Bagian 33

563 141 20
                                    

Kegiatan rutin setiap hari Senin adalah upacara bendera yang terdengar seperti momok bagi para siswa.

Setelah upacara bendera selesai, semua siswa pun kembali ke kelas nya masing-masing.

"Gila, hari ini panas banget."

"Valid sih, matahari nya lagi ngga bisa diajak kompromi."

Pengeras suara : untuk bapak dan ibu guru yang masih berada di lapangan belakang, segera ke ruang guru, karena akan diadakan rapat mengenai kurikulum baru yang akan dimulai di semester 2, terimakasih.

Akibat hal itu, semua siswa bersorak gembira karena untuk satu jam, tidak ada guru yang masuk alias jamkos.

"Ehh, gue ke toilet bentar ya, kebelet nih," ucap Vira.

"Kebiasaan. Ya udah sono."

Akhirnya Vira pun menuju ke toilet disamping kelasnya.

Setelah selesai, dan mau keluar toilet. Vira mendengar suara perempuan yang tengah membicarakan sesuatu. Vira yang kepo, akhirnya Vira menyimak pembicaraan mereka berdua.

"Hebat lo Ndri."

"Iyalah, seorang Indri."

"Lo ngga kebawa baper sama Rafi kan?"

"Ya nggalah, dia kan bukan tipe gue juga, haha," jelas Indri.

"Berarti gue sukses ya, dan dare gue udah selesai kan," lanjutnya.

"Iya iya, berarti cepat atau lambat lo harus putus sama Rafi ya."

"Iyalah, gue juga males terus-terusan pacaran sama orang yang ngga gue suka, yaudah yuk masuk, ntar pada curiga lagi."

"Oke."

Berarti Rafi cuman korban dare nya si Indri, gila sih tuh cewe. Gue harus secepatnya kasih tau ke Rafi nih, batinku.

Vira pun memutuskan untuk kembali ke kelas.

****

Saat jam istirahat berbunyi, Vira langsung mengejar Rafi yang sedang berjalan disekitar koridor kelas.

"Fi, gue mau ngomong sama lo," ucap Vira, mencoba menghentikan langkahnya.

"Apasih?!"

"Bentar aja fi, ada hal penting yang harus lo tau."

"Hal penting apa?!"

"Lo itu cuman korban dare nya Indri, sebenernya Indri ngga pernah suka sama lo, dia cuman menuhin dare nya temen-temennya."

"Lo mau ngehancurin hubungan gue sama Indri!"

"Ngga fi, gue se_"

"Dasar PHO, bilang aja lo iri sama gue kan," ucap Indri, memotong ucapan Vira.

"Ngaku aja lo Ndri."

"Vir! Udah sih. Sekarang gue lebih percaya Indri daripada elu!"

"Gue cuman ngga mau lo kejebak sama semua ini fi," jelasnya.

"Bacot," seraya mendorong Vira.

Vira pun terjatuh, kepalanya terbentur oleh tembok, dan pingsan. Bunga dan Citra yang kebetulan lewat, segera menolong Vira.

"Ra, bangun Ra," ucap Bunga sambil menepuk pipinya.

"Bawa ke UKS aja," saran Citra.

Rayhan yang melihat hal tersebut, langsung menghampirinya.

"Vira kenapa?" cemas Rayhan.

"Tadi didorong sama Rafi, terus kepala nya kebentur tembok, dan berdarah."

"Yaudah, lo bilang ke guru mapel nya. Minta izin, Vira nya lagi ke rumah sakit, sama izinin gue juga," titah Rayhan pada Bunga.

"Lo ikut gue nemenin Vira," lanjutnya.

"Iya ka," jawab Citra

Setelah itu, Bunga kembali ke kelas nya, sedangkan Citra ikut dengan ka Rayhan menuju rumah sakit terdekat.

"Kok elu jahat banget sih! Dorong Vira sampe kepalanya berdarah kaya gitu, cuman demi cewe kaya dia, sadar sih! Dimana otak lo, ha!" ucap Bunga ke Rafi, sedikit terisak.

"Salah sahabat lo juga," jawab Indri dengan santainya.

"Salah Vira?! Yang ada elu yang muna!"

"Males gue dengerin omelan nenek lampir," lalu keluar kelas bersama Rafi.

"Kenapa sih?" tanya Ardi yang baru saja masuk kelas.

"Vira di."

"Vira kenapa?"

"Kepalanya berdarah gara-gara dia kebentur didorong Rafi."

"Gile bener tuh cowo, pengecut banget sih!" Ardi segera keluar kelas mencari keberadaan Rafi.

Bugh

Satu pukulan mendarat di pipi kiri Rafi.

"Eh bego! Sadar! Lu ngorbanin sahabat lu sendiri cuman buat cewe kaya gini?"

"Gausah urusin hidup gue, gue juga tau mana yang bener dan Ngga!"

"Lo minta maaf sama Vira atau_"

"Atau apa? Gue mati ditangan lo?! Sini pukul, gue ngga takut!"

"Ngga guna gue bunuh lo, intinya gue udah ingetin lo!" lalu meninggalkan Rafi.

****

"Jagain Vira dulu, gue mau ke sekolah bentar."

"Iya ka."

"Ini nomor hp gue, kalo ada apa-apa telfon gue," lalu memberikan secarik kertas ke Citra.

"Iya kak," jawab Citra menerima kertas tersebut.

"Thanks," ucap ka Rayhan, menepuk bahu Citra lalu keluar

"Sama-sama."

Kalo aja kak Rayhan tau kalo aku suka sama kakak, pasti itu membuatku sangat senang, apalagi kalo kak Rayhan juga punya rasa yang sama, tapi itu semua hanyalah halu semata, yang ngga mungkin pernah terjadi, batin Citra.














Jangan lupa Vote dan komennya, makasihh:)

Rayhan✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang