Waktu menunjukkan pukul 11.00 malam. Para pengurus OSIS beserta para guru sibuk menyalakan api di setumpuk dahan kering yang mereka dapatkan dengan berkeliling pantai. Belum lagi angin laut yang menerpa membuat api yang tadinya menyala kembali padam.
"Ada-ada aja deh, capek tau gue bungkuk gini terus. Gak ada minyak tanah apa? Siram terus nyalain korek, gue yakin deh, nggak butuh satu detik, nyala pasti." ucap Kenneth yang membungkuk menghalau angin yang menerpa bersama teman-temannya yang juga mulai kelelahan.
"Oh iya, Kenneth, coba deh ke bagasi bus. Kayanya tadi pagi bapak ada masukkan sebotol minyak tanah." Pak Sunarto lupa akan benda yang daritadi mereka butuhkan.
"Ya elah bapak," Kenneth meregangkan punggungnya yang terasa kaku itu lalu berlari menuju bagasi bus.
Seperti perkataan Kenneth, api langsung menyala setelah disiram minyak tanah.
"Tuh kan, gue bilang juga apa. Guru Fisika pasti bangga deh sama gue." Kenneth membusungkan dadanya bangga.
"Asem lo," Revano menyentil dahi Kenneth agar menyadari keadaan.
Para murid mulai berkumpul membentuk lingkaran yang amat luas dengan posisi terduduk melingkari api unggun yang lumayan besar. Sengaja mereka nyalakan dekat air, jaga-jaga saat terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Mirip sama drama-drama gitu ya kan, Zy?" ucap Chaemy antusias dengan wajah sumringahnya.
"Iya, mirip drama yang kita nonton waktu itu. Inget gak? Yang lo nginep di rumah gue, trus besoknya kita telat sekolah," ujar Litzy bernostalgia ke peristiwa yang dirasa baru teejadi kemarin.
"Inget dong, yang lo nggak mandi terus pingsan itu kan?"
"Nggak usah kenceng-kenceng, kali. Lo ingetnya pun bagian itu ae." sebal Litzy.
"Hoi, pada ngomongin apaan sih? Ikut dong." tawar Revano mengambil posisi duduk di samping Litzy.
"Eh, kak Revano. Oh, kita lagi bicarain detik-detik Litzy pingsan di sekolah." Chaemy menyaut tanpa memerhatikan raut wajah Litzy.
"Apaan dah," Litzy menyenggol siku Chaemy yang memegang kedua lututnya.
"Oh, yang itu. Yang pingsan gegara nonton drama?" tambah Revano yang semakin memperkeruh wajah Litzy.
"Sekarang lo dipihak Cha-Cha? Ok, fine. No problem." putus Litzy dengan nada bak drama yang pasangannya ketahuan selingkuh.
"Kita mulai acara api unggunnya." ucap Pak Sunarto membimbing acara itu. Ia berdiri dekat dengan api unggun dan mulai menceritakan awal mula ia bertemu dengan para anggota OSIS.
Sesekali, ucapannya itu membuat para murid tertawa geli. Ternyata, dibalik sifat tegas yang Pak Sunarto miliki, ia juga mempunyai sisi lembut yang jarang diketahui mereka. Percakapan yang mengundang gelak tawa itu berubah menjadi percakapan serius dan haru. Beberapa murid mulai meneteskan air matanya.
"Cha," panggil Litzy masih menatap ke arah Pak Sunarto.
"Hm?" sahut Chaemy.
"Lo tau nggak? Ucapan Pak Narto ingetin gue dengan kejadian hari pertama gue sekolah tau." Chaemy memalingkan wajahnya menatap Litzy.
"Gue telat bangun, terus ketemu lo yang kemudian jadi sahabat terbaik gue. Lo sabar banget hadapin gue, lo nggak pernah ngeluh pas gue marahin atau ngebentak lo. Lo temenan ama gue bukan untuk manfaatin gue doang,"
"Lo tetap ada saat gue sedih atau senang. Lo selalu riang, penasehat yang baik, lo tau gimana cara ngadapin gue. Singkat bicara, gue mau bilang sama lo," Litzy memalingkan wajahnya menatap Chaemy yang membuat mereka berdua saling beradu tatap.
"Makasih Cha, makasih lo mau jadi sahabat gue, gue tau gue banyak kekurangan, gue tau lo kadang juga sering kesel sama gue tapi lo pendam kesel lo itu biar kita nggak ribut. Gue tau gue tingkah gue mirip bocil. Pokonya makasih banyak Cha.
"Lo sahabat terbaik gue, gue janji, gue nggak bakalan ninggalin lo. Apapun kondisinya, lo juga janji ya sama gue. Jangan pernah ninggalin gue," ucap Litzy menaikkan jari kelingkingnya. Chaemy menatap Litzy dengan haru lalu memeluknya tanpa menghiraukan jari kelingking yang sudah Litzy sodorkan.
"Gue juga mau bilang, Zy. Makasih udah mau jadi sahabat gue. Lo sahabat terbaik gue, gue juga tau kadang omongan gue menusuk banget. Gue nggak mikirin dulu perasaan lo sebelum ngomong. Gue sayang sama lo, Zy." mereka berdua berbicara disela-sela percakapan Pak Sunarto.
Samar-samar Revano bisa mendengar sedikit percakapan dua sohib itu yang membuatnya menyungingkan senyuman di bibirnya itu.
Sampailah mereka di puncak acara malam ini. Tepat pukul 12.00 malam, kembang api yang dipasang di bibir pantai itu satu per satu mulai dinyalakan. Masing-masing kelas mendapat satu dus bunga api kecil yang dipegang.
"Indah banget, woiiii!!!" jerit Chaemy lepas ke arah langit.
"Iyaaaa, Chaemy sahabat gue selamanya!!!! Nggak ada yang boleh misahin gue sama dia!!" jerit Litzy juga. Chaemy menatap Litzy sejenak lalu tersenyum penuh arti.
"Zy, main kembang api yok, keburu habis dimainin nanti." ajak Chaemy.
Mereka menyalakan kembang api yang dibagikan tadi. Kembang api yang meluncur di langit malam itu masih berdentum. Bisa dijangkau oleh mata Litzy, Violet dan Sean bersenang-senang bersama dengan kembang api di tangan mereka. Serasa bahwa itu adalah perjalanan mereka. Walau sesekali Sean menangkap tatapan mata Litzy.
Serasa tau akan perasaan Litzy, Violet dengan sengaja mencium tiba-tiba pipi Sean. Litzy yang awalnya tertawa lepas bermain kembang api bersama teman-temannya itu pun langsung berubah masam.
Revano menangkap perubahan raut wajah Litzy. Dengan wajah jahil, Revano menendamg sebuah kaleng bekas minuman ke arah Litzy yang membuat ia terkejut dan mengejar Revano. Terjadilah acara kejar mengejar di malam itu. Chaemy menatapnya sendu sambil tersenyum teramat manis.
"Maafin gue ya, Zy. Gue minta maaf sama lo. Mungkin gue nggak bisa nepatin janji gue ke lo. Gue harap, lo bisa lupain gue." seru Chaemy.
"Emang lo mau kemana? Nyuruh asik cantik gue lupain lo segala. Lebay banget sih cara cewek sahabatan, efek jomblo kelamaan, sesama jenis pun diembat juga." celutuk Kenneth tanpa henti dari arah belakang yang tak sengaja menangkap ucapan Chaemy.
"Eh, kak Kenneth? Nggak main sama mereka?" tanya Chaemy.
"Nggak ah, capek." Kenneth duduk di hamparan pasir pantai menikmati malam itu.
"Lo nggak gabung bareng mereka?" tanya Kenneth balik.
"Nggak, capek." balas Chaemy yang kemudian mengambil posisi duduk di samping Kenneth dan meluruskan kakinya.
"Lo cemburu ya?" ucap Kenneth tiba-tiba saat menangkap basah Chaemy menatap Litzy dan Rwvano yang masih kejar-kejaran itu.
"Hah? Nggak ah, ngasal aja Kak Kenneth." tepis Chaemy.
"Santai aja, nggak usah pake embel-embel kak. Nggak risih apa?" tanya Kenneth sambil meneguk sebuah kaleng minuman.
"Berasa drama terjadi di dunia nyata." Chaemy mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Ya, hidup emang gitu. Ada saatnya lo jadi pemeran utama dan ada saatnya lo jadi batu di pojok panggung." Kenneth meneguk minumannya lagi.
"Tapi, jadi batu nggak selamanya nggak diperhatikan kok, kalo nggak ada batu, penampilan pemeran utama nggak akan menarik juga. Betul nggak?" tanya Chaemy balik.
"Mungkin menurut sebagian mereka akan begitu." ucap Kenneth.
Author's Note
Chaemy mau kemana sih? Jangan bikin geger deh. Gimana ceritanya? Seru? Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Pantengin terus lapak author biar nggak penasaran. Happy Reading Readers 👌💘
KAMU SEDANG MEMBACA
From Dream To You (COMPLETE)
Fiksi RemajaKalian percaya gak kalau jodoh itu bisa ketemu dimana saja, termasuk mimpi? "Lo pikir gue suka gitu sama pangeran jadi-jadian model lo?!" sentak Litzy Vorencia menatapnya kesal. "Emang lo pikir gue mau sama cewek kebo kayak lo?!" bentak Sean Grist...