Now play ~Rainbow NCT Dream~
Happy Reading:)
***
Naja yang tadinya tengah duduk di sofa ruang itu sambil menatap layar ponsel, kini terduduk dan menghampiri Artala yang tampak panik saat menjawab telepon.
Artala mematikan ponselnya dan menatap Naja sesaat sebelum ia dengan cepat melepas jarum infus yang menancap di tangan kanannya.
"Arta! Ngapain lo?!" Alis Naja tertaut sempurna, telat menahan tangan Artala. Infus itu berhasil dilepasnya.
"Kunci mobil lo sini! Cepetan!" Artala turun dari brankarnya.
"Lo belum pulih anjir! Mau ke mana?" Nada bicara Naja tak kalah meninggi.
"Ara," sahut Artala meraih dengan cepat kunci mobil Naja lalu memakai sepatunya dan keluar kamar rumah sakit.
Naja tidak tinggal diam, ia mengambil gulungan kasa steril yang ada di atas nakas untuk berjaga-jaga jika telinga Artala berdarah lagi. Ia pun menyusul Artala yang sudah cukup jauh.
Melihat Artala ingin duduk di jok pengemudi, Naja segera menahannya. "Engga, engga! Biar gue nyetir, gue nggak mau mati bareng lo. Gih sana di sebelah!" ujar Naja yang dipatuhi Artala.
"Buru anjir!" serunya kesal melihat Naja yang sebenarnya sudah bergerak dengan cepat.
"Di mana?"
"Mini market sebelum sampai rumah Zelia."
Naja hanya menyetir mobilnya menuju ke rumah Zelia yang sempat ia dengar alamatnya dari Artala kemarin, tak tahu rinci tapi Artala pasti akan menuntun jalan.
Tak butuh waktu lama untuk sampai, Naja membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata karena paksaan Artala. Menunggu Naja mencari tempat yang tepat untuk memarkirkan mobil, Artala semakin tak tenang dan segera keluar dari mobil lebih dulu lalu lanjut berlari meninggalkan Naja di sana.
Langkah Artala terhenti saat melihat Gazza yang menjauhi Zelia dari Adeline juga Jevan yang mendorong tubuh Adeline untuk menjauh dari sepupunya. Entah apa yang terjadi, Artala segera menghampiri Zelia dengan berlari, tetapi dirinya dicekal Jevan.
Jevan menatapnya tajam lalu meraih kerah baju Artala saat itu juga. "Bangsat!" Jevan menjatuhkan pukulannya tepat di wajah cowok itu.
"Artala!!" pekik Zelia mencoba melepas cekalan tangan Gazza tapi tidak semudah itu.
Artala tersungkur begitu saja, berusaha bangun. Namun, Jevan lagi-lagi menahannya dan terus memukul Artala tanpa henti. Tenaga Artala jelas tidak sebanding dengan Jevan apalagi saat ini Jevan tengah marah dan Artala belum pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔︎ TEMARAM | END
FanfictionJika masa kecilnya itu rusak, maka dewasanya hancur. Nyatanya kekerasan tidak diberi padanya untuk dilupa. Kesedihan juga tak datang padanya untuk digambarkan. Hanya Artala, yang memendam luka terdalam semasa hidupnya. "Sudah temaram."