Happy Reading💗
Jangan lupa votenya🥺😩💗
Itu mulmednya diputar biar lebih ngefeel🤳🏻
¥¥¥
"Mati kamu, Artala! Mati saja kamu!" Adhinata menarik anak laki-laki itu dengan kasar. "Kamu perusak! Kamu penghancur rumah tangga saya!"
"Pa–"
Adhinata menghujani pukulan tepat pada rahang dan pelipis Artala sebelum anak itu berhasil melontarkan kata. Anak laki-laki itu hanya menahan tanpa berniat untuk melawan. Kalau pun ia melawan, ia tidak bisa lebih dari papanya ini.
"Zelia nggak mau pulang ke rumah saya, Artala. Rumah dia sendiri! Untuk pertama kalinya anak saya membantah ucapan saya. Seumur hidup saya tidak pernah mendengar ucapan itu dari anak saya sendiri," lirih Lila yang berada di sebelah Adhinata.
Wanita itu bersimpuh air mata karena kecewa dengan ucapan Zelia sebelum memilih untuk tinggal di rumah Jevan dan tidak ingin menemuinya. Anaknya sendiri mengatakan bahwa ia jahat, itu menyakitkan bagi Lila.
Sangat menyakitkan karena putrinya itu dijaga sebaik mungkin olehnya sedari kecil. Ia sangat terkejut saat Zelia mengucapkan satu kalimat singkat itu dan pergi begitu saja dari rumahnya.
Memang ia tidak masalah jika Zelia menginap di rumah kakaknya sendiri, tapi ia sakit dan sangat sedih ketika Zelia menolak keras untuk bertemu dengannya.
"Saya tidak salah mengatakan bahwa kamu itu jahat! Kamu orang jahat Artala! Pembawa sial!"
Lila berjalan mendekat pada meja besar milik Adhinata dan meraih segelas air minum, menyiramnya sengaja pada luka di pelipis Artala yang diciptakan suaminya tadi. Setelahnya ia tersenyum puas untuk itu.
Artala merintih kesakitan dan menggeleng kuat saat air itu mengenai luka di pelipisnya, itu sangat menyakitkan. Artala ingin memberontak, tapi papanya masih mencengkeram kerahnya dengan kuat.
Napas berat Adhinata terdengar, ia seperti mendengkus karena semakin emosi melihat Artala.
"Pa–"
"Berhenti sebut saya papa kamu! Saya bukan orang tua kamu! Kamu anak asuh yang dikasihani Nita. Kamu dibuang sama orang tua kandungmu! Itu alasan saya tidak pernah keberatan untuk menyakiti kamu!"
Habis sudah kata-kata Artala. Ia terdiam, lidahnya kelu seolah benar-benar lupa dengan kosa kata yang ada.
"Kamu saya jauhkan dari anak saya karena saya tidak ingin semuanya terbongkar seperti sekarang! Tapi kamu memang cari mati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔︎ TEMARAM | END
FanfictionJika masa kecilnya itu rusak, maka dewasanya hancur. Nyatanya kekerasan tidak diberi padanya untuk dilupa. Kesedihan juga tak datang padanya untuk digambarkan. Hanya Artala, yang memendam luka terdalam semasa hidupnya. "Sudah temaram."