Setelah baca Elegi Artala, baru semua ceritanya benar-benar berakhir:)
💗💗💗
¥¥¥
Gadis itu masih terus melamun di sepanjang hari, kejadian kemarin siang benar-benar menghancurkannya.
Jenazah Artala sudah dikebumikan kemarin sore. Hari itu Zelia bisa melihat bagaimana hancurnya Naja, ia bisa melihat bagaimana rasa kehilangan Naja yang pastinya lebih dari rasa kehilangannya.
Anehnya setelah Zelia kehujanan bersama Artala di taman itu, hujan malah berhenti saat Naja datang. Semesta seolah ikut menyakiti anak laki-laki itu.
Untuk saat ini Zelia membenci hujan. Ia membenci hujan karena ikut menyakiti Artala di hari itu.
Zelia berusaha untuk terus ikhlas dengan kepergian anak laki-laki itu. Zelia masih terlalu merindukannya, tapi mengapa dia harus pergi secepat itu?
Sedari tadi Jevan terus mengetuk pintu kamarnya, Zelia tidak menyukai hal itu! Dia benci diusik oleh orang yang mungkin termasuk ke dalam daftar orang jahat yang dimaksud Artala.
Zelia membenci semua orang yang sudah jahat kepada anak laki-laki itu, Zelia benci semua orang termasuk dirinya sendiri.
Ia mengingat Naja yang mengatakan bahwa besok Artala akan ikut masuk sekolah dengannya. Ternyata Artala sudah lebih dulu pergi, Artala sudah lebih dulu berangkat ke tempat yang lebih tenang.
Zelia seperti orang kehilangan semangat untuk hidup lagi. Artala pergi meninggalkan rasa bersalah terbesar pada diri Zelia yang terlambat menyadari bahwa kesalahpahamannya menghancurkan Artala.
Zeli seperti orang kesetanan menangis dari kemarin hingga pagi tadi. Tiba-tiba saja ia teringat akan surat yang sebelumnya dituliskan Artala untuknya.
Dengan cepat ia beranjak, mengacak isi laci meja belajarnya dengan kasar untuk segera meraih amplop surat itu. Dua amplop surat terpampang jelas di tangannya saat ini.
Zelia menarik napas dalam menahan air matanya sekuat tenaga, ia juga berencana untuk membaca isi pesan Artala yang dikirimkan anak laki-laki itu setiap harinya.
Secarik kertas yang dilipat rapi mulai dibuka Zelia, ia membacanya dengan pelan sambil terus menahan dadanya yang sesak. Dan akhirnya dia menangis lagi, dia sakit membaca kata-kata yang diungkapkan Artala di sana.
Dua surat itu dibaca Zelia dengan berat hati dan rasa bersalah.
—Letter on The First Day
Saya ingin sekali meminta maaf pada seisi semesta yang selama ini menampung luka terlahirnya saya. Tapi kata maaf itu hanya tersedia untuk satu orang saja. Perempuan yang selalu saya lukai hatinya. Satu-satunya orang yang menawarkan payungnya pada saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔︎ TEMARAM | END
FanfictionJika masa kecilnya itu rusak, maka dewasanya hancur. Nyatanya kekerasan tidak diberi padanya untuk dilupa. Kesedihan juga tak datang padanya untuk digambarkan. Hanya Artala, yang memendam luka terdalam semasa hidupnya. "Sudah temaram."