"Kalo tuh cewek emang gak suka sama lo, ngapain masih dikejar sih?" tanya Andri dengan sepasang mata dan jari-jari tangan yang sibuk pada tugas kuliah di laptopnya.
Kelvin menghembuskan napas gusar. Sejak tadi ia hanya merenung menatap langit-langit kamar Andri sambil merentangkan tubuhnya di sofa yang terletak di sisi meja belajar Andri.
Kelvin masih galau atas perlakuan Delia dua hari lalu yang dinginnya berlebihan. Jadi malam ini setelah pulang kuliah, ia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Andri. Menceritakan semua keluh kesahnya pada sang sahabat.
Seperti biasa, Kelvin selalu masuk ke dalam rumah besar yang sepi itu tanpa permisi. Sebab Andri hanya tinggal bersama neneknya, dan neneknya itu jarang sekali berada di rumah. Selalu menginap di rumah tantenya Andri, yang punya banyak anak. Bilangnya di sana ramai, neneknya tak pernah merasa kesepian, karena di rumahnya Andri jarang pulang. Jadi, jika Andri berada di rumah, ia lebih sering tinggal sendirian. Namun, kadang-kadang Kelvin atau teman-teman yang lainnya sering menginap untuk mengerjakan tugas bersama. Tapi lebih seringnya nonton bola, mabar, bernyanyi tidak jelas, menghabiskan stok makanan, dan membuat berantakan kamar Andri. Meski Andri sering dibuat jengkel dan frustasi oleh kelakuan teman-temannya, tapi ia tetap menyayangi mereka, karena mereka selalu ada untuknya.
"Bukan gak suka, tapi belum kenal."
Andri berdecak sekali. "Kalo suka, pasti langsung mau diajak berteman. Lah ini?"
"Orangnya emang agak cuek. Jadi gue perlu perjuangan ekstra buat deketin dia." elak Kelvin.
Andri kemudian memutar kursi belajarnya, mengalihkan semua tugas kuliahnya dan menatap Kelvin penuh tanya. "Jadi bener lo udah jatuh cinta sama tuh cewek?"
"Bingung gue kalo ditanya kayak gitu. Yang pasti, gue mau buat dia bahagia. Dan gak mau liat wajah ketusnya lagi."
"Gila. Akhirnya seorang Kelvin jatuh cinta juga, terharu gue," ucap Andri lalu berdecak kagum.
Kevin melemparkan bantal yang ada di bawah kepalanya tepat ke wajah Andri. "Gue gak pernah bilang kalo gue jatuh cinta ya sama dia!"
"Sebenernya dia itu siapa sih? Siapa namanya?" tanya Andri dengan wajah kesal dan memungut bantalnya, lalu melemparkan bantal itu ke kasur.
"Nanti gue kenalin kalo dia udah mau berteman sama gue."
"Kalo gak bakal mau?" tanya Andri setengah mengejek.
"Pasti mau." ucap Kelvin penuh keyakinan.
"Ini nih yang bikin gue eneg temenan sama lo, pede lo itu kebangetan tau gak?"
"Gue optimis, bukan kepedean."
"Tapi optimis berlebihan juga gak baik, nanti lo malah makin sakit hati."
Kelvin bangkit dari rebahan nya, lalu duduk dan menatap Andri tak habis pikir.
"Teman macam apa sih lo? Kawan lagi sedih bukannya disemangati, ini malah suruh nyerah." omel Kelvin tak habis pikir.
Andri melangkah mendekati Kelvin, lalu memiting leher cowok itu, pelan. "Heh kampret, siapa yang suruh nyerah sih? Sensitif amat lo gara-gara mikirin cewek," ucap Andri gemas.
"Mending lo cepat cuci muka, lupain dulu tuh masalah cewek, dan fokus ngerjain tugas. Inget loh, tiga hari lagi ada presentasi."
Kelvin bangkit dengan malas, kemudian meraih tasnya yang diletakkan di atas kasur. "Inget gue kalo masalah tugas, tapi kali ini gue kan masih sedih, jadi tolong lo bantu kerjain sekalian ya tugas gue...." ucap Kelvin dengan wajah melas.
Andri menggeleng. "Gak. Lo yang sedih, kenapa gue yang sengsara? Sekarang lo mau ke mana lagi? Katanya males pulang," tanya Andri memandang tas yang Kelvin sandang.
Kelvin hanya nyengir, dan Andri sudah tahu ada maksud busuk dibalik cengiran itu.
"Izinkan gue memperjuangkan kebahagiaan buat cewek yang super spesial." ucap Kelvin dramatis.
Andri kembali menggeleng dan menarik tas Kelvin. "Gue tau lo lagi jatuh cinta, tapi ya jangan jadi bodoh juga dong. Itu cewek gak akan bahagia kalo terus lo teror, yang ada dia malah sawan."
"Teror apaan? Gue kangen sama dia, emang salah?"
"Dasar kambing! Lo bilang udah kirimin dia puluhan pesan kan, tapi gak ada satupun yang dia bales? Telpon juga gak ada yang dia angkat. Dan sekarang, nomornya gak aktif. Bisa aja tuh cewek ngerasa tertekan sampe banting hpnya saking keselnya karena gangguan lo."
Ucapan panjang lebar Andri terasa seperti petuah untuk Kelvin. Ada benarnya juga, kenapa Kelvin baru menyadari hal itu? Iya, mungkin ada baiknya jika Kelvin tidak usah menemui Delia dulu.
✓✓✓
"Loh, gak kerja Del?" tanya Bu Ami, istri Pak Ganjar. Wanita yang selalu mengenakan daster itu merasa kaget ketika melihat Delia ada di kosan siang bolong begini.
Delia mengunci pintu kosannya. Ia ingin keluar untuk membeli stok mie instan dan makanan lainnya sebanyak mungkin, agar beberapa hari ke depan ia tak perlu ke luar kosan, dan bisa bersantai sesuka hati di dalam kosannya.
"Enggak Bu." jawab Delia seadanya.
"Kenapa?"
Delia sudah menduga. Pertanyaan itu pasti yang akan muncul. Sebenarnya ia sangat malas untuk berkata jujur, karena ia tahu, Bu Ami itu orangnya sangat bawel.
"Resign."
Bu Ani melebarkan bola mata dan juga mulutnya. Ini sungguh berlebihan, pikir Delia. Rasanya ia ingin lenyap dari tempat itu sekarang juga.
"Berhenti, maksudnya? Kok bisa? Kenapa berhenti?"
"Pengen berhenti aja, Bu."
"Berhenti kerja kok pengen, gimana sih? Del, nyari kerja itu kan susah. Kamu udah dapet kerjaan enak malah berhenti, mau nyari ke mana lagi toh?" cerocos Bu Ami begitu menyebalkan.
"Enak matamu!" batin Delia kesal.
"Bukannya kamu udah gak punya siapa-siapa lagi ya? Kalo kamu gak kerja, siapa yang menghidupi kamu?"
"TUHAN." jawab Delia dalam hati.
"Kosan juga kan harus dibayar Del. Mending kalo nyari kerja lagi langsung dapet, kalo enggak? Mau jadi gelandangan kamu?"
Ini mulut Bu Ami beneran kayaknya perlu disumpal pake ban sepeda. Delia sudah muak sekali, andai bukan orang tua yang saat ini sedang ia hadapi, sudah pasti orang itu akan Delia lempar dari atas kosan ini.
Memangnya ia akan peduli jika Delia jadi gelandangan? Tidak juga kan? Jadi, kenapa juga ia harus begitu cerewet?
"Maaf Bu, saya harus pergi dulu." ucap Delia undur diri.
Delia berjalan gontai, tidak peduli dengan ocehan Bu Ami selanjutnya. Rasanya ia perlu mencari kosan baru yang lebih murah juga damai pastinya. Dirinya tidak akan kuat jika lebih lama lagi bertetangga dengan orang macam Bu Ami. Aneh, padahal Delia tidak pernah ingin tahu kehidupannya, tapi kenapa ia selalu ingin tahu kehidupan Delia? Sudahlah, tidak penting sekali memikirkan orang seperti itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion✓
General Fiction"Ibu udah gak ada, dan ayah... sejak lahir gue gak pernah tau siapa dan di mana dia. Bahkan, dia mungkin gak akan pernah tau, kalo gue ada." Ini cerita tentang Delia, seorang gadis pemilik senyum semanis sari tebu, yang selalu merasa hidupnya kelabu.