09. Don't Mean to Lie

236 40 6
                                    

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari ini Zelia berangkat sekolah dengan mata sembab karena menangis sangat lama kemarin malam. Namun, air matanya itu tidak sia-sia. Artala berhasil sadar setelah 6 jam berlalu dan itu sudah sangat larut malam.

Gadis itu sudah lebih dulu meminta bantuan Reni untuk mengatakan bahwa ia ada di rumah temannya itu kepada sang ibu. Saat mengetahui ibunya percaya, Zelia bisa bernapas lega tentunya.

Ia diantar oleh Naja ke rumah Reni malam tadi dan pagi sekali ia bangun untuk pulang ke rumahnya, karena ia harus berangkat sekolah.

Zelia terhenti ketika melihat Jevan berjalan dengan sangat terburu-buru ke arahnya. Gadis itu memutar bola mata malas, juga membalikkan badan mencari jalan lain untuk menghindari Jevanka itu.

Apalagi yang akan dilakukan Jevan jika bukan meminta maaf padanya. Seharusnya lelaki itu meminta maaf pada Artala. Artala yang sudah ia pukuli sampai babak belur dan tidak sadarkan diri kemarin.

"Pergi, Jevan!" seru Zelia saat Jevan berhasil menghadang jalannya.

"Lia sebentar, dengerin gue dulu–"

"Gue tanya duluan! Dari mana lo tau kalau gue lagi di sana kemarin?" potong Zelia tampak sengaja berbicara kasar pada sepupunya itu.

Jevan terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kembali bersuara. "Dari Gazza."

"Udah gue duga," balas Zelia menghela napas berat. "Gue tau lo marah karena dengar hubungan Adeline sama Artala, tapi yang lo lakuin kemarin itu benar-benar kelewatan, Jev. Lo gelap mata sampai sahabat lo sendiri yang lagi sakit nggak kelihatan sama lo. Di situ Artala juga nggak balas, tapi kenapa lo mukul dia segitunya."

Zelia berusaha sekuat tenaga menahan air matanya yang mendesak keluar karena emosi. "Gazza juga kenapa nggak misahin lo dari Artala? Dia bahkan tahan gue buat itu. Artala itu teman kalian bukan sih?"

Entah kenapa Zelia teringat akan perkataan Gazza tempo hari yang mengatakan hal buruk untuk Artala. Apa Jevan juga berpikir hal buruk itu untuk Artala?

"Lo dengar dari Gazza, tapi nggak dengar langsung dari Artala. Dia juga nggak terima sama kehadiran Adeline."

"Dan untuk kejadian dua tahun lalu. Gue yang ngerasain, Jevan! Gue yang tau siapa yang harus gue salahkan! Jangan pernah sangkut pautkan itu sama Artala! Itu permasalahan hidup gue, bukan Artala!" Air mata Zelia sudah tidak terbendung. Emosinya menggebu jika menceritakan kejadian yang lalu itu.

"Berhenti salahkan Artala untuk itu! Seharusnya lo bantu Artala untuk nyingkirin Adeline, bukan ngebantu ngehancurin temen lo sendiri."

✔︎ TEMARAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang