8. Cowok Aneh

693 129 27
                                    

Di pagi yang cerah, burung berkicau riang dari dahan pepohonan yang rindang. Angin berhembus tenang, menggoyangkan rerumputan dengan pelan.

Delia berjalan dengan langkah lebar menuju tempat kerjanya. Sejak hari itu, hari di mana dia mengenal sosok cowok bernama Wahyu Kelvin Pratama Putra, hidupnya tak pernah merasa tenang.

Delia pikir, malam itu adalah malam pertama dan terakhir dia bertemu dengan cowok se-menyebalkan Kelvin, tapi dugaannya salah besar. Sekarang Kelvin malah selalu hadir sebagai pengganggu dalam hidupnya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, cowok itu pasti akan menghadang Delia di jalan kawasan menuju tempat kerjanya. Oleh sebab itu, kali ini Delia berangkat lebih pagi dan berjalan lebih cepat agar bisa terhindar dari gangguan Kelvin. Entah apa alasan cowok itu terus mengganggu Delia.

"Dandelion!" panggil Kelvin saat melihat Delia berjalan lima meter di depannya.

Delia memejamkan mata, dia berusaha tidak menggubris panggilan itu. Dia terus melangkah dengan cepat.

Pagi yang buruk. umpat Delia dalam hati.

"Pagi cantik," sapa Kelvin dengan senyuman hangat yang selalu dia berikan pada Delia.

"Ngapain sih ke sini lagi?" tanya Delia risih, tidak mengindahkan senyuman manis itu.

"Ini kan jalanan umum, bebas kali kalo aku mau lewat sini."

Jika hanya ingin lewat, seharusnya Kelvin tak perlu kan menghentikan motornya dan mengejar Delia? Ini aneh. Delia belum pernah melihat seseorang mengenakan almamater universitas melewati kawasan industri ini. Kecuali cowok yang ada di hadapannya sekarang. Karena setahu Delia, jalan dari kawasan ke kampus manapun itu jaraknya cukup jauh. Ini sungguh konyol.

"Lo cowok aneh."

Tidak mau membuang waktunya dengan hal yang tidak penting, Delia kembali melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia berharap cowok itu berhenti mengganggunya.

"Seneng banget sih ninggalin orang gitu aja? Del, itu kelakuan yang gak sopan loh," ucap Kelvin sambil berjalan mundur, mengikuti irama langkah Delia.

"Bodo amat. Lo pergi aja deh."

"Gak mau," ucap Kelvin dengan santai. Nada bicaranya memang selalu santai, ringan, dan menyenangkan.

"Terus lo maunya apa?"

Mendengar pertanyaan Delia dengan nada tinggi itu, Kelvin malah tersenyum cerah. Seolah pertanyaan Delia lebih menakjubkan daripada mendapat hadiah mobil mewah.

"Jadi temen kamu, gimana?"

"Gak mau."

"Terserah, tapi aku gak akan lelah ganggu kamu."

Ucapan Kelvin terdengar seperti ancaman menakutkan bagi Delia.

"Gue gak butuh teman." ucap Delia masih meneguhkan pendiriannya seperti empat tahun lalu.

Kelvin kemudian tertawa tidak percaya. "Mana ada mahluk hidup yang gak butuh teman? Kamu gak mungkin bisa hidup sendirian, Del."

Bisa. Buktinya hingga kini dia masih bertahan hidup seorang diri.

"Jangan ganggu gue lagi."

"Gak bisa."

Delia berdecak sebal.

Rasanya Delia ingin melemparkan sepatunya pada wajah cowok itu, agar dia segera pergi.

"Gue harus masuk," ungkap Delia saat melihat gerbang menuju tempat kerjanya sudah dipadati karyawan yang akan masuk ke pabrik.

Dandelion✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang