Setelah satu hari berlalu,
"Sayang, Ayah di sini. Gak perlu takut ya," ucap Theo berusaha menenangkan Delia yang sejak tadi terlihat amat gelisah.
Mulai hari ini Delia akan tinggal di rumah ayahnya. Semua barang di kosannya sudah ia bawa ke mobil. Dan sebelum pergi, ia sempat menitip surat untuk Kelvin pada ibu kosan, yang isinya:
Kelvin, mulai hari ini gue udah gak ngekos lagi. Kalo lo mau ketemu sama gue, cari aja di rumah Brie :)
Delia.
Hanya itu, tapi Delia yakin, Kelvin pasti akan menemuinya.
"Iya." ucap Delia dengan senyum kecil. Padahal perasaannya saat ini sudah sangat tidak jelas.
"Yah, kalo nenek marah sama Ayah gimana?"
"Kemarin Ayah udah kasih tau semua keluarga. Kamu tenang aja, nenek pasti akan terima kamu kok, begitupun yang lainnya."
Kenapa ucapan ayahnya tidak bisa menenangkan hati Delia? Apa mungkin semua anggota keluarga Adisaputra belum ada yang bisa menerimanya?
"Aku belum siap. Lebih baik aku tinggal di kosan lagi aja ya?"
Theo kemudian menggeleng dan menggenggam tangan anaknya, hingga memberikan efek hangat pada hati Delia. "Enggak sayang. Rumah Ayah rumah kamu juga, kamu harus tinggal di sana." ucapnya lembut.
"Tangan kamu dingin banget?" Theo semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Aku takut, aku takut banget."
"Pak, nyetirnya pelan-pelan aja ya." perintah Theo kepada supir pribadinya, si supir berkumis tebal itu kemudian mengangguk.
Theo memeluk tubuh anaknya. Ia terus menggenggam tangan Delia, tapi tangan Delia masih tetap bergetar dan dingin.
Flashback on,
"Gak. Dia bukan anak kamu Theo!" teriak Emma saat Theo menjelaskan semuanya tentang Delia.
"Apa lagi yang buat Mama gak yakin? Dia memang anakku Ma, anak Diana."
Hannah dan Brie yang juga ada di ruang keluarga itu hanya bisa diam menyaksikan pertengkaran antara anak dan ibunya.
Hannah sudah bisa sedikit menerima jika Delia memang anak suaminya, dia sudah tidak menyimpan amarah lagi pada gadis itu. Perlahan tapi pasti, dia akan berusaha menerima Delia. Namun, tidak dengan Brie. Brie sangat membenci Delia. Brie benci karena Delia sudah menjauhkan Kelvin darinya. Sekarang, setelah Delia mengambil Kelvin, dia juga akan mengambil ayahnya? Tentu Brie tidak akan tinggal diam.
"Anak Diana belum tentu anak kamu. Kenapa kamu mudah sekali percaya dengan ucapannya?"
"Cukup Ma. Dia anakku. Terserah kalian mau menerima kehadirannya atau tidak, Delia akan tetap tinggal di sini."
Brie kemudian bangkit dengan wajah memerah, ia merasa dadanya seperti terbakar mendengar semua ucapan ayahnya. "Papa apaan sih? Enggak. Aku gak akan setuju kalo dia tinggal di sini. Emangnya dia siapa?!"
Hannah kemudian mencoba menarik tangan Brie agar kembali duduk dan diam saja, tapi segera Brie menepisnya.
"Jaga ucapan kamu Brie. Delia itu saudara kamu, kakak kamu! Kamu harus belajar menyayangi dia." bentak Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion✓
General Fiction"Ibu udah gak ada, dan ayah... sejak lahir gue gak pernah tau siapa dan di mana dia. Bahkan, dia mungkin gak akan pernah tau, kalo gue ada." Ini cerita tentang Delia, seorang gadis pemilik senyum semanis sari tebu, yang selalu merasa hidupnya kelabu.