"Kalian kerjanya bisa bener gak sih?" bentak Sean saat rapat OSIS sedang berlangsung.
"Kalian lihat tuh." tunjuk Sean ke papan tulis yang disinari oleh proyektor.
"Perasaan dua tahun lalu acara siaran di radio sekolah aman-aman aja, sekarang kok malah berantakan kayak gini?!" emosi Sean.
"Lo, ketua organisasi, jangan pikir gue nggak tau, lo sering bolos rapat kan? Lo mikir dong nasib anggota lo!" ucap Sean dengan frustasinya. Pasalnya, pagi yang cerah tadi itu, ia secara tiba-tiba dipanggil oleh Bapak Pembina OSIS, Pak Sunarto, ia dimarahin habis-habisan karena kerja ketua organisasi yang gak becus.
"Maaf, gue gak bermaksud untuk bolos, gue ada keperluan di luar dan wakt-" ucapan lelaki itu terpotong saat disambar oleh Sean.
"Keperluan? Lo gak salah ngucap? Lo bilang jalan bareng cewek itu keperluan?" potong Sean yang to the point. Ketua organisasi itu tampak sedikit terkejut mendengar ucapan si ketos itu.
"Lo kok-"
"Gue kok bisa tau? Itu yang mau lo tanya kan? Denger baik-baik, lo gak perlu tau gue taunya dari mana, gue mau nanya sama lo, lo serius gak masuk organisasi?" ketusnya dengan suara menggelegar di ruangan itu. Ketua organisasi itu tampak menciut.
"Gue jamin, siaran minggu depan pasti bakalan banyak yang minat dan gak belepotan lagi." janjinya.
"Gue gak butuh jaminan lo, gue butuh bukti nyata lo, gue kasih lo satu kesempatan lagi, kalo lo gak bisa tepatin jaminan lo, pintu OSIS terbuka lebar, silahkan langkahkan kaki lo keluar, Ngerti?!" bentaknya lagi. Lelaki si ketua organisasi itu mengangguk.
"Rapat hari ini selesai, ingat kesempatan lo tinggal satu, sekarang bubar." ucapnya lalu keluarlah para anggota OSIS yang di bentak habis-habisan oleh Sean. Kenneth sebagai wakil ketua OSIS hanya menyaksikan si ketua bentak-bentak.
"Udah puas bentak-bentaknya?" ucap Kenneth yang bangkit dari tempat duduknya.
"Apaan sih lo, lo juga dari tadi diem aja, bukannya nasehatin mereka." ucap Sean sambil merapikan kantor OSIS itu.
"Yaelah, kena juga gue." sebal Kenneth yang tanpa sebab diomel juga.
"Tumben pake banget lo marah-marah gak jelas, biasa lo bicaranya baek-baek tuh sama mereka." Sean menghela nafas lalu berbalik menatap Kenneth.
"Gimana gak emosi coba, lo bayangin pagi-pagi lo dateng ke sekolah tiba-tiba diseret sama Pak Narto ke ruangannya trus dimaki habis-habisan cuma gara-gara kurangnya minat pelajar mendengar siaran." curhat Sean panjang lebar.
"O" ucap Kenneth.
"Pantes lo marah-marah gak jelas, habis di maki Pak boteng rupanya." santai Kenneth. Boteng (botak tengah).
"Gila lo, udah berapa kali gue bilangin, jangan sebut bapaknya gitu, cari gara-gara aja lo." gumam Sean yang sepertinya emosinya mulai reda.
"Udah lah, marah-marah mulu, heran deh gue." ucap Kenneth dengan nada bak cewek yang lagi ngambek.
"Masuk kelas gih." usir Sean, bukan mengusir, hanya mengajak.
"Cus makacus." kemudian mereka berjalan menelusuri koridor sekolah menuju kelasnya.
🌸🌸🌸
Sean duduk di bangku kantin sambil menyeruput es cendol warung nenek. Pandangannya menerawang ke depan seperti sedang memikirkan sesuatu. Revano duduk di samping Sean sambil memainkan handphone dan memasukkan satu per satu bakso dari mangkuk ke dalam mulutnya. Sedangkan si Kenneth, masih mengantri untuk membeli nasi goreng bu daster. Tak lama, datanglah si cempreng cabe sekolah menghampiri Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Ficção AdolescenteKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...