangis. Lo mau gue nangis? Bercanda kok, jangan sedih mulu. Gue nggak suka liat lo sedih. Oh iya, Violet itu kakak sepupu gue, maaf gue bohong ke lo. Kalau lo kangen sama gue, liat aja flashdisk yang gue kasih. Dalemnya itu ada foto kita tau. Oh iya, drama yang kemarin lo bilang bagus itu juga udah gue instal kok. Tinggal nonton aja. Ada drama lain juga loh. Siapin tissue yang banyak, soalnya dramanya sedih semua, komedi juga banyak. Kalau lo nggak ada temen buat nonton bareng, lo inget boneka kerbau yang gue kasih gak? Anggep aja itu gue, ya. Dimanapun lo berada, gue tetep ada disana. Jadi jangan bilang lo kesepian ya.

Litzy meneteskan air matanya. Dengan sesugukan, Litzy tetap setia membaca surat tulis tangan dari sahabatnya itu.

Gue harap, di ulang tahun lo ini, lo makin cantik, makin pinter, moga bisa bahagiain bunda lo yang cantik, semoga lo bisa sukses, terus, jangan lupa sama impian lo, impian kita buat kuliah di Seoul. Gue sayang sama lo, Zy. Inget, gak boleh nangis. Lo cuma boleh senyum dan tertawa, gak boleh nangis. Maaf juga ya, gue ngirim ini pas ulang tahun lo. Gue pergi ya, Zy. Jaga diri lo baik-baik. Makasih buat waktu lo ke gue. Semoga di kehidupan kita selanjutnya, kita bisa sahabatan lagi ya, eh, enggak. Gue nggak mau jadi sahabat, semoga kita bisa jadi saudara kandung ya.

Dari seseorang yang menyayangi lo
Chaemy Karely

Litzy memeluk kertas yang bertulisan penuh itu. Air matanya mengalir deras mengiringi hari ulang tahun di paginya itu. Teringat pesan Chaemy bahwa ia tidak boleh menangis, segera ia usap air matanya. Namun, baru juga diusap, air matanya itu kembali menetes.

Dua buah kotak kecil yang tadi ia keluarkan itu langsung dibuka. Kotak pertama berisi  sebuah flashdisk sesuai tulisan Chaemy. Kotak kedua berisi sepasang gelang yang sengaja disiapkan Chaemy. Gelang itu awalnya hendak ia jadikan gelang persahabatan, namun niatnya itu seketika lenyap seusai mendengar pernyataan dokter.

"Laptop, laptop gue." Air mata yang membendung membuat penglihatannya buram.

Isi flashdisk yang terpampang di layar monitor laptopnya itu semakin membuat air matanya mengalir deras. Foto pertama menunjukkan Litzy yang sedang tidur dengan gayanya, foto selanjutnya terdapat Chaemy yang terlihat menjahili Litzy saat ia tidur. Flashdisk itu berisi penuh foto mereka berdua. Litzy mengusap layar monitor yang menampangkan wajah Chaemy.

"Kok," Litzy mengusap air matanya.

"Kok, lo tega sih, Cha. Lo janji gak mau ninggalin gue," Litzy menarik nafasnya dalam-dalam. Kata-kata yang diucapkannya tersendat-sendat.

"Kenapa pas lo udah pergi, lo baru ngirim ginian ke gue, lo bilang lo sayang ke gue," Air matanya kembali bercucuran, tangannya berubah gemetar dengan keringat dingin bercucuran. Bayangan-bayangan Chaemy menghantui pikirannya.

Sebuah file bertulisan special itu membuat tangannya tergerak untuk membuka file tersebut.

Author's Note
Gimana guis?? Dapet gak feel-nya. Seru gak? Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Makanya, pantengin terus ya lapak Author. Chaemy udah pergi. Sedih gak? Happy Reading Readers 😢😗

From Dream To You (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang