12. Malam Minggu

468 108 25
                                    

"Kalo cuma ngajak nonton kartun kayak gitu, kenapa harus bawa gue?" tanya Delia sambil berjalan keluar dari gedung bioskop.

"Kamu gak suka ya sama filmnya?"

"Jelas nggak lah! Apaan nonton Cemen, emang gue anak kecil?!" batin Delia dongkol.

"Lo kan bisa ajak adik lo, atau sepupu, atau keponakan, siapapun itulah yang masih kecil."

Kelvin terkekeh pelan. "Itu film bukan tontonan buat anak kecil doang kali, lagian aku gak punya adik atau saudara yang masih kecil."

"Tapi tetep aja kartun!"

Mereka terus berjalan, dan sepanjang perjalanan Kelvin terus menceritakan film itu. Dia bilang bahwa dia sangat mengagumi tokoh utamanya, dan ingin punya kekuatan sepertinya. Delia hanya mangut-mangut dengan ekspresi malas. Dan ya, dia memasang wajah malas karena sejak tadi, setiap ada cewek yang berpapasan dengan Kelvin, cewek-cewek itu pasti akan memandangnya tanpa kedip dan penuh kekaguman bahkan sampai senyum-senyum sok manis. Ingin rasanya Delia berteriak, ambil saja cowok di sampingnya itu, Delia tidak butuh!

~

Tanpa terasa, matahari sudah hampir tenggelam. Sehabis dari bioskop, Kelvin membawa Delia ke tempat-tempat favoritnya. Seperti mengunjungi kafe kekinian yang dia bilang milik temannya, lapangan skateboard, hingga terakhir distronya. Dari semua tempat itu, tidak ada satupun yang Delia sukai.

Kelvin itu sangat aktif, dia seperti punya nyawa sepuluh dan tidak ada lelahnya. Dia tidak suka diam dan selalu melakukan hal-hal yang menurut Delia tidak masuk akal. Delia terlalu lelah jika harus mengikuti semua keinginannya. Mungkin dulu Delia juga begitu, tapi kali ini dia tidak bisa seperti itu lagi.

"Kita pulang kan?" tanya Delia sambil menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, merasa lelah.

"Iya." jawab Kelvin, sedikit tak rela.

Setelah sampai di halaman indekos, Delia belum keluar dari mobil, dia menatap Kelvin yang terlihat sayu.

"Kenapa?"

"Maaf ya, aku gak bisa buat kamu bahagia hari ini. Jujur, aku jarang banget ngajak cewek main, jadi aku gak tau gimana caranya mengistimewakan kamu." ucap Kelvin penuh penyesalan.

Kelvin merasa sungguh tolol. Adakah perempuan yang tidak akan kesal jika dia ajak main seharian dan hanya untuk menemaninya melakukan hal yang dia suka, tanpa berpikir perempuan itu suka atau tidak? Kalaupun ada, pastilah itu hanya Brie. Tentu Brie tidak akan kesal karena dia sudah sangat mengenal Kelvin, dan Kelvin juga sering menemaninya ke salon, bahkan berbelanja.

Delia hanya terdiam. Namun, beberapa detik kemudian dia berkata, "Jam delapan malam, lo datang ke sini lagi, mau gak?" hingga membuat Kelvin terperangah.

Kelvin terlalu bahagia sampai tak bisa berkata-kata.

"Tapi pake motor aja." ucap Delia lalu keluar dari mobil, Kelvin segera menyusul.

"Oke. Aku akan datang tepat waktu." kata Kelvin meyakinkan.

"Gue duluan." pamit Delia lalu berjalan meninggalkan Kelvin.

Kelvin tersenyum lebar sambil loncat-loncat. Dia merasa amat bahagia. Apa ini pertanda jika Delia mulai menerima kehadirannya dan mau menjadi temannya? Ah, ini sungguh kebahagiaan yang tidak ada bandingannya.

...

Menatap bintang di langit, duduk beralaskan rumput, dengan suguhan orang-orang yang berlalu lalang serta lampu-lampu hias yang melingkar di pohon-pohon pucuk merah. Ini adalah hal yang belum pernah Kelvin lakukan sebelumnya.

Dandelion✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang