06. Stay Away!

305 59 12
                                    

Selamat membaca😎❣️

****

❣️

Zelia memejam dan menunduk dari cermin wastafel. Ia mendengar jelas suara orang-orang itu. Siapa lagi kalau bukan Adeline dan teman-temannya. Untuk sekarang, Zelia mencoba menetralkan napasnya yang mulai tidak beraturan. Jujur, ia takut saat merasakan figur 3 orang itu mendekat padanya.

"Punya nyali juga," ucapnya sambil menatap cermin dan dilanjut dengan tawaan teman-temannya.

Zelia menarik napas dalam lalu membuangnya lagi. Ia berhenti memejam, langsung berdiri dengan baik menatap Adeline dan 2 orang itu secara bergantian.

"Lagi seneng jadi famous tiba-tiba?" Adeline berjalan selangkah lebih dekat. "Oh, berharap Artala datang ke sini ternyata. Jadi pahlawan gitu?"

Gadis itu mundur begitu saja saat Adeline menghapus jarak di antara mereka. Dan kini sudah tidak ada ruang untuk Zelia mundur lagi, ia terhenti saat menabrak tembok sebelah wastafel.

Kamu bisa, batinnya mencoba menguatkan diri sendiri.

Memang benar, berita Zelia dan Artala yang berpacaran sudah menjadi topik hangat di sekolah. Berita itu datang entah dari mana, tetapi dibuktikan oleh mereka saat Artala dan Zelia berangkat bersama ke sekolah pagi tadi.

Bagaimana hal itu tidak membuat Adeline marah?

Jika Adeline mengatakan Zelia terkenal tiba-tiba, itu tidak benar adanya karena Zelia memang termasuk orang yang sangat dikenal di sekolah.

"Yah, mundur-mundur. Sini dong, lo kayaknya termasuk orang yang nyalinya gede." Tangan Adeline menyentuh pundak Zelia dan detik itu juga pundaknya dicengkeram kuat.

Zelia tidak diam, ia meringis sambil menepis dengan cepat tangan Adeline dari pundaknya.

Gadis di hadapannya itu memelotot kecil sambil tertawa miring. "Nah kan! Gue bilang juga apa, ini orang punya nyali nih." Adeline menunjuk-nunjuk Zelia yang menatapnya tajam.

"Sini ih! Jangan jauh-jauh," ucap Adeline menarik lengan baju Zelia lalu merapikan kerah seragam gadis itu dengan kasar.

Zelia hanya memilih untuk diam, takut malah memancing emosi Adeline nantinya. Namun, dugaannya salah. Diamnya Zelialah yang membuat Adeline semakin emosi karena merasa dirinya tidak didengarkan.

Perlahan Zelia menurunkan tangan Adeline dari kerahnya, tetapi kekuatannya tidak cukup. Adeline yang lebih tinggi beberapa centi darinya membuat gerak tangan gadis itu lebih cepat dibanding Zelia.

Entah bagaimana itu terjadi, Zelia sekarang merasa lehernya dicekik oleh Adeline, tetapi ia tetap berusaha bernapas dan berekspresi dengan baik sambil terus mencoba melepas tangan Adeline.

Tidak bisa berbohong, napasnya habis sekarang. Ia sudah tak kuat, maka dari itu ia menggerakkan kakinya dan langsung menendang perut Adeline. Ia membuat gadis itu terpental di lantai.

Namun, bersamaan dengan itu pekikan Zelia terdengar. Adeline menarik kalung milik Zelia sampai terputus. Itu membuat leher Zelia mengeluarkan darah yang cukup banyak  di leher belakangnya karena pengait kalung yang terlepas dan menggores panjang di sana.

Zelia menyentuh leher belakang lantas melihat darah di tangannya. Ia meringis lagi, lalu dilihatnya kalung itu terjatuh di dekat kakinya,  Zelia segera meraihnya dan pergi dari sana. Ia sudah tidak memperdulikan Adeline yang kini tengah dibantu untuk berdiri oleh teman-temannya.

✔︎ TEMARAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang