29. Is Happiness for Me?

176 31 4
                                    

Halo >< SELAMAT MEMBACA!💗

Halo >< SELAMAT MEMBACA!💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>ᴛᴇᴍᴀʀᴀᴍ<

Vote dan komen juseyoo _

¥¥¥

Sudah hampir berganti hari, gadis itu masih di balkon kamarnya, di rumah Jevan. Ia sesekali melihat ponselnya berharap Artala membalas pesan di malam itu sebelum hari ulang tahunnya berakhir.

Tinggal beberapa menit lagi, Zelia sudah menghembuskan napas berat karena sudah tak mungkin Artala akan membalas pesannya.

Dan benar saja, saat jarum detik dan menit bertemu di angka 12 malam, hari sudah berganti, Zelia tidak mendapat pesan apa pun dari Artala.

Ia membuka nama kontak Artala, melihat pesan yang ia kirimkan beberapa hari lalu juga tiga pesan kemarin sore saat ia ingin meminta Artala untuk bertemu.

Salahkan isi pesan yang Zelia kirimkan? Mengapa Artala bahkan tak membalas pesan itu?

Zelia hanya ingin berdamai dengan Artala yang mungkin memang mustahil untuk berhubungan dengannya lagi selain ikatan saudara. Zelia ingin Artala tetap menyapanya, bercerita padanya juga berbicara banyak saat mereka bertemu.

Zelia hanya ingin menerima kenyataan itu, kenyataan yang sebenarnya tak akan pernah bisa ia terima.

Kamu ke mana, Artala? Kamu mau pergi lagi tanpa ngasih tau ke siapa pun? Aku nunggu kamu balas pesan aku, tapi kayaknya kamu memang nggak mau kita baikan. Kamu nggak mau ketemu aku.

Mata gadis itu sudah memanas, lalu tak lama ia meneteskan air mata. Menyekanya dengan pelan, masih berulang kali melihat ke layar ponselnya. Harapannya pupus sudah, Artala memang tidak akan berkomunikasi dengannya lagi.

Ponsel Zelia memang sedari tadi bergetar menandakan ada pesan yang masuk, tapi dia tidak menginginkan pesan dari siapa pun, Zelia hanya ingin melihat pesan dari Artala, bukan orang lain.

Gadis itu menghela napas berat, ia menangis lagi. Apa Artala benar-benar pergi darinya?

***

"Zelia belum ngebales?" tanya Naja pada Artala.

Artala hanya menggeleng kecil. Ia marah pada dirinya sendiri, ia marah karena saat ini dia tak bisa ke mana pun. Ia ingin sekali menemui Zelia.

Tak jauh berbeda dengan Nita, mama asuhnya itu tak kunjung membalas pesan Artala. Begitu juga Wiran–Kakak Nita–yang tidak menerima panggilan dari Artala.

✔︎ TEMARAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang