"Woi, aduh, aduh sakit." rintih kedua orang tersebut.
"Eh" seketika Litzy dan Chaemy menghentikan aktivitas memukul maling itu.
"Astaga, SORRY-SORRY" ucap Litzy seraya meletakkan kembali sapu yang ia pegang lalu berjalan ke arah kedua orang yang ia dan temannya pukul itu.
"Maaf kak, saya pikir maling" ucap Chaemy yang seketika ciut sesaat melihat ternyata yang mereka pukul adalah seniornya.
"Habisnya kalian sih, udah malam-malam gini, ngapain juga dateng ke rumah orang, pake fitur dobrak lagi" protes Litzy dengan wajah sedikit bersalah.
"Ngapain lo jerat-jerit gak jelas tadi, kan kita pikir lo kenapa-kenapa" protes Sean gak mau kalah.
"Cie, kakak-kakak pada care sama kebo nih?" goda Chaemy. Sean menatapnya dengan tatapan elangnya yang membuatnya kembali mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Udah, lo nggak papa kan?" tanya Revano.
"Nggak kok" ucap Litzy. "Kalian aja yang lebay" sambungnya lagi dengan suara pelan.
"Btw, kita berdua minta maaf ya, gak ada yang sakit kan?" ucap Chaemy dengan kepala tertunduk.
"Nggak sakit pala lo peyang, besok juga memar nih badan, rusak deh reputasi gue sebagai cowok berbadan sempurna" lebay Sean dengan nada dramatis.
"Lebay lo, gue timpuk lagi baru tau lo" sebal Litzy.
"Masuk gih, kita obatin" ajak Chaemy. Litzy meliriknya dengan tatapan penuh tanya.
"Apaan lo lirik-lirik, lo mau mereka laporin ke polisi atas kasus pencemaran nama baik" terang Chaemy dengan wajah tanpa dosa.
"Ih, ya udah, sana duduk di sofa, gue ambilin P3k" ucap Litzy dengan terpkasa.
Sean dan Revano saling memandang dengan tatapan yang tak bisa diartikan lalu berlenggok masuk.
"Mana yang sakit?" tanya Litzy yang baru datang sambil memegang sekotak obat-obatan beserta perlengkapan pengobatan.
"Di bahu." singkat Revano.
"Bilang aja kalian mau lihat perut kotak-kotak kita kan?" jahil Sean. Litzy memasang wajah muntah, sedangkan Chaemy dengan mata berbinar-binar menanyakan sesuatu semudah membuka tutup pulpen.
"Emang kakak ada perut kotak-kotak?" otomatis Litzy tercengang menatapnya.
"Pfff" pecahlah tawa Revano. Sean antara mau jawab dan tak mau menjawab. Dia menggaruk belakang kepalanya. Tak lama suasana kembali hening.
"Hm, kita balik" ucap Revano saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.00 malam.
"Eh, gak jadi diobatin?" tanya Chaemy lagi.
"Modus lo, bilang aja mau liat perut mereka" cibir Litzy sembari menoyor jidat Chaemy.
"Sirik aja lo, gak bisa sehari aja liat temen lo senang" Chaemy mengusap jidatnya itu.
"Night" ucap Revano yang telah berada di ambang pintu yang terbuka. Pasalnya Revano mengucapkannya dengan suara yang pelan. Hanya Litzy yang bisa mendengarnya sebab kata tersebut memang untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Teen FictionKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...