Tok tok tok...
Suara ketukan itu terdengar ragu. Delia sangat bingung harus berekspresi seperti apa dan kata apa yang pertama kali harus dia ucapkan di depan Keyla nanti.
Rumah itu masih sama. Sederhana dan sejuk karena dihiasi pepohonan rindang. Hanya warna temboknya saja yang berubah. Terakhir Delia berkunjung ke sini, catnya berwarna mustard, sekarang terlihat lebih segar dengan warna avocado.
Sungguh, Delia merasa deg-degan karena takut Keyla tidak akan mau menerima kehadirannya. Namun, apapun yang akan terjadi dia harus menemui Keyla, dia ingin tahu bagaimana kabar gadis itu. Dan dia sangat berharap semoga pemilik rumah ini masih sama.
Klek,
Pintu kayu itu terbuka perlahan hingga muncul pemilik rumahnya.
Delia membeku, begitupun Keyla. Keduanya sama-sama saling beradu tatapan. Tatapan yang semula kaget, tapi perlahan menjadi sendu, lalu muncul sinar kebahagiaan.
Keyla mendekat perlahan, sementara Delia masih berdiri di tempat semula. Keyla menatap wajah Delia lekat-lekat, dia kemudian mengucek-ngucek matanya takut salah lihat. Ternyata tidak, Keyla tidak salah lihat. Gadis yang ada di hadapannya ini adalah Delia, manusia aneh yang menjauhinya tanpa alasan. Bodohnya, Keyla selalu menganggap Delia adalah sahabatnya hingga dia selalu menunggu kehadiran gadis itu.
Keyla pikir Delia sudah pindah dari bumi, hingga keadaannya tidak pernah bisa dia lacak.
"Dan-de-lion?" tanya Keyla memastikan.
Delia tak mampu berkata-kata, dia merasa sangat gugup dan takut. Sehingga hanya bisa mengangguk perlahan.
Keyla tersenyum lebar, matanya mulai berkaca-kaca. Dengan cepat dia menubruk tubuh Delia hingga Delia membulatkan matanya karena terlalu kaget, tapi dia menerima pelukan itu, bahkan mengeratkan nya.
"Aku pikir kamu udah hilang dari bumi, sampe aku gak bisa tahu keberadaan kamu...." kata Keyla sambil menangis di pelukan Delia. Dia menangis karena amat bahagia.
"Maaf... maafin aku Key... maaf...." Delia tak tahu harus berkata apa selain bilang maaf.
Melihat Keyla menangis, dia pun ikut menangis. Namun kali ini tangis bahagia tentunya.
Delia terharu, karena ternyata Keyla sama sekali tidak membencinya, dia bahkan selalu mencari keberadaannya. Delia merasa sangat menyesal dan bersalah. Dia harusnya sadar bahwa Keyla adalah orang yang baik, sahabat terbaiknya. Keyla selalu ada untuknya, tapi kenapa dia malah menjauhi Keyla?
Tuhan, hati Keyla ini terbuat dari apa? Bisakah Delia memiliki hati selapang hati Keyla?
"Aku akan maafin kamu asal kamu bersedia ceritain semua masalah kamu sampe tega jauhin aku," ucap Keyla, padahal dia tidak pernah bisa marah pada sahabat terbaiknya itu—menurut Keyla, Delia adalah sahabatnya terbaiknya, dan akan selalu seperti itu.
"Iya, aku akan ceritain semuanya."
°
Dua gadis itu kini sedang duduk di beranda rumah, ditemani dua gelas minuman dan tiga stoples besar berisi cemilan.
Sore itu terasa begitu hangat. Delia sangat lega karena bisa menceritakan semua keluh kesahnya selama ini pada Keyla, dia tidak ragu lagi menjelaskan semuanya. Semua alasan kenapa dia menjauhi Keyla, dan juga meninggalkan kota ini.
"Aku gak percaya kamu bisa sekuat ini Del, kalo aku jadi kamu, aku gak tau lagi deh harus ngejalanin hidup ini kayak gimana," ucap Keyla dengan wajah iba. Dia merasa amat sedih mendengar cerita hidup Delia. Dia tak pernah menyangka jika sahabatnya memiliki masalah serumit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion✓
General Fiction"Ibu udah gak ada, dan ayah... sejak lahir gue gak pernah tau siapa dan di mana dia. Bahkan, dia mungkin gak akan pernah tau, kalo gue ada." Ini cerita tentang Delia, seorang gadis pemilik senyum semanis sari tebu, yang selalu merasa hidupnya kelabu.