Senja memang selalu indah, apalagi saat bisa menikmatinya bersama orang tersayang.
.
Sebuah mobil mewah membelah jalanan kota yang mulai sepi, jam menunjukkan sudah lewat pukul 12 malam.
Seorang wanita dengan riasan tebal duduk di samping pemilik mobil mewah itu. Wanita bertubuh ramping itu mengenakan dress hitam di atas paha yang terlampau ketat hingga belahan dadanya terlihat. Sejak tadi matanya hanya sibuk menatap pemandangan gedung-gedung tinggi dari balik kaca spion mobil. Pikirannya berkelana entah ke mana. Ia terus meratapi hidupnya yang malang.
"Hei, kok diam saja?" tanya pria di samping wanita itu. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan lambat sebab berkendara dalam keadaan mabuk. Jika ngebut, pria itu takut wanitanya kenapa-kenapa.
Wanita cantik yang usianya belum genap 38 tahun itu hanya tersenyum kecil. Andai bisa memilih, ingin rasanya ia keluar dari dunia hitam ini. Ingin rasanya ia kembali ke jalan yang benar dan hidup bahagia bersama anaknya, tapi keadaan tak pernah berpihak padanya, ia tak pernah diberi pilihan dalam hidupnya. Keadaan yang memaksanya menjadi wanita tak punya harga diri, menjijikan, dan penuh dosa seperti sekarang.
Dosanya sudah tak terbendung lagi, ia merasa begitu hina dan malu untuk mengadu pada Tuhan-Nya. Sekarang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menerima nasib sebagai seorang wanita kotor yang kian hari kian tertumpuk dosa, dan sulit untuk meninggalkan dosa itu.
"Bagaimana jawaban kamu?"
"Jawaban apa?"
Lelaki itu kemudian tertawa. "Soal jadi wanita simpanan saya, mau tidak?"
Wanita yang merasa dirinya sangat hina itu belum menjawab.
"Dengar, jika kamu menjadi simpanan saya, kamu hanya akan melayani saya, dan saya tentu akan memberikan apapun yang kamu mau," kata pria itu dengan suara beratnya, bau alkohol yang keluar dari mulutnya sangat mengganggu indera penciuman wanita di sampingnya.
"Daripada kamu masih di sana, harus melayani lelaki yang berbeda setiap harinya. Belum lagi, uang yang kamu dapat pun ditentukan oleh muncikari tua yang kejam itu. Apa kamu tidak lelah?"
Sangat. Ia amat sangat lelah. Memang benar apa yang dikatakan pelanggan setianya itu, tapi bukankah pria itu sudah memiliki isteri dan anak? Haruskah ia menjadi penghancur rumah tangga orang demi kebahagiaan duniawi nya?
Ia punya pilihan sekarang, tapi keduanya tidak ada yang melegakan, yang ada hanya semakin menjerumuskannya ke lubang hitam. Se-hina apapun dirinya, ia juga seorang wanita. Ia punya perasaan yang sama dengan wanita lainnya, ia tidak mungkin mau menjadi simpanan suami orang. Lagipula, ia tidak mencintai pria itu. Setiap pelanggannya hanyalah pelanggan, tugasnya hanya melayani, tidak untuk mencintai.
"Tapi saya masih terikat kontrak."
"Oh Sayang, itu bukan masalah, saya bisa membayarnya."
Wanita bermata sendu yang selalu menyembunyikan lukanya dengan senyuman itu menggeleng. Ia lebih memilih menjadi wanita malam daripada wanita simpanan. Meski keduanya sama-sama menjerumuskan.
Pria itu membuang napas kasar, lagi-lagi keinginannya untuk menjadikan wanita itu hanya miliknya gagal.
Tiba di sebuah hotel mewah, pemilik mobil hitam itu keluar dan membukakan pintu untuk wanitanya. Mereka berdua pun masuk ke dalam dengan candaan mesra.
Tanpa mereka tahu, jika ada seseorang yang sejak di restoran sudah mengikuti mereka.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion✓
General Fiction"Ibu udah gak ada, dan ayah... sejak lahir gue gak pernah tau siapa dan di mana dia. Bahkan, dia mungkin gak akan pernah tau, kalo gue ada." Ini cerita tentang Delia, seorang gadis pemilik senyum semanis sari tebu, yang selalu merasa hidupnya kelabu.