13. Kelvin Si Pengganggu

453 96 17
                                    

Delia bergeming memandang gawainya yang sejak tadi terus berdering. Kali ini bukan Arfan yang menerornya, tapi Kelvin. Ya, cowok itu telah memiliki nomor Delia. Ini salah Delia, karena Delia lupa membawa gawainya saat ke toilet ketika di kafe hari sabtu lalu. Dan bodohnya, dia juga tidak memasang password pada gawainya.

Dan sekarang, setelah mendapatkan nomor Delia, Kelvin terus mengganggunya dengan puluhan pesan bahkan mencoba menghubungi lewat video call. Delia tak percaya, ternyata Kelvin lebih mengerikan dari Arfan.

Aneh, padahal dia tidak pernah membalas satupun pesan atau mengangkat panggilan darinya, tapi Kelvin seolah tidak peduli. Dia tidak ada lelahnya terus menerus menghubungi Delia.

"Vc siapa? Mampus lo gak diangkat, hahaha!" Kelvin terperanjat dan hampir menjatuhkan ponselnya saat bahunya ditepuk oleh Gio.

Gio kemudian tertawa tanpa dosa dan duduk di samping Kelvin.

"Sialan lo, hampir aja hp gue jatuh." kesal Kelvin.

"Sorry, hehe... emang lagi hubungin siapa sih, dari tadi kayaknya sibuk banget? Gebetan ya?" tanya Gio sambil memicingkan matanya curiga.

"Sok tau. Bukan urusan lo."

"Gak boleh gitu, Vin. Kita ini kan sahabat, cerita dong kalo ada masalah, siapa tau gue bisa bantu," ucap Gio sambil memainkan kedua alisnya.

"Kalo gue cerita sama lo, yang ada dia bakal lo embat."

Gio kemudian menatap Kelvin lebar-lebar hingga bola matanya hampir keluar. "Dia? Jadi... serius lo punya gebetan?"

Malam ini Kelvin belum pulang ke rumah. Masih berada di kampus, bilang ke bundanya ada rapat anggota BEM. Memang benar, tapi rapat itu sudah berakhir satu jam lalu. Dan sekarang dia masih berada di kantin, bersama teman-temannya. Ketika yang lain asyik saling melempar joke sambil ngopi, dia malah sibuk duduk sendirian di pojok kantin sambil mengetik-ngetik layar ponselnya dengan wajah resah. Namun, sekarang aktivitasnya malah terganggu karena kehadiran Gio.

"Jangankan jadi gebetan, mau dijadiin temen aja perjuangannya setengah mati." gumam Kelvin lalu mengacak rambutnya frustasi.

Dia mulai lelah mencoba memahami sifat Delia, tapi meski begitu dia tidak akan menyerah.

"Emang tuh cewek siapa? Primadona kampus? Janda? Atau, isteri tetangga di komplek lo?" Pertanyaan absurd Gio membuat Kelvin ingin menelannya mentah-mentah.

"Jangan buat gue penasaran deh, nyet."

"Nanti gue kenalin, kalo dia udah jadi milik gue." ujar Kelvin asal.

Gio semakin penasaran, siapa sebenarnya gadis itu? Dia belum pernah melihat Kelvin se-kacau ini sebelumnya hanya karena masalah perempuan.

"Siapa sih Man? Anak jurusan apa? Atau maba? Wah, jangan-jangan Brie lagi?" tebak Gio semakin tidak jelas.

"Apaan Brie? Kayak gak ada cewek lain aja. Yang pasti, lo gak bakal kenal dia."

"Parah lo. Kalo Brie sampe denger, dia pasti bakal sakit hati banget." kata Gio terdengar serius.

"Sakit hati apaan? Brie itu sahabat gue, sahabat kita, selamanya bakal tetep kayak gitu."

"Tapi yang paling dekat sama Brie itu lo, Man. Dan gue yakin, dia itu sebenarnya suka sama lo. Coba deh, liat aja matanya kalo lagi natap lo, dalem banget."

Kelvin menggeleng tidak peduli. Mana mungkin Brie menyukainya? Mereka hanya bersahabat, dan selamanya akan selalu begitu.

"Ngapain ngomongin Brie sih, gak nyambung lo." ucap Kelvin kemudian bangkit dan berjalan ke arah teman-temannya, Gio segera mengejar dengan seribu tanya di kepalanya.

~

Di sebuah kamar berdinding putih, yang dihiasi foto keluarga, dan banyak poster animasi seperti; Naruto Uzumaki, L Lawliet, Monkey D Luffy, Son Goku dan lainnya, terdapat seorang manusia yang sejak tadi terus menggaruk tengkuknya meski tidak gatal.

Kamar itu cukup luas, hampir setiap hari selalu dibersihkan dan dirapihkan oleh pekerja di rumah itu. Namun entah kenapa, setiap pemiliknya datang, tak berselang lama kamar itu pasti akan berantakan lagi. Lihat saja sekarang, baru setengah jam lalu cowok itu pulang, kamar sudah terlihat seperti pesawat meledak. Buku berserakan di meja belajar, baju kotor berhamburan di sembarang tempat, tas dilemparkan ke mana saja. Dan isi lemari bajunya itu -jangan ditanya, sudah pasti sudah berjejal tak karuan- sungguh kasihan nasib Bi Hindun yang setiap hari selalu membersihkan kamar itu, kadang dia hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum berusaha sabar.

Wahyu Kelvin Pratama Putra, nama cowok itu. Dia seorang mahasiswa dari universitas negeri ternama di kotanya, usianya dua puluh tahun. Hobi menggambar dan memiliki banyak ide cemerlang membuatnya tak ragu memilih jurusan DKV. Sejak kecil hingga sekarang dia sangat menggilai komik dan film animasi, itulah sebabnya dia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang animator. Tidak hanya piawai membuat karya-karya visual, dia juga jago bermain skateboard. Selain itu, dia juga cukup pandai berbisnis, dan memiliki jaringan pertemanan yang cukup luas hingga berhasil memiliki usaha sendiri. Meski hanya distro sederhana dan modal awal dari ayahnya, tapi dia terbukti bisa menjaga distro itu dengan baik.

Kelvin itu tampan dan cerdas, semua penduduk bumi bahkan nenek-nenek renta pun tahu itu. Dia punya mata indah yang selalu memancarkan kehangatan, hingga orang yang baru mengenalnya pun akan merasa nyaman dekat dengannya. Memiliki kulit kuning langsat, tulang pipi tinggi, hidung mancung, serta bentuk bibir yang menarik dan berwarna merah muda. Selain punya wajah menarik, dia juga punya sikap menarik. Dia sangat ramah dan menyenangkan, tak sulit baginya untuk memikat hati para gadis.

Sebelum mengenal Delia, hidup Kelvin selalu berwarna dan menyenangkan meski tanpa seorang kekasih. Dia bahagia meski menyandang status single, sebab itulah pilihannya. Namun, saat Delia hadir dalam hidupnya, semuanya entah kenapa menjadi berubah. Perhatian Kelvin seolah hanya terfokus pada Delia. Dan hal itu membuat Kelvin bingung sekaligus bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan dirinya? Kenapa dia terlihat seperti seorang pengemis?

Apa yang spesial dari Delia? Kenapa Kelvin begitu menggebu ingin menjadi temannya? Benarkah hanya berharap sebatas teman? Lantas, bagaimana jika perasaan itu semakin nyata?

Rasanya kepala Kelvin hampir pecah memikirkan semua itu, apalagi hingga kini Delia belum ada satu kali pun membalas pesannya.

"Tenang Del, aku gak akan nyerah." batin Kelvin.

Kelvin:

Apa kabar?

Apa gak kangen aku?

Angkat dong vc nya, sekali aja.

Kalo males ngetik, angkat ya telpon nya :)

Del, kamu masih di sana kan? 🙄

Hm

Dan masih ada puluhan pesan lainnya yang sudah Kelvin kirim, entah Delia membacanya atau tidak. Yang jelas, di sana sudah tertanda centang dua. Namun, warnanya belum biru. Benarkah tidak ada satu pesan pun yang Delia baca? Jahat sekali.

~

Delia memejamkan matanya sejenak, menarik napas sedalam-dalamnya. Dia mencoba menenangkan hatinya, tapi tak bisa. Hingga akhirnya....

Brakkk!!

Ponsel itu remuk menjadi beberapa bagian, karena dilempar begitu kuat pada tembok hingga jatuh mengenaskan ke lantai oleh pemiliknya sendiri.

Delia menyunggingkan senyum, merasa lega. Mungkin hidupnya akan lebih baik seperti ini, tanpa ponsel. Biar dia lebih tenang. Lagipula, ada atau tidak adanya ponsel, bagi Delia tidak ada bedanya. Sebab dia bahkan jarang sekali menggunakan ponsel itu, hidupnya terlalu sibuk untuk sekedar berkutat di dunia maya.

Semoga setelah ini, si pengganggu bernama Kelvin itu lenyap dari kehidupan Delia. Sungguh, Delia tidak pernah mengharapkan kehadiran cowok itu dalam hidupnya.

TBC

Dandelion✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang