01. Back in Pain, Again

885 124 25
                                    

Now playing-Alec Benjamin» [ OLDER ] «0:00 ─〇────0:00⇄   ◃◃   ⅠⅠ   ▹▹  ↻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Now playing
-Alec Benjamin
» [ OLDER ] «
0:00 ─〇────0:00
⇄   ◃◃   ⅠⅠ   ▹▹  ↻

Selamat membaca dan jangan lupa votenya juga komen yahh🥰

***

☂︎︎ 20 Februari 2020
——————
Dia kembali di saat aku benar-benar membutuhkannya.
——————

Kayu-kayu dermaga itu masih begitu kokoh, sama seperti tahun-tahun sebelumnya saat dia menemukan dermaga di sana dan menjadikan tempat untuk menenangkan diri. Mungkin memang ada beberapa orang yang selalu mengganti kayu itu setiap tahunnya, Artala juga tak begitu mengerti.

Dia menghela napas, menatap sekitarnya dengan senyum kecil. Dia merindukan tempat itu. Maka dengan perlahan Artala melangkah, melewati satu persatu kayu coklat yang menjadi lantai dermaga.

Tak lama dirinya berjalan, hingga akhirnya dia bertemu dengan ujung dermaga. Ditatapnya tempat itu lagi sebelum akhirnya memilih untuk menduduki papan kayu di sana.

Artala menoleh dan memperhatikan pembatas dermaga, ada banyak hal yang dia tinggalkan di sana. Salah satunya adalah ingatannya pada seseorang.

Mengingat nama dari orang itu membuat senyum di wajah Artala perlahan menghilang, tergantikan dengan raut wajah bersalah. Kesalahan yang dia tak yakin seseorang itu akan memaafkannya.

Dia, Zelia.

Gadis yang sudah dua tahun ini tidak ditemuinya. Tidak pernah lagi Artala mendengar suaranya apalagi bertatapan langsung untuk berbagi cerita.

Bahunya menurun, bersamaan dengan itu pikiran buruknya terus datang seolah tak memberinya izin untuk memikirkan kemungkinan baik selain itu.

Perihal Zelia yang akan menerimanya lagi atau bahkan tidak pernah mengharapkannya kembali, Artala sungguh takut. Sebab semua ini kesalahannya.

Langit sore itu menjadi saksi bagaimana Artala begitu kebingungan dengan hal apa yang akan terjadi setelah ini.

***

"Kenapa duduknya di situ?"

Suara pelan seorang laki-laki yang berada di belakangnya membuat Zelia tersentak. Cukup terkejut dengan hal itu.

Hampir satu jam terduduk di pinggir bangunan belakang sekolah yang sudah tidak digunakan, Zelia sebelumnya sudah memastikan bahwa tak ada satu orang pun yang melihatnya di sana. Dia yakin dengan sangat bahwa tempat itu sepi.

✔︎ TEMARAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang